Kiriman : I Wayan Nuriarta (Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni Rupa dan Desain)
Abstrak
Komik memiliki kekuatan tersendiri dalam menggambarkan sebuah cerita karena pada masing-masing panel dibuat keadaan yang mendukung alur cerita. Dahulu kita membaca komik secara sembunyi-sembunyi karena takut dimarah oleh orang tua kita. Membaca komik diartikan sebagai kegiatan yang mengganggu pelajaran sekolah dan juga dianggap membuang-buang waktu. Di Indonesia, para pendidik menentang kehadiran komik, apalagi komik yang berasal dari Barat. Mereka juga mengkritik komik bukan saja dari segi bentuknya yang dianggap tidak mendidik, melainkan juga dari segi gagasannya yang berbahaya. Para pendidik sempat berpikir untuk menghentikan penerbitan komik untuk selamanya. Bahkan memasuki tahun 1955, dilakukan pembakaran komik secara masal oleh pemerintah. Saat itu komik dinilai tidak bagus karena dianggap terlalu mengadaptasi budaya Barat. Para komikus kemudian mengadaptasi budaya Indonesia menjadi sebuah cerita dalam komik. Lahirnya komik wayang Indonesia dipandang sangat berhasil mewakili budaya bangsa dan mengakibatkan komik Amerika diabaikan orang serta menempatkan pengaruh Barat di tempat kedua. Periode yang ditandai oleh pengaruh besar dari Barat segera digantikan oleh periode pemantapan “kepribadian bangsa”, suatu hasrat murni yang mendorong komikus kembali ke wayang
Kata Kunci: Sejarah Komik, Komik Wayang, R.A Kosasih, Budaya
Selengkapnya dapat unduh disini