Kiriman I Ketut Gina, Mahasiswa PS. Seni Pedalangan
Unsur Mistik Pada Tembang
Pada tembang atau Gending Basur (Ginada Basur) yang dilantunkan oleh Twalen mengandung unsur mistik, karena mengungkap adanya ilmu hitam pada saat terjadinya perubahan wujud (ngelekas), hal itu dapat kita lihat pada babak III sebagai berikut:
”Liak destine mecanda
Ngawetuang wisia mandi
Ngelarang aji pangiwa
Siwa gni mwang siwa gandu
Durga sakti kearcana
Ngawe gering
Sasab grubug lan merana”. (pupuh ginada basur).
Arti bebasnya adalah :
Para pelaku mejik pada bersenang-senang
Mengeluarkan aura yang menakutkan
Bagi para yang melakukan ajaran mejik
Seperti siwa geni dan siwa gandu
Betari Durga yang dipuja
Yang menimbulkan wabah penyakit
Wabah penyakit dan perhara
Pupuh Ginada Basur di atas pada prinsipnya adalah pengundangan (pengaradan), artinya sang dalang mengundang para pelaku mistik (leak) agar datang ke tempat pementasan, guna mencoba kemampuan sang dalang itu sendiri, barang siapapun yang berani memasur (melantunkan pupuh Ginada Basur) di saat tengah malam, otomatis para pelaku mistik (leak) akan datang ke tempat di mana orang melantunkan tembang itu. Bagi orang-orang yang menganut ajaran mejik (pengeleakan) selalu mengharapkan kehancuran orang lain, dengan menghalalkan segala cara agar, orang lain kena musibah yang menyebabkan kematian.
Di bawah ini dilanjutkan pada kutipan pupuh ginada basur sebagai berikut:
”Dasaksara kaincepang
Panguripan panca geni
Manyumbah mider buana
Kaja Kelod Kangin Kauh
Pamurtyan Ongkara sungsang
Sinah ugig
Ngawe laliate nyungsang”. (pupuh ginada basur)
Arti bebasnya adalah :
Aksara yang jumlahnya sepuluh itu terus direnungkan
Yang mampu menghidupkan panca geni
Menyembah kepada empat penjuru
Utara Selatan Timur dan Barat
Yang akan melahirkan ongkara terbalik
Sudah jelas merusak
Yang membuat pengelihatan terbalik
Keterangan dari pupuh ginada di atas adalah yang dilakukan oleh orang yang belajar ilmu pengiwa, maka dia akan memeras aksara yang jumlahnya sepuluh butir itu sebagai dasar (sa, ba, ta, a, i, na, ma, si, wa, ya), kemudian menjadi Pancaksara. Pancaksara kemudian menjadi tri aksara, seterusnya menjadi dwi aksara, dan akhirnya menjadi ekaksara yakni Ongkara: ongkara ngadeg atau berdiri sebagai dasar panengen, dan ongkara sungsang atau terbalik sebagai dasar pengiwa. Karena keadaan menjadi terbalik maka terbalik pula persepsi orang melihat fisik pelaku ilmu hitam tersebut, seperti halnya mistik berasal dari bahasa Inggris Mistake yang artinya salah persepsi pandangan orang kepada benda hasil dari pelaku ilmu hitam tersebut. Nara sumber di atas mengindikasikan bahwa, terjadinya perubahan wujud bagi pelaku ilmu hitam akan dilihat berbeda bagi orang yang tingkatan kedyatmikannya lebih rendah dari pelaku ilmu hitam itu sendiri. Kalau kemampuan yang dimiliki lebih tinggi dari pelaku ilmu hitam itu sendiri, maka perubahan wujud itu tidak akan nampak atau orang tersebut tidak mampu dikelabui oleh pelaku ilmu hitam. Kardji dalam bukunya yang berjudul Ilmu Hitam dari Bali menyebutkan bahwa, Gegendu bisa berubah wujud menjadi sapi, kerbau, kuda, yang merupakan wujud pengeleakan tingkat lima (5), akan tetapi jika kita bisa mengamati secara cermat, akan kelihatan dengan jelas bahwa kaki sapi, kerbau, kuda jadi-jadian tersebut sesungguhnya hanya berkaki tiga (3), orang yang memiliki ilmu panengen kelas tinggi akan melihat hal yang sebenarnya, yakni seorang yang memakai tongkat, berkain kancut (wiron) putih, berselimut putih, memakai kerudung seperti suster.
Di bawah ini ada lagi pupuh ginada yang memngungkap keberadaan ajaran ilmu hitam sebagai berikut:
”Mamusti masuku tunggal
Nunggalang adnyana sandhi
Japa mantra kauncarang
Ngamijilang geni murub
Tuhu luih mawisesa
Iku yukti
Brahma Semeru ngaranya”. (pupuh ginada basur).
Arti bebasnya sebagai berikut :
Berdoa posisi berdiri dengan satu kaki bertumpu di tanah
Berkonsentrasi penuh terpusat di hati
Dengan membaca mantra
Mengeluarka api berkobar-kobar
Sangat menakjubkan dan sangat dahsyat
Itulah yang disebut brahma semeru.
Pupuh Ginada Basur di atas menjelaskan bahwa orang yang telah memiliki ilmu hitam tingkat tinggi hingga tingkat kesebelas yang disebut Aji Brahma Semeru, yang mampu mengeluarkan api dari ubun-ubunnya hingga menembus langit, akan sangat membahayakan bagi orang yang terkena serangannya dengan radius tertentu. Ilmu seperti itu menurut tingkatannya adalah tingkat kedelapan. Kalau dibandingkan dengan tingkatan ilmu yang dimiliki oleh Rarung yang mencapai tingkat kesembilan, berarti Aji Brahma Semeru setingkat berada di bawah Ajian Pudak Sategal.
Unsur Mistik Pada Pertunjukan Wayang Calonarang Bagian II selengkapnya