Kiriman : Ni Putu Elsye Andriani Delfina (Mahasiswa Program Studi Seni Magister Program Pascasarjana ISI Denpasar)
ABSTRAK
Wastra Songket Bali adalah wastra tradisional yang diwariskan oleh para leluhur, sehingga memiliki nilai-nilai filosofi di dalamnya. Sejak awal proses pemintalan benang dengan cara tradisional hingga ditenun, semua dilakukan menggunakan alat tradisional yang disebut cag-cag. Namun, seiring kemajuan teknologi informasi, terjadi perubahann yang cukup signifikan pada wastra songket Bali. Pada era revolusi industri saat ini, inovasi terus terjadi dalam segala hal khususnya bidang fesyen. Khususnya pada wastra songket Bali, proses produksinya dilakukan menggunakan mesin dengan teknik print dan bordir, sehingga berpengaruh pada berbagai aspek seperti nilai filosofi, tradisi, dan penurunan nilai estetika dari wastra tersebut. Fenomena seni ini tidak terlepas dari kemajuan zaman yang menuntut segala hal dilakukan dan dikerjakan dengan teknologi massal, sehingga dapat bersaing secara global. Dalam dunia global berkembang beberapa idiom-idiom estetika postmodern salah satunya yaitu kitsch. Praktik kitsch dianggap sebagai seni palsu dan seni bernilai rendah (bad taste), dikarenakan keotentikan dan orisinalitas dari suatu karya mengalami penurunan. Hal itulah yang terjadi pada wastra Songket Bali saat ini. Songket Bali yang dulunya memiliki nilai tinggi sebagai karya handmade adiluhung, kini menjadi karya massal, tidak mengandung nilai tradisi dan filosofi didalamnya, sehingga dapat disebut sebagai karya seni rendah. Pada artikel ini penulis menggunakan metode kualitatif dengan metode pengumpulan data melalui observasi, wawancara, kepustakaan dan dokumentasi. Dampak positif songket Bali produksi massal, mampu bersaing dalam industri fesyen. Dampak negatifnya, terjadinya perubahan nilai tinggi dari karya seni menjadi karya bernilai rendah, sehingga songket Bali kehilangan originalitasnya.
Kata kunci: Kitsch, Songket Bali, Globalisasi, Revolusi industri
Selengkapnya dapat unduh disini