Kegiatan Pembuatan Mural KLIMAKS (Kreativitas Lingkungan Mahasiswa KampusSeni) di Lapangan Arga Coka Sesetan,Denpasar

Oleh : Eldiana Tri Narulita S.Sn,M.Sn

Permasalahan lingkungan saat ini semakin mendesak dan memerlukan partisipasi aktif dari masyarakat. Kekhawatiran tentang perubahan iklim, penurunan keanekaragaman hayati, polusi, dan degradasi lingkungan telah menginspirasi berbagai upaya untuk meningkatkan kesadaran dan tindakan positif terhadap perlindungan lingkungan. Melihat hal tersebut, mahasiswa Desain Komunikasi Visual Internet Seminar Indonesia Denpasar angkatan 2022 kelas A berinisiatif membuat kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Salah satu mata kuliah DKV yaitu Desain Lingkungan. Demi menyelesaikan tugas mata kuliah desain lingkungan, mahasiswa DKV angkatan 2022 kelas A melaksanakan kegiatan KLIMAKS. KLIMAKS adalah rangkaian kegiatan akhir dari mata kuliah Desain Lingkungan. KLIMAKS merupakan bentuk pengabdian dari mahasiswa Desain Komunikasi Visual yang menggabungkan aksi berkarya dengan kepedulian terhadap lingkungan. Yaitu dengan melakukan mural.

Seni mural, sebagai bentuk seni visual yang dapat dilihat secara luas oleh masyarakat, memiliki potensi besar untuk

Selengkapnya Baca Disini !

NILAI-NILAI YANG TERDAPAT PADA UPACARA ADAT KEBO- KEBOAN TRADISI ASLI BANYUWANGI (Studi Kasus Desa Alasmalang, Kabupaten Banyuwangi)

Kiriman : Jamiati Ritami, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Internet Seminar Indonesia Denpasar, e-mail: [email protected], Ni Wayan Mudiasih, Fakultas Seni Pertunjukan, Internet Seminar Indonesia Denpasar,e-mail: [email protected]

Abstrak

Tulisan ini membahas salah satu kekayaan budaya bangsa yang menjelma dalam upacara magic bernuansa keagamaan. Pada beberapa sisi masih tampak kental sebagai warisan budaya lama, baik animisme maupun hinduisme, terutama dalam bentuk dan tatanan fisik. Upacara adat kebo-keboan merupakan salah satu tradisi yang dimiliki oleh masyarakat Using di Kabupaten Banyuwangi. Upacara adat kebo-keboan bertujuan untuk menangkal wabah penyakit dan memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar diberikan keselamatan dan dijauhkan dari gangguan dan cobaan yang menimpa masyarakat. Pada upacara adat kebo-keboan ini diharapkan hasil panen yang akan datang meningkat atau lebih baik dari panen sebelumnya. Upacara adat kebo-keboan ini masih dilestarikan dan memiliki pengaruh nilai religius dan spiritual, nilai kepribadian, dan nilai sosial yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Using di Desa Alasmalang.

Kata Kunci: tradisi, nilai, upacara adat, kebo-keboan

Baca Selengkpanya Klik Disni

KAJIAN SEMIOTIKA KARAKTER MASKOT “OSI DAN JI” SEBAGAI REPRESENTASI IDENTITAS DAERAH KOTA MALANG

Kiriman : Gabriel Rico Adhitya, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Internet Seminar Indonesia Denpasar, e-mail: gric[email protected] , Ni Wayan Mudiasih, Fakultas Seni Pertunjukan, Internet Seminar Indonesia Denpasar, e-mail: [email protected]

Abstrak

Maskot merupakan salah satu produk sebagai upaya untuk mempromosikan suatu acara atau daerah untuk bersaing dalam era globalisasi saat ini. Maskot dapat mencerminkan karakteristik dari suatu daerah dengan visual yang menarik serta memiliki makna yang mendalam. Sebagai inovasi serta alat komunikasi dalam promosi kota Malang, daerah tersebut meresmikan maskotnya yang berjudul “Osi dan Ji” pada bulan Desember tahun 2017 lalu. Maskot tersebut adalah hasil dari lomba yang diselenggarakan oleh Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Malang. Adapun topik pembahasan dalam kajian ini, yakni membahas tentang desain maskot “Osi dan Ji” sebagai sebuah identitas visual yang mewakili kota Malang. Dalam pembahasan ini, dilakukan melalui sebuah tahap pengkajian, yakni melalui sebuah kajian dengan menggunakan metode semiotika yang merupakan teori dari Roland Barthes dengan menitikberatkan pada tanda-tanda.

Kata Kunci : maskot, visual, desain, semiotika

Baca Selengkapnya Klik Disni

KOMERSIALISASI PADA SENI PERTUNJUKAN BALI

Kiriman : Dr. Kadek Suartaya, S.S.Kar., M.Si.

