Kiriman : I Wayan Budiarsa (Prodi Tari FSP ISI Denpasar)
Abstrak
Berbagai negara di dunia dalam era global sekarang ini, usaha pelestarian, penelitian, penciptaan, serta pengembangkan seni budayanya ke arah pemajuan sangatlah gencar dilakukan agar apa yang telah terwariskan dapat dipertahankannya. Tidak jarang suatu negara melakukan suatu perpaduan/ silang budaya atau bahkan mempelajari seni budaya negara lain yang selanjutnya dikembangkan dinegaranya guna menambah khasanah budayanya. Singapura adalah negara tetangga Indonesia yang termasuk sangat gencaar dalam menggali identitas tersebut. Singapura sebagai negara yang berada di wilayah rumpun Melayu mempunyai keberagaman seni budaya yang tumbuh kembang terpadu harmonis yang disangga oleh masyarakatnya, baik yang bernafaskan relegi Hindu, Islam, Budha, dan lain sebagainya. Kesenian Indonesia, khususnya Bali telah berkembang dang sangat digemari oleh masyarakatnya, dan telah banyak pula terbentuk perkumpulan/ sanggar-sanggar seni yang khusus mempelajari tarian dan gamelan Bali, salah satunya yakni sanggar Eka Swara Santi. Sebagaimana tiga tahun silam penulis berkesempatan menjalin kerjasama dengan seniman-seniman Singapura yang bernaung di bawah National University of Singapore (Eka Swara Santi) yang dikordinir oleh Profesor Irving Jhonson, sedangkan dari Indonesia adalah gamelan Pinda Sari-Saba-Blahbatuh-Bali diketuai oleh I Nyoman Kariasa, sedangkan penulis mengkordinir Sanggar Seni Satriya Lelana Batuan-Gianyar-Bali mengadakan pertunjukan drama tari calonarang dengan judul Madri Duta. Suatu epos yang mengisahkan terjadinya peperangan antara kerajaan Kediri dengan Ratu Dirah di belahan Timur tanah Jawa.
Kata kunci: Singapura, Indonesia, Bali, Calonarang, Rasas
Selengkapnya dapat unduh disini