ISI BALI MEMPERSEMBAHKAN PERGELARAN SENI EKO-RELIGIUS R’TA SAMASTA CITTA DI PURA ULUN DANU BATUR

Apr 15, 2025 | Berita, Berita Kegiatan

Bangli, 13 April 2025 — Institut Seni Indonesia (ISI) Bali mempersembahkan sebuah pergelaran seni eko-religius bertajuk R’ta Samasta Citta, sebagai bagian dari program Bali Citta Pradesa, yang digelar di ruang sakral Pura Kahyangan Jagat Ulun Danu Batur. Pergelaran ini merupakan bentuk persembahan seni dalam serangkaian upacara Ngusaba Kedasa, mempersembahkan estetika yang berpadu erat dengan nilai-nilai spiritual dan ekologi.

Rektor ISI Bali, Prof. Dr. I Wayan Adnyana, S.Sn., M.Sn., menyatakan bahwa pergelaran ini merupakan upaya menghadirkan seni sebagai persembahan suci. “Kami memuliakan lima topeng sakral, sebagai representasi kekuatan kosmis yang diusung dalam bentuk seni pertunjukan. Pergelaran ini adalah simbol pengabdian dan doa kami untuk harmoni semesta,” ungkap Prof. Adnyana.

Lima topeng sakral yang ditampilkan adalah Barong Ket, Rangda, Ratu Ayu Mas Membah, Celuluk, dan Garuda, yang sebelumnya telah melalui prosesi melaspas dan masupati pada Sabtu (12/4), bertepatan dengan Purnama Kadasa di Pura Padma Nareswara ISI Bali, Prosesi tersebut juga menyertakan pentas simbolik untuk tapel Ratu Ayu Mas Membah, serta penyucian simbol ISI Bali, termasuk logo, Mars, dan Hymne institusi.

Topeng-topeng suci tersebut diusung oleh para penari terpilih dari kalangan dosen, mahasiswa, dan tenaga kependidikan ISI Bali, di bawah koordinasi Bapak Dr. I Ketut Suteja, S.ST., M.Sn. Pergelaran kolosal ini melibatkan lebih dari 150 seniman dan tim produksi, yang semuanya adalah bagian dari sivitas akademika ISI Bali.

Selain pentas topeng sakral, pertunjukan juga mempersembahkan tarian-tarian suci seperti Tari Sadyang Panji, Rejang Nata Hita, Rejang Sadhyang Ranu, serta Baris Kakuwung. Secara koreografis, keseluruhan pergelaran memuncak pada konsep Sudhamala—yakni transformasi simbolik dari Butha (kekuatan destruktif) menjadi Dewata (kekuatan ilahiah), sebagai wujud peruwatan dan pemuliaan semesta.

Acara ditutup dengan Sabda Batur Kalawasan, sebagai penguatan niat dan tekad kolektif dalam menjaga dan melestarikan lingkungan secara nyata, sesuai dengan semangat eko-religiusitas yang menjadi dasar dari Bali Citta Pradesa. Pergelaran R’ta Samasta Citta tidak hanya menjadi panggung artistik semata, tetapi juga menjelma menjadi ruang spiritual kolektif, di mana kesadaran ekologis dan religius saling menjalin dalam satu tarikan napas persembahan. Dalam konteks ini, seni tidak berdiri sebagai tontonan, melainkan sebagai upacara—sebuah ritus yang lahir dari penghormatan terhadap tanah, air, dan warisan leluhur. Kehadiran topeng-topeng sakral dan tari-tari persembahan menciptakan resonansi simbolik, menyalurkan doa melalui gerak dan rupa untuk keharmonisan jagat raya.

Melalui R’ta Samasta Citta, ISI Bali mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk merefleksikan kembali hubungan manusia dengan alam dan kepercayaan, sekaligus mempertegas bahwa konservasi lingkungan bukan hanya perkara kebijakan, melainkan dimulai dari laku batin dan ritual keseharian. Pergelaran ini adalah bukti nyata bahwa seni memiliki kekuatan untuk merawat bumi, menjaga kesucian air danau, serta menanamkan nilai tri hita karana dalam ruang praktik budaya. Dengan demikian, Bali Citta Pradesa bukan hanya menjadi program, melainkan gerakan spiritual dan ekologis menuju harmoni bersama.

Berita Terkini

Kegiatan

Pengumuman

Artikel

KOMERSIALISASI PADA SENI PERTUNJUKAN BALI

Kiriman : Dr. Kadek Suartaya, S.S.Kar., M.Si. Abstrak Dinamika zaman yang terkait dengan gelombang transformasi budaya memunculkan perkembangan, pergeseran dan perubahan terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat Bali. Spesialisasi pada suatu bidang tertentu melahirkan...

Loading...