Foto: Pertunjukan Drama Tari The Blessing of Siva-Visvapujita” di Natya Mandala ISI Denpasar, Kamis (25/4) malam.
Denpasar, Kamis, 25 April 2024 – Sebuah persembahan seni yang memukau menghiasi panggung Natya Mandala Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar pada malam itu. Mahasiswa Program Studi Seni Program Magister ISI Denpasar, Ni Ketut Dewi Yulianti Angkatan 2022, mengukir prestasi gemilang dengan menyelesaikan ujian Tesis Karya Drama Tari “The Blessing of Siva-Visvapujita”.
Dibimbing oleh Dr. I Ketut Sariada dan Dr. I Made Marajaya, karya ini memukau dengan keharmonisan gerak tari Bali dan India yang diselipi oleh dramatisasi yang memikat. Sebagai penguji karya ini, hadir Dr. I Ketut Suteja, Dr. Ni Made Arshiniwati, dan Dr. I Gst. Putu Sudarta, yang memberikan apresiasi terhadap kualitas karya tersebut. Dewi Yulianti pun dinyatakan lulus dalam ujian tesisnya setelah pementasan yang mengesankan. Dalam sambutannya, Dr. I Ketut Sariada berharap drama tari ini dapat bermanfaat bagi dunia seni pertunjukan.
Foto: Pertunjukan Drama Tari The Blessing of Siva-Visvapujita” di Natya Mandala ISI Denpasar, Kamis (25/4) malam.
Inspirasi drama tari ini bersumber dari teks religi Srimad Bhagavatam dan buku “The Life of Tulasi Devi”, yang membawa pesan tentang kerendahhatian dan kedamaian. Pohon Tulasi yang ada di dunia material ini, di dunia spiritual adalah seorang Dewi yang juga bernama Visvapujita Dewi yang dikutuk oleh Radharani untuk lahir ke dunia material dan menikah dengan Raja Sankhacuda yang tak lain adalah Sri Narayana sendiri. Sankhacuda yang memiliki kesaktian utama akhirnya dikalahkan oleh Dewa Siwa atas bantuan Sri Wisnu. Sri Wisnu menyamar sebagai brahmana untuk mengambil jimat Sankhacuda, dan menyamar sebagai Sankacuda sendiri untuk menodai kesucian Visvapujita. Kolaborasi budaya Bali dan India dalam karya ini menghasilkan nuansa multikultural yang kaya akan nilai-nilai spiritual.
Foto: Pertunjukan Drama Tari The Blessing of Siva-Visvapujita” di Natya Mandala ISI Denpasar, Kamis (25/4) malam.
Metode penciptaan yang digunakan, yaitu metode “Panca Sthiti Ngawi Sani” oleh I Wayan Dibia, terdiri dari lima tahapan yang meliputi ngawirasa, ngawacak, ngarencana, ngawangun, dan ngebah. Tak hanya sekadar visual yang memukau, drama tari ini juga mengandung pesan moral yang dalam. Nilai-nilai religius, cinta tanah air, toleransi, dan tanggung jawab terkandung dalam cerita yang disajikan.
Salah satu pesan moral yang mendalam dari “The Blessing of Siva-Visvapujita” adalah bahwa ketika seorang istri berhenti mendoakan suaminya, maka langkah suaminya akan sengsara. Pesan ini menggarisbawahi pentingnya hubungan suami-istri yang harmonis dan saling mendukung dalam menjalani kehidupan.
Drama tari ini bukan hanya sekadar karya seni yang menghibur, tetapi juga menjadi instrumen penting dalam memperkuat karakter dan moral bangsa. Dukungan dari Sanggar Paripurna, Bona, Gianyar dan Consulate General of India Bali turut menjadikan pementasan ini sebagai sukses yang gemilang, membawa inspirasi bagi mereka yang menyaksikannya untuk hidup dengan rendah hati dan berdamai dengan lingkungan sekitar.
Foto: Pertunjukan Drama Tari The Blessing of Siva-Visvapujita” di Natya Mandala ISI Denpasar, Kamis (25/4) malam.
Dewi Yulianti mengungkapkan rasa terima kasih kepada Rektor ISI Denpasar, Koordinator Program Studi Seni Program Magister, ICC, dan Sanggar Paripurna, serta seluruh pendukung dan staff produksi atas dukungan dan bimbingan yang diberikan selama proses pembuatan karya ini. “Saya merasa sangat beruntung dapat berbagi karya drama tari “The Blessing of Siva-Visvapujita” ini dengan dunia, “ ujar Dewi Yulianti terharu.