Kiriman : I Wayan Gede Juni Antara (Mahasiswa Jurusan Seni Rupa Murni)
Abstrak
Ketidak terbatasan seni dalam lingkup bidang ilmu disebut ilmu seni. Ilmu seni adalah pengetahuan tentang seni yang memberi suatu wawasan khusus dalam bidang seni. Pembahasan seni dari masing-masing bidang ilmu dikorelasikan berdasarkan pada pemikiran-pemikiran yang bersifat rasionalitas, sistematis, dan tetap berpedoman pada realitas. Ilmu pendidikan seni sebagai dasar-dasar seni yang dapat di kembangkan dan di pelajari secara tekun yang bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai, makna dan simbol-simbol. Disisi lain manfaat dari pendidikan seni ialah membentuk kepribadian yang kreatif, membenuk karakteristik seseorang, juga memberikan kepekaan untuk menilai nuansa yang indah, baik atau buruk. Di dalam ilmu pendidikan seni realis dan realisme khusunya yang mempelajari perbedaannya dan makna dari kedua istilah tersebut, terdapat ilmu yang berguna bagi pola pikir manusia dan juga sebagai dasar-dasar seni, sehingga di perguruan tinggi seni realis dan realisme masih diterapkan sampai sekarang. Dalam konteks sejarah dan perkembangannya seni realisme memiliki perjalanan yang panjang sebelum munculnya aliran-aliran baru dalam bidang seni. Adapun pelopor-pelopor realisme seperti Francisco de Goya (1746-1828) , Honoré Daumier(1808-1979), dan Gustave Courbet (1819-1877).
Kata kunci: seni rupa, realis, realisme
PENDAHULUAN
Sebelum menelusuri lekuk liku realis dan realisme, pentingnya kita mempelajari dahulu dari ilmu dasarnya. Agar kita mempunyai pondasi yang kuat tentang ilmu tersebut. Dimulai dengan mengenal tentang ilmu seni. Dimana ilmu seni adalah pengetahuan tentang seni. Sebuah ilmu seni mampu merangkum seni dari berbagai aspek bidang keilmuan. Pengembangan seni dalam ilmu seni tidak terlepas pada pengembangan makna, peranan seni, tujuan dan manfaat seni, hubungan seni, golongan seni, akan tetapi pengembangan cara berpikir, kreatifitas, proses berkarya seni, dan nilai-nilai seni.
Bahasa tentang ilmu seni mencakup berbagai aspek keilmuan yang terbagi menjadi berbagai bidang ilmu yakni: seni dalam bidang ilmu pendidikan, antropologi, sosiologi, psikologi, filsafat, sejarah, kebudayaan, komunikasi, agama, estetika, kosmologi dan seterusnya.
Pemaknaan seni dalam bidang pendidikan adalah salah satu sistem pembelajaran untuk mengetahui dasar-dasar seni. Pembelajaran seni ditentukan oleh kurikulum pendidikan. Bangsa yang menggusur pendidikan seni dari kurikulum sekolahnya akan menghasilkan generasi yang berbudaya kekerasan di masa depan, karena kehilangan kepekaan untuk membedakan nuansa baik dan indah dengan buruk dan tidak indah.
pendidikan merupakan kegiatan mengoptimalkan perkembangan potensi, kecakapan, dan karakteristik pribadi peserta didik. Kegiatan pendidikan diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan yakni:
- pengembangan segi kepribadian,
- pengembangan kemampuan masyarakat,
- pengembangan kemampuan melanjutkan studi,
- pengembangan kecakapan dan kesiapan untuk bekerja.
Kegiatan ini dilakukan dengan cara interaksi pendidikan yakni interaksi antara pendidik dengan peserta didik. Interaksi ini dilakukan melalui pergaulan, pengajar, pelatihan, atau latihan, dan bimbingan. Khususnya interaksi dari segi pergaulan antara pendidik dengan peserta didik dapat dikembangkan dari segi kebiasaan, kedisplinan, minat, dan motivasi. Pendidikan diharapkan untuk mengembangkan pengetahuan. Pendidikan adalah jenis keterampilan dan kemahiran untuk menemukan cara yang cepat yang dapat dikuasai oleh anak didik. Pendidikan adalah suatu sistem yang berkaitan karya manusia yang terbentuk dari komponen-komponen yang mempunyai hubungan fungsional dalam membantu terjadinya proses transformasi atau perubahan tingkah laku seseorang sehingga mempunyai kualitas hidup yang diharapkan.
