Kiriman I Ketut Gina, Mahasiswa PS. Seni Pedalangan
Bahasa merupakan alat komunikasi. Pada pertunjukan wayang bahasa memegang peranan yang sangat penting, dapat dibayangkan betapa tidak mungkinnya sebuah pertunjukan wayang tanpa adanya bahasa sebagai medianya. Penggunaan bahasa sebagai bentuk bahasa dalam pertunjukan Wayang Kulit Bali adalah hal yang tidak asing lagi, karena bahasa sebagai mata rantai jalannya ceritera. Bahasa yang digunakan dalam pertunjukan Wayang Calonarang lakon Kautus Rarung oleh dalang Ida Bagus Sudiksa adalah: Bahasa Kawi, Bahasa Jawa Kuno, Bahasa Bali, Bahasa Indonesia dan sebagainya, yang sesuai dengan kebutuhan tokoh tertentu. Bahasa Kawi yang dipergunakan oleh tokoh (raja, dewa, ksatria) yang kemudian diterjemahkan oleh punakawan. Gaya bahasa dalam pertunjukan Wayang Calonarang lakon Kautus Rarung oleh dalang Ida Bagus Sudiksa sangat variatif. Ada yang bersifat sindiran (ironi), ada yang bersifat perumpamaan (personifikasi), ada yang bersifat perbandingan (metafora) dan ada pula dialog yang mengagung-agungkan sesuatu secara berlebihan (hiperbolisme). Dari bahasa-bahasa yang digunakan dalam pertunjukan Wayang Calonarang oleh dalang Ida Bagus Sudiksa ada yang berbahasa alus (singgih), ada yang biasa (pepadan), ada pula yang estetik sehingga membuat penonton menjadi teringat terus. Bahasa seperti itu biasanya berupa tutur, tidak terlepas dari kemampuan seorang dalang selaku orator yang ulung. Menurut Marajaya, pengelompokan bahasa tersebut antara lain ; (1) berbentuk prosa atau gancaran (bahasa Kawi dan bahasa Bali); (2) berbentuk tembang atau puisi (kekawin, tandak, bebaturan); dan (3) berbentuk prosa liris atau palawakya (penyacah dan pengelengkara).
1). Gaya Alternasi
Menurut Rota teknik penyampaian tutur secara berselang-seling disebut gaya alternasi. Gaya alternasi merupakan jenis gaya tutur yang paling banyak digunakan oleh dalang dalam pertunjukan wayang kulit Bali, baik dari bentuk tut tutur antara bahasa Bali dengan bahasa Kawi, maupun berbentuk tembang maupun gancaran.
a) Gaya Alternasi Bahasa Kawi dengan Bahasa Bali
Gaya bahasa seperti ini paling banyak ditemukan jenisnya dalam pertunjukan wayang kulit Bali. Pada Wayang Calonarang lakon Kautus Rarung banyak sekali dipergunakan, adapun contoh-contoh gaya ini dapat dilihat dari kutipan-kutipan dialog sebagai berikut:
Twalen : (dalam bahasa Bali)
sawirira cerakanira..! (tembang). Aratu.. sang amurbeng
Jagat Kediri, sugra titiang sugra, aksi sembah pangubak- tin titiang aratu, sapunika taler gusti patih mamitang lugra, pinaka pengabih linggih ida. Ring tepenganemangkin presangga purun titiang ngojah maka kawit atur palungguh gusti ring ida, Ida Dewa Agung. Inggih aratu sang anyakra werti Jagat Kediri palungguh iratu, aksi ratu sembah pangu baktin titiang pina ka pengabil linggih iratu, saha tan keni kecakra bawa, presangga puruntitiang ngeriinin mapaungu atur, napi te awinan asapunika.., riantukan iratu sampun malinggih iriki ring singasanane. Napi awinan nadak sara ngutus sikian titiang mangda tangkil iriki ring ajeng?, yan kapinih kangkat,durusangtelin pawecana mangda galang apadang titiang nampanyuwun pakinkin, panglelaca druwene, asapunika daging atur dane gusti patih.
Arti bebasnya adalah:
menjawablah seorang abdi, wahai paduka Raja Kediri, hamba mohon ampun, terimalah sembah hamba ini paduka,begitu pula sang maha Patih sebagai abdi baginda raja. Di
saat seperti ini hamba memberanikan diri menyampaikan, apa yang maha patih katakan kepada baginda raja. Maafkan hamba yang mulia sebagai Raja Kediri, terimalah sembah
hambamu sebagai abdi, agar tidak terkena kutuk, karena hamba terlalu berani mengawali berbicara, apa sebabnya demikian ? Karena paduka telah duduk di singgasana. Apa sebabnya paduka mendadak menyuruh hamba agar menghadap, kalau ada sesuatu, silahkan katakan agar hamba jelas menerimanya, apa tujuan baginda memerintahkan hambaini. Demikian kata-kata maha patih.
Penggunaan Bahasa Dalam Wayang Calonarang Lakon Kautus Rarung Dalang Ida Bagus Sudiksa, selengkapnya