Kiriman : I Gede Mugi Raharja (Dosen Ps. Desain Interior FSRD ISI Denpasar)
ABSTRAK
Gunung Agung merupakan gunung tertinggi di Bali (sekitar 3.014 meter dpl ) dan merupakan gunung vulkanik aktif, tipe monoconic strato. Bagi masyarakat Bali, khususnya yang beragama Hindu, Gunung Agung dan Pura Besakih merupakan pusat orientasi religi, hulunya Bali. Gunung Agung pada masa Bali kuno disebut Gunung Toh Langkir, merupakan stana Mahadewa dan Hyang Putra Jaya. Pada kisah Ramayana Kisikinda Parwa, Gunung Agung disebut Udaya Parwata. Berdasarkan Babad Gunung Agung, dapat diketahui bahwa Gunung Agung meletus pertama kali pada 89 Masehi, letusan kedua pada 92 Masehi, letusan ketiga pada 148 Masehi, dan letusan keempat pada 189 Masehi. Dalam Babad Gumi koleksi Puri Kanginan Karangasem, tercatat Gunung Agung pernah meletus pada 1543, 1615-1616, 1665, 1683-1684 dan 1710-1711. PVMBG mencatat, bahwa Gunung Agung sudah 4 kali meletus, yakni pada 1808, 1821, 1843, serta 1963. Erupsi terakhir tahun 1963 terjadi sejak tanggal 18 Februari 1963, dan berakhir pada 27 Januari 1964. Letusan pada 17 Maret 1963 adalah letusan paling besar, terjadi 3 hari sebelum Hari Raya Galungan, 20 Maret 1963. Mencermati catatan dalam naskah-naskah tua tentang dinamika letusan gunung-gunung api di Bali, dapat diketahui bahwa geologi Pulau Bali sudah sering digoncang letusan gunung berapi sejak zaman dahulu, sehingga kondisi Pulau Bali disebut menggang-menggung. Pada Museum Geopark Batur, dapat diketahui bahwa geologi Pulau Bali terbentuk oleh kegiatan gunung api di bawah laut, lebih dari 23 juta tahun lalu di sebelah timur pulau Jawa. Dalam perkembangannya Pulau Bali terletak pada busur Pegunungan Sunda dan pegunungannya masuk dalam kawasan cincin api (ring of fire) Pasifik. Untuk menetralisir hal-hal yang buruk akibat berbagai bencana, maka masyarakat Hindu Bali melaksanakan upacara kurban suci Eka Dasa Rudra setiap seratus tahun sekali, setiap pergantian abad tahun Saka di kaki Gunung Agung, di depan Pura Besakih.
Kata Kunci: Orientasi Religi, Toh Langkir, Udaya Parwata, Menggang-Menggug, Eka Dasa Rudra.
Selengkapnya dapat unduh disini