Sumber : Prof. I Wayan Dibia
Kiriman : Nyoman Dewi Pebryani, ST., MA (Dosen Prodi Desain Fashion ISI Denpasar)
Foto : Made Lila Sardana, ST
Bertepatan dengan Tumpek Wayang yang jatuh pada hari Sabtu (13/9), kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar menggelar acara piodalan. Kegiatan upacara dipusatkan di pelataran Pura Ardha Nareswari ISI Denpasar. Pada saat perayaan piodalan, ada pertunjukan unik, yakni dramatari gambuh anyar dengan penari-penari yang tergolong sepuh. Rektor ISI Denpasar, Dr. I Gede Arya Sugiharta, SSKar.,M.Hum, mengungkapkan bahwa tari Gambuh merupakan salah satu matakuliah inti yang diajarkan kepada mahasiswa, “dengan dibawakannya tarian gambuh oleh penari sepuh diharapkan mampu memberikan semangat kepada mahasiswa bahwa spirit atau semangat kesenian tidak mengenal usia”, ungkapnya.
Prof I Wayan Dibia mengungkapkan Gambuh anyar adalah dramatarigambuh klasik yang diiringi dengan gamelan semar pagulingan saih pitu. Gambuh anyar ini digagas sejak masih zaman ASTI yang diperdanakan pada tahun 1975 dalam Pesta Seni di depan gedung Lila Bhuwana Denpasar. Pertunjukan gambuh berlakon “Panji Kelana Carang Naga Puspa” yang dipentaskan pada piodalan inidengan durasi pementasan selama kurang lebih satu setengah jam. Para civitas akademika yang menyaksikan pertunjukan langka tersebut dibuat terbelalak, mengingatkan kembali kenangan penonton, terutama yang pernah menjadi murid para penari gambuh sepuh ini, disegarkan oleh pengalaman ketika para penari-penari ini masih gesit-gesitnya menari
Dramatari gambuh ini dimulai dengan babak Putri Gegelang (Diah Ratna Merta) yang menampilkan condong (Made Wiratini), kakan-kakan yang dibawakan oleh 6 orang (Mayun Putri dkk) dan putri (Anak Agung Ayu Kusuma Arini). Berikutnya muncul arya (Ngurah Sueka dan Wayan Sudana dkk) sebagai pengiring Panji Koripan (Panji Inu Kerthapati) yang dibawakan oleh Komang Gede Urip Tri Bhuwana. Bermaksud untuk mendapatkan seorang istri melalui adu keprawiran, sebelum melarikan Diah Ratna Mertha dari Gagelang, Panji Inu Kerthapati memerintahkan para arya untuk membakar pasar Gagelang. Ketika itu, patih kerajaan Metaun, Kebo Angun-angun (Wayan Budiarsa) bersama Demang dan Tumenggung (Dewa Wicaksana dan Lanang Ardika) tiba di Gagelang untuk mencari Raden Panji agar sudi kembali ke Metaun karena kerajaan sedang terancam bahaya. Di tengah-tengah kebakaran pasar, Kebo Angun-angun mendengar tantangan dari seorang bernama Kelana Carang Naga Puspa. Setelah dikejar ternyata Klana Carang Naga Puspa adalah Raden Panji yang dicarinya. Akhirnya mereka bersama-sama meninggalkan Gagelang menuju Metaum.
Banyak penonton, terutama para penari-penari muda, yang dibuat ngehdengan kualitas estetis gambuh yang merupakan totalitas dari tiga unsur utama, tari, drama, dan karawitan. Setiap penari dituntut untuk bisa menyatukan ketiganya dalam penampilan mereka.