Abstrak

Dinamika zaman yang terkait dengan gelombang transformasi budaya memunculkan perkembangan, pergeseran dan perubahan terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat Bali. Spesialisasi pada suatu bidang tertentu melahirkan profesionalisme, termasuk dalam bidang seni. Sikap profesional di kalangan pelaku seni di Bali, ketika berelasi dengan logika ekonomi uang menghadirkan komersialisasi. Orientasi kepada finansial di tengah masyarakat Bali berlangsung secara internal dan lebih spesifik pada seni pentas wisata. Komersialisasi di tengah komunalitas masyarakat Bali tampak pada seni pertunjukan katagori presentasi tontonan estetik dan komersialiasi di dunia pariwisata dikemas dari seni pertunjukan sakral hingga seni pertunjukan sekuler-profan.
Kata kunci: seni pertunjukan, komersialisasi, pariwisata

Baca Selenglapnya Klik Disini

Vibrasi Tari Rejang Sutri Batuan di Tengah Pandemi Covid-19

Kiriman : I Wayan Budiarsa, Prodi Pendidikan Seni Pertunjukan FSP ISI Denpasar, Email: [email protected]

Abstrak

Vibrasi Rejang Sutri Batuan menunjukkan getarannya yang sakral, walaupun dalam pandemi Covid-19. Hanya saja, dampak dari pandemi tersebut mengakibatkan sajian seni ritual Sutri yang awalnya diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat desa setempat, dibatasi dengan tetap menjaga protokol kesehatan agar tidak terpapar virus Covid-19. Dimulai pukul 19.00 Wita sampai selesai, Rejang Sutri yang digelar selama empat bulan kalender (awal bulan Oktober/November sampai bulan Maret tahun berikutnya), bertempat di wantilan/jaba sisi Pura Desa-Puseh Batuan, selama pandemi diikuti secara terbatas yakni dari pihak penabuh, penari, pangrombo, prajuru desa, dan Jero Mangku Desa. Sedangkan masyarakat yang tidak bertugas diimbau untuk tidak datang (nangkil) ke Pura Desa demi keselamatan, dan sekaligus mematuhi imbauan pemerintah agar setiap upacara keagamaan dapat meminimalisir kerumunan orang banyak. Dengan peserta yang terbatas tidak mengurangi makna sajian tari Rejang Sutri yang disakralkan oleh masyarakat Desa Batuan, dalam situasi apapun dipercaya masih mampu memberikan vibrasi positif dalam konteks sekala-niskala.
Kata Kunci: vibrasi, Rejang Sutri, covid-19, sekala-niskala.

Selengkapnya dapat diunduh disini

Gamelan Semara Dhana (SD) Di Banjar Padangtegal Kaja

Kiriman : I Wayan Diana Putra (Dosen Prodi Pendidikan Seni Pertunjukan FSP, ISI Denpasar)

Pulau Bali merupakan salah satu pulau di Nusantara yang memiliki beragam jenis kesenian yang bernilai estetika tinggi. Kesenian tersebut meliputi arsitektur, patung, lukisan, tari, wayang, dan salah satu yang populer adalah karawitan. Masyarakat Bali lebih mengenal seni karawitan sebagai ‘gamelan’ atau ‘gong’.  Kartawan mengatakan: “Di Bali sedikitnya terdapat tiga puluh enam jenis barungan gamelan yang masing-masing mempunyai karakteristik, repertoar, jenis instrumental, bentuk serta fungsi yang berbeda-beda” (2005:175). Dewasa ini mungkin jumlah tersebut telah bertambah dibuktikan dengan munculnya gamelan jenis baru seperti: Manikasanti dan Ciwa Nada oleh I Wayan Sinti, Gamelan Salukat oleh Dewa Alit, dan Gamelan Jes Fushion oleh I Nyoman Windha. Dari sekian banyaknya jenis barungan dengan berbagai karakternya masing-masing, barungan gamelan Smara Dhana (SD) adalah salah satu jenis barungan yang begitu familiar dengan aktivitas berkesenian yang penulis geluti.

Di dalam masyarakat Bali sendiri khususnya di kalangan seniman karawitan Bali, barungan gamelan SD sudah tidak asing lagi keberadaan dan eksistensinya, tetapi di kalangan seniman bahkan masyarakat pencinta seni lainnya seperti di Jawa, Sunda, Minang, Makasar, dan daerah lainnya di Nusantara mungkin belum begitu mengenal apa itu gamelan SD. Untuk mengenalkan keberadaan dan eksistensi dari gamelan Smara Dhana ini di Nusantara, maka diperlukan sosialisai dengan menggunakan piranti ‘analisa’ sebagai pisau bedah. Di sini peranan masyarakat pendukung (local genius) dari gamelan SD sendiri sangat penting, karena melaluinya informasi sedetail mungkin dapat digali dan didapatkan secara akurat, dan misi untuk mengenalkan gamelan jenis ini di

Nusantara bisa terwujud. Hal itu disebabkan, masyarakat pendukung dari gamelan SD itu sendiri dapat langsung berhadapan dengan objek yang dikaji melalui aktivitas berkesenian maupun kegiatan sosial religius di masyarakatnya.

Selengkapnya dapat unduh Disini

Loading...