Kiriman : I Kt. Suteja (Dosen FSP ISI Denpasar)
ABSTRAK
Daerah Bali sebagai salah satu pusat pariwisata Indonesia, komunikasi, dan interaksi internasional sangat rentan dengan pengaruh budaya global yang mengarah pada perubahan pola pikir, prilaku, tata ruang, struktur masyarakat, dan yang lainnya yang bersifat kompetitif. Perubahan secara total pada ekonomi, sosial, budaya, tata ruang, pola hidup, maka diperlukan media berkesenian guna menyadarkan manusia Bali telah dirasuki tatanan baru. Salah satu bentuk kesenian di jaman global ini adalah Wayang Wong Desa Bualu yang masih eksis sampai sekarang. Desa Adat Bualu merupakan daerah pariwisata di Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Provinsi Bali yang bergulat dengan persaingan bisnis. Bisnis pariwisata merupakan salah satu bidang yang tidak mungkin membebaskan diri dari perkembangan dan pengaruh format global. Hampir 80% sekaa (kelompok) Wayang Wong Desa Bualu bekerja di sektor pariwisata. Desa Bualu telah dirambah industri pariwisata, kesenjangan berkesenianpun terjadi. Ini bukan memojokan pariwisata sebagai biang kerok dari sikap toleransi berkesenian maupun bermasyarakat. Pariwisata disyukuri dapat menumbuhkan perkembangan perekonomian dan kesejahtraan bagi masyarakat Desa Bualu, namun mereka yang terlibat dalam berkesenian hendaknya mampu menyiasati waktu demi lancarnya pelestarian wayang wong. Solusinya adalah kesepakatan waktu latihan memberi dampak positif bagi pencapaian tujuan. Dikatakan demikian, karena sampai saat ini semangat mengemban misi pelestarian seni budaya dari leluhur mereka masih kental. Membangkitkan kembali wujud kesenian langka melalui proses revitalisasi yang bertujuan menghidupkan kembali roh Dramatari Wayang Wong Desa Bualu dengan memperhatikan, Konservasi yaitu kemampuan memelihara keberadaan Dramatari Wayang Wong dengan cara mempelajari secara filosofi maupun teknik dengan baik. Adaptasi adalah penyesuaian terhadap situasi perkembangan zaman yang menyebabkan penyesuaian itu dapat berfungsi lebih baik bagi masyarakat. Terakhir, menghidupkan kembali roh Dramatari Wayang Wong ke arah kemajuan atau lebih meningkat menyesuaikan dengan perkembangan zaman.
Kata kunci: Eksistensi, globalisasi, Dramatari Wayang Wong.
Selengkapnya dapat unduh disini