Kiriman : Kadek Suartaya, SSKar., M.Si (Dosen Jurusan Karawitan ISI Denpasar)
Wayang kulit adalah salah satu seni pertunjukkan Bali yang memiliki nilai keindahan disamping sebagai seni tontonan yang sarat tuntunan. Kendati Bali memiliki beberapa jenis wayang kulit, namun yang lazim dikenal adalah Wayang Parwa dan Wayang Ramayana. Seiring dengan perjalanan waktu, belakangan, Wayang Ramayana semakin jarang dapat disaksikan masyarakat Bali. Ironisnya, seni pertunjukkan Wayang Ramayana semakin langka ditekuni oleh seniman wayang kulit masa kini. Rupanya berdasarkan alasan itulah digelarnya workshop dan pelatihan dalang Wayang Ramayana, oleh Majelis Pertimbangan dan Pembinaan Kebudayaan (Listibya) Provinsi Bali, pada tanggal 19-22 Nopember ini. Sebuah upaya mulia yang konstruktif.
Tersebutlah sekitar tahun 1960-1970-an masyarakat Bali mengenal dalang Wayang Kulit Ramayana Ida Bagus Sarga (almarhum) dari Desa Bongkasa, Kabupaten Badung, yang tersohor dengan geraman suara tokoh-tokoh raksasanya. Demikian pula I Wayan Gayung (almarhum) dari Desa Sukawati, Kabupaten Gianyar, begitu amat dikenang penonton dengan riuh suara tokoh-tokoh keranya yang sulit dilupakan masyarakat Bali. Ngore, suara kera dari dalang Gayung, dikagumi penonton bagaikan gemuruh jeritan ribuan monyet saat menggempur Alengka. Wayan Gayung dikenal sebagai spesialis Wayang Ramayana yang masyur pada zamannya.
Sejak meninggalnya dua dalang terkenal Wayang Ramayana I Wayan Gayung dan Ida Bagus Ngurah Sarga pada tahun 1970-an, eksistensi Wayang Ramayana ikut pula lesu dan merana. Kini meskipun beberapa dalang Wayang Parwa juga mampu menyajikan Wayang Ramayana akan tetapi totalitas dan ciri khas yang dimiliki kedua dalang Wayang Ramayana Ida Bagus Sarga dan I Nyoman Gayung belum tertandingi. Dengan semakin jarangnya pertunjukkan Wayang Ramayana tentu akan mengancam hilangnya nilai estetik-kultural yang sempat menyumbangkan rasa keindahan dan kedamaian pada masyarakat Bali.
Wayang Ramayana adalah pertunjukkan wayang kulit yang dipentaskan malam hari. Pertunjukkan wayang ini memakai kelir atau layar dan lampu blencong sebagai pencahayaanya. Lakon-lakon pertunjukkan wayang kulit ini bersumber dari wiracerita Ramayana. Wayang Ramayana yang sering disebut juga Ngrameyana, biasanya diiringi dengan gamelan yang disebut Batel Gender Wayang yang terdiri dari sepasang gender pemade dan kantil yang dilengkapi dengan sepasang kendang krumpungan, sebuah cengceng ricik, kajar, tawa-tawa, kelenang, suling dan kempur. Di Desa Sukawati, suara instrumen kempur yang dominan dan terdengar ajeg dalam iringan pementasan wayang kulit ini, menyebabkan Wayang Ramayana secara latah disebut Wayang Kempur.
Selengkapnya unduh disini