Indonesia Darurat Profesor Penciptaan Seni ISI Denpasar Gelar Simposisum “Mata Air Cipta Seni”

Indonesia Darurat Profesor Penciptaan Seni ISI Denpasar Gelar Simposisum “Mata Air Cipta Seni”

Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar tampil sebagai garda depan dalam perjuangan mewujudkan Profesor Penciptaan Seni. Melalui Bali-Dwipantara Waskita (Simposium Republik Seni Nusantara) serangkaian Festival Nasional Bali Sangga Dwipantara II, ikhwal urgensi keberadaan Profesor Penciptaan Seni di Indonesia yang saat ini makin langka, dibahas sekaligus dirumuskan solusi. Simposium dilaksanakan ISI Denpasar bekerja sama dengan Asosiasi Pencipta Seni Indonesia (Apesi) dilangsungkan secara luring dan daring, Kamis (7/4) di Gedung Nata Praja Mandala kampus setempat. Simposium bertajuk “Mata Air Cipta Seni (Guru Besar Penciptaan Seni Indonesia)” ini menghadirkan pembicara kunci Plt. Dirjen Pendidikan Tinggi dan Ristek, Kemdikbudristek RI, Prof. Ir. Nizam, Ph.D, serta pembicara undangan:  Dr. Ignas Kleden, Prof. Sardono W. Kusumo, Dr. Tisna Sanjaya, Dr. Gusti Putu Sudarta, Dr. FX. Widaryanto, Dr. Susas Rita Loravianti, dan juga hadir daring Direktur Sumberdaya Ditjendiktiristek M. Sofwan Effendi tersebut, menghasilkan rekomendasi pengakuan profesor penciptaan seni dalam skema baru usulan Guru Besar. 

Pada Simposium Nasional yang dipandu Tommy Awuy ini, mengemuka bahwa jumlah Profesor Penciptaan Seni di Indonesia semakin menyusut bahkan mendekati nihil, akibat pemberlakuan aturan persyaratan khusus karya ilmiah jurnal internasional untuk semua pengusulan Profesor. Padahal, doktor penciptaan seni di Indonesia dididik dan sekaligus melakukan praktik seni di masyarakat untuk menghasilkan karya seni atau desain, bukan paper jurnal. Kelangkaan jumlah Profesor Penciptaan Seni kemudian berimplikasi langsung pada penyelenggaran pendidikan tinggi seni di Indonesia. Sangat jarang mahasiswa magister atau program doktor penciptaan seni mendapat pembimbing/promotor, figur panutan, dan model penciptaan dari seorang Profesor Penciptaan Seni.

Rektor ISI Denpasar yang sekaligus Ketua Tim Perumus hasil Simposium, Prof. Wayan ‘Kun’ Adnyana menjelaskan, bahwa perjuangan doktor penciptaan seni dan desain di semua perguruan tinggi di Indonesia untuk mencapai jabatan Profesor Penciptaan Seni/Desain diberlakukan tidak adil oleh aturan syarat khusus menulis artikel pada jurnal internasional. Doktor penciptaan seni dan desain yang tergabung dalam Apesi telah berikrar akan tetap maju mengusulkan jabatan Profesor hanya melalui jalur penