Kiriman : Kadek Suartaya, SSKar., M.Si (Dosen Jurusan Karawitan ISI Denpasar)
Sebuah seni pentas konsep baru menggebrak penutupan Nusa Dua Fiesta 2015, Selasa (13/10) malam lalu. Garapan seni pertunjukan yang disajikan oleh Sanggar Lokananta Singapadu, Gianyar, tersebut diberi label Rinarasila,yang merupakan ramuan tiga unsure seni yaitu tari, narasi, dan lagu. Mengusung judul “Mentari Pulau Dewata”, ribuan penonton yang menyesaki panggung Peninsula, Nusa Dua, terpesona menyaksikan aksi panggung sekitar seratus seniman muda, berolah tari, berdendang lagu, dan tuturan narasi dengan iringan gamelan semarapagulingan nan merdu.
Rinarasila “Mentari Pulau Dewata” diawali dengan kisah Dewa Siwa menciptakan jagat raya dengan segala kehidupannya. Tetapi kehidupan di bumi kacau balau oleh ulah garang para raksasa. Dewa Siwa kemudian mengembalikan keharmonisan jagat dengan menciptakan puspa ragam kesenian yang disambut suka cita oleh umat manusia di bumi, termasuk di pulau Bali. Mekarnya aneka ragam seni di pulau Bali menciptakan kehidupan yang nyaman, aman, dan damai. Melalui keindahan seni dan keunikan budayanya, Pulau Dewata menjadi pilihan kunjungan utama wisatawan mancanegara.
Seni budaya sebagai daya tarik utama kepariwisataan Bali adalah pesan utama yang tampaknya menjadi lontaran sajian Rinarasila ini. Kesenian yang menjadi unggulan pariwisata Bali kiranya juga bersambung gayut dengan tema Nusa Dua Fiesta 2015 yaitu “Love, Peace, Harmony” dimana esensi seni memang memancarkan aura harmoni kehidupan, kedamaian nurani, dan cinta kasih sesama. Melalui tajuk “Mentari Pulau Dewata” digambarkan dalam rajutan tari, narasi, dan lagu, bagaimana Bali berbinar cemerlang menjadi pusat kunjungan para pelancong, yang bias sinarnya menerbitkan dan menyemangati jagat pariwisata Nusantara.
Untuk menggambarkan Bali sebagai lokomotif pariwisata Indonesia, “Saya menggunakan konsep seni pentas Rinarasila,” ujar I Wayan Sutirtha, S.Sn, M.Sn, Ketua Sanggar Lokananta sekaligus bertindak selaku koreografer garapan ini. Diungkapkan oleh Wayan Sutirtha, konsep seni pertunjukan baru ini dirintis insan-insan seni Desa Sukawati, sejak bulan April lalu dan saat digelar di panggung terbuka Balai Budaya Gianyar berhasil memukau penonton. “Pesona garapan berjudul Siwa Murti Wisesa Sakti itu kemudian menunjukkan kesaktiannya dalam sebuah Festival Seni Budaya Dunia di Purwakata, Jawa Barat, pada akhir Agustus lalu, yang medapat sambutan yang luar biasa di sana,” kata dosen tari ISI Denpasar ini. Sebagai koreografer yang terlibat mewujudkan garapan itu, Sutirtha, ingin memperkenalkan Rinarasila sebagai seni pentas baru yang pantas diapresiasi.
Selengkapnya dapat unduh disini