Sebagian mahasiswa yang duduk di perguruan tinggi yang telah terbiasa dengan cara belajar konvensional, juga kurang berminat dengan perubahan ini. Alasannya, dalam sistem instruksional yang benar, mahasiswa tidak lagi bisa berprilaku pasif dalam aktifitas belajar-mengajar sehari-hari. Mereka dituntut(sebagaimana juga para pengajar) untuk bekerja keras, aktif, dan yang paling sukar dari semuanya berdisiplin.
Sebuah proses mendidik, membina, meningkatkan dan mengembangkan kreatifitas pola pikir manusia secara logis dan sistematis merupakan proses dari pembelajaran pendidikan seni yang tidak pernah lepas dari interaksi antara individu dengan individu lain, individu dengan kelompok, individu dengan masyarakat, individu dengan lingkungan, kelompok satu dengan kelompok lain, dan seterusnya.
Pengembangan diri dalam proses pembelajaran pendidikan seni yang selalu berkaitan dengan interaksi dapat di bagi menjadi tiga bagian yakni: proses pembelajaran pendidikan seni formal, proses pembelajaran pendidikan seni non formal, dan proses pembelajaran pendidikan seni di lingkungan.
PEMBAHASAN
Pendidikan seni perlu memahami tentang Realis dan Realisme seni. Realis dan Realisme merupakan dua kata yang berbeda, tetapi memiliki hubungan yang sangat erat di dalam pemakaian dua kata ini. Menelusuri pemaknaan istilah pemakaian kata Realis dan Realisme, Realis adalah tindakan, cara berpikir seseorang berdasarkan pada pernyataan. Tindakan dan cara berpikir ini sudah mulai ada pada masa prasejarah dan berkembang masa sampai sekarang. Orang-orang realis nantinya akan menganut paham disebut realisme. Sedangkan Realisme merupakan paham yang berpedoman dari kenyataan. Dalam dunia seni, realisme merupakan sebuah aliran yang berusaha menjabarkan sesuatu yang bersifat nyata atau kenyataan.
Realis dan Realisme merupakan dua istilah yang berkesinambungan, sampai sekarang tetap dipertahankan eksistensinya oleh kalangan masyatakat seni. Pada dasarnya realis dan realisme merupakan proses dasar dalam sistem pembelajaran di bidang seni khususnya di dunia akademis yang di terapkan pada awal-awal semester sebagai dasar pengetahuan dalam penciptaan karya seni. Dasar-dasar pengetahuan ini diberikan secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis akan diberikan dasar-dasar pembelajaran seni yakni: unsur-unsur dan prinsip seni, apresiasi seni, estetika seni dan seterusnya. Sementara dalam praktisi diberikan teknik-teknik seni, gerakan seni, warna seni, anatomi seni, media seni, objek seni, dan seterusnya.
Tujuan diterapkan sistem pendidikan ini adalah untuk memahami bentuk, warna, karakter, dan proporsi objek. Di sisi lain juga untuk mengetahui nilai-nilai, makna dan simbol-simbol yang dimiliki pada objek. Di dalam perguruan tinggi pendidikan seni realisme masih tetap dipertahankan meski seni realisme sudah ketinggalan zaman dan kurang apresif. Hal ini dimaksudkan agar pelajar dan mahasiswa mengenal dasar-dasar seni. Melalui sistem pendidikan ini maka para seniman akademis mencoba untuk mengapresiasikan karya seni realisme di dalam dan di luar lingkungan akademis. Hal ini bertujuan, supaya publik seni memahami maksud karya-karya seni realisme mereka.
Pembelajaran seni realisme dalam pendidikan seni untuk mengenal berbagai macam karakter bentuk pada objek. Seperti pada karya berikut dengan gaya realisme.
potret wajah sendiri (juni antara) 2015. Merupakan karya tugas semester genap dengan media masih berupa kertas dengan material water colour.
