Catatan Bali Padma Bhuwana III
Foto: Rektor ISI Denpasar Prof. Dr. I Wayan ‘Kun’ Adnyana (2 dari kanan) dalam pameran Bali-Bhuwana Rupa di Nata-Citta Art Space (N-CAS), Sabtu (14/10).
Hal spesial dalam perhelatan Festival Internasional Bali Padma Bhuwana III 2023, ISI Denpasar berkolaborasi dengan Arts & Culture Korea dan Indonesia Cultural Center Seoul menggelar pameran fotografi internasional (Bali-Bhuwana Rupa) di Nata-Citta Art Space (N-CAS). Berpartisipasi dalam pameran internasional tersebut, yaitu fotografer dari Korea Selatan, Belanda, Perancis, dan Indonesia. Secara keseluruhan karya foto yang ditampilkan menerjemahkan tajuk “Wara-Samasta-Waruna” (Puja Samudra, Mulia Semesta) dengan capaian citra fotografi digital yang mengesankan.
“Sejumlah karya menghamparkan keheningan mendalam; mengundang renungan. Sebagian lain justru menyampaikan hal sebaliknya; kesan keseharian yang menggugah pandang. Secara keseluruhan karya lintas bangsa tersebut berupaya mengungkapkan sekaligus mempertanyakan apa itu Realitas atau Kenyataan seturut era yang serba digital ini,” tulis Prof Kun Adnyana dan Warih Wisatana selaku kurator pameran.
Foto: Rektor ISI Denpasar Prof. Dr. I Wayan ‘Kun’ Adnyana dalam pameran Bali-Bhuwana Rupa di Nata-Citta Art Space (N-CAS), Sabtu (14/10).
Pameran fotografi internasional ini diikuti 31 fotografer, yaitu: 14 dari Korea Selatan, 15 Indonesia, serta seorang dari Belanda dan Prancis. Visual fotografi yang ditampilkan sangat artistik, didukung teknik cetak digital yang canggih, bahkan karya bersubjek rumah adat Korea dicetak berukuran panjang 25 meter tanpa putus. Simak foto-foto karya Kim Shim Hoon, rangkaian seri Korean Pavilion, di mana bangunan suci (sacred space) membayangi imajinasi kita justru karena komposisinya yang membentangkan jarak pandang di kejauhan, sekaligus diliputi lapis nuansa keheningan. Demikian pula foto karya Kim Dong Wook (Suncheon Bay), Cho Sung Je (White Margin), Kim Mi Joung (Road), Bae Gab Sun (Island), Kim Yang Soo (Pine Tree in Korea), Jeon Hyun Ok (A Sea of Clouds), Jang Yong Sig (Mountain), Kim Tae Kyu (Civilization), Kim Jung Hee (Wallscape), kesunyian bukanlah realitas kasat mata, tetapi ungkapan renungan batin; selaras juga karya Son Muk Gwang, seri Korean Cultural Heritage.
Foto: Pameran Bali-Bhuwana Rupa di Nata-Citta Art Space (N-CAS), Sabtu (14/10).
Selain itu, karya fotografi tampil bukan terkait dokumentori semata, melainkan diolah dengan sentuhan estetik yang autentik, kuasa mengelak dari semata rupa eksotik-molek, dapat dirunut pada buah cipta Ida bagus Candrayana dengan detail merekam riak gelombang laut, D. Tjandra Kirana (Merah Senja), Gede Dalam Suardita (Warm), Made Saryana (Rutinitas di Pagi Hari), Amoga Lelo Octaviano (Contextual Motivations), I Dewa Putu Ari Kresna Artha Negara (Di Antara Senja), I Made Bayu Pramana (Light of Life), atau Cokorda Istri Puspawati Nindhia (Solitude), dan Ida Bagus Putra Adnyana (memetik tradisi melasti). Seluruhnya membangun imaji baru tentang samudera, laut, dan pesisir dalam kepesonaan dan sisi anomali ruang sosial.