Realisme mulai muncul dan digunakan sejak terbentuknya kebudayaan modern di Eropa. Hal ini sejalan dengan tumbuhnya sosialisasi di Eropa. Dampak pengaruh realisme ini akhirnya sampai pada kawasan budaya timur. Pengenalan paham realisme dalam kebudayaan Timur semenjak terjadinya penjajahan/kolonial barat. Dimasa modern seperti saat ini, budaya Timur banyak dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran Barat, baik secara teoritis maupun teknis. Dasar dari penciptaan aliran realisme adalah selalu berpedoman dan menggunakan objek kenyataan yang sebenarnya dan tanpa dibuat-buat. Sebuah pendapat yang di ucapkan salah seorang antaranya (Courbet, pelukis Perancis), “Tunjukkanlah malaikat padaku dan aku akan melukisnya,” yang mengandung maksud bahwa ia tidak akan melukisnya kalau hal itu gagal ditunjukkan kepadanya. Pendapat kaum realis yang memandang dunia ini tanpa ilusi. Mereka menggunakan penghayatannya untuk menemukan dunia. Mereka ingin menciptakan hasil seni yang nyata dan menggambarkan apa-apa yang betul-betul ada dan kasat mata. Secara teoritis mereka adalah pelukis objektif, pelukis yang akan melukiskan apa saja yang dijumpainya tanpa pandang bulu, dan tidak akan menciptakan sesuatu yang hanya keluar dari gagasannya. Dan apa yang dilihatnya itu akan dilukis seperti adanya, tanpa idealisasi, distorsi, maupun pengolahan-pengolahan lainya.
Setelah mengetahui pengertian tentang realis dan realisme, setidaknya perlu menyinggung pelopor-pelopor realisme dan bagaimana sejarahnya.
Goya. Francisco de Goya (1746-1828) adalah tokoh yang sering dihubungkan baik dengan realisme maupun dengan romantikisme. Lukisan-lukisannya yang sering menunjukkan kengerian, ataupun sesuatu yang fantastik dan imaginatif, disertai dengan gambaran pribadinya yang berapi-api, memberikan identitas bahwa ia adalah seorang romantik.
Contoh karya ” pembunuhan 3 mei 1808″, merupakan paduan antara gaya realisme dan romantik.
Dengan temanya itu ia telah memancing emosi penonton baik karena kejadian yang mengerikan itu maupun caranya ia melukiskan kejadian tersebut. Dipilihnya saat yang sebaik- baiknya untuk dilukiskan, demikian pula tokoh-tokoh serta penempatan dalam gambar diusahakan yang sedramatik mungkin. Waktunya malam hari, tempatnya di luar kota. Lampu yang ditempatkan di antara regu penembak dengan si tertembak dibuat sedemikian rupa, sehingga calon korban yang diberi berbaju putih itu mendapat cahaya yang paling terang dan merupakan pusat perhatian; dan dengan tanganya yang terbuka lebar memberi kesan seolah-olah yang di tembak itu seorang syuhdan yang dengan ikhlas menyerahkan dirinya. Maka dari aktualitasnya lukisan ini realistik, tetapi dari cara penggarapannya jadilah ia romantik.
Namun Goya adalah seorang realis. Ia memandang dunia ini tanpa ilusi. Ia tidak lari dari kenyataan, karyanya adalah refleksi dari keadaan yang ada di sekitarnya. Sebagai pelukis istana ia berada di antara orang-orang yang hidupnya mewah, korupsi, namun dungu, dan tidak acuh akan kemelaratan yang ada di luarnya. Selain “pembunuhan 3 mei 1808” karya grafisnya yang tergabung dalam kelompok “Los Desastres de la Guerra” (“kehancuran perang”), dan antara lain berjudul “Y No Hai Remedio” “Tidak ada lagi obatnya”, 1810-20. Goya juga terkenal sebagai pelukis potret . Karyanya yang menonjol di antaranya ialah potret istrinya “josefa Bayeu” atau “Madame Goya” (c. 1798) dan “Marquesa de la Solana” (1791-95). Ekspresinya bagus, demikian pula sapuan kuasnya. Namun yang lebih terkenal dari semuanya itu adalah sepasang lukisan “Maja” (dibaca ‘Maha’) yang bertelanjang dan berpakaian (c. 1797-98) yang selalu tertambat pada nama Goya.
DAUMIER. Realisme Honiré Daumier (1808-1979) dicurahkan lewat karya-karya karikaturnya. Dengan teknik lithografi dibuatlah tidak kurang dari 4000 karya karikatur baik untuk koran maupun untuk dirinya sendiri. Ia bukan seorang mahasiswa di akademi kesenian dan juga tidak pernah menanamkan dirinya seniman. Baginya, pekerjaan itu adalah hasil karya seorang pekerja di persurat kabaran yang tidak ada sangkut pautnya dengan dunia seni. Namun ia telah membuktikan bahwa sekalipun dipakai sebagai alat komunikasi dan seni tak harus tidak berguna apa-apa selain sekedar untuk kenikmatan saja (I’art pour I’art). Betapapun ia ingin untuk “menjadi seniman” dengan melukis-lukis, namun karena kemelaratannya itu tidak banyak ia mendapat kesempatan.
Gustaver Courbet (1819-1877) adalah orang yang menamakan dirinya seorang realis. Dengan pongahnya ia mengatakan “tunjukan malaikat padaku dan aku akan meluksinya”, yang mengandung arti bahwa baginya lukisan itu pada dasarnya adalah seni yang konkrit, menggambarkan segala sesuatu yang ada dan nyata, ia hanya mau mendasarkan seninya pada penyerapan panca inderanya saja(khususnya mata) dan meninggalkan fantasi dan imaginasinya.
Sekalipun keluarganya tidak mengharapkan untuk menjadi pelukis, tetapi pada tahun 1849 terdapat suatu kenyataan bahwa ia berhasil menggantungkan beberapa lukisannya dalam beberapa salon dan yang terkenal ialah “Habis makan di Ornans” yang memenagkan hadiah medali kedua. Dengan kemenangan ini ia dapat lagi memasukkan lukisannya yang menggemparkan dalam tahun berikutnya, ialah “Pemakaman di Ornans” yang sering disebutnya juga sebagai “Pemakaman Romantikisme”, sejalan dengan umpatan Gros atas lukisan Delacroix “ Pembunuhan besar-besarandi Scio” itu.
Lukisan yang terakhir yang betul-betul menggoncangkan dunia kritis karena kerealistikannya. “Everthing in the painting – the serious faces of the townspeople, their still postures and somber dress, the mist-grey of the sky, the crucifix held high by a white –robed acolyte-is convincingly, quitly natural.These are real people at a real funeral.” Itulah yang menggemparkan paris , ia telah menggambarkan real people. Dan bersamaan sebuah lukisannya yang juga terdapat dalm salon 1850 ialah, “Pemecah batu. Ia melukis apa adanya, bahkan yang jelek-jelek, petani-petani, buruh-buruh kecil.
Courbet,”pemecah batu”, menggambarkan dua orang pekerja yang dua-duanya tidak layak: yang satu terlalu tua dan satunya lagi masih kanak-kanak.
PENUTUP
Dapat saya simpulkan bahwa proses pembelajaran pendidikan seni juga dapat menghasilkan seni yang bersifat riil atau nyata. Hasil karya seni yang bersifat riil atau nyata disebut karya seni realis atau realisme.
Pendidikan seni realisme merupakan pendidikan dasar untuk mengenal dan mempelajari objek-objek baik melalui bentuk, proporsi, karakter, teknik, warna, dan garis pada objek. Dalam perkembangan proses pendidikan seni realis dan realisme terjadi sebuah proses pembebasan dalam beraktivitas seni dengan tetap berpedoman pada unsur-unsur dan prinsip-prinsip seni.
DAFTAR RUJUKAN
Banbang Oka Sudira, Made.2010Ilmu Seni Teori dan Praktik,Jakarta:Inti Prima.
Sp, Soedarsono.2000Sejarah Perkembangan Seni Rupa Modern,Jakarta:Cx Studio Delapan Puluh Enter priso-Jakrta,Badan Penerbit isi Jogyakarta.
https://3.bp.blogspot.com/-jgO6JvxVLEU/T3YXtQ1V9FI/AAAAAAAAAHY/n7PnL1BiZl8/s1600/3class.jpg
https://www.google.co.id/search?q=lukisan+karya+francisco+de+goya&biw=1366&bih=639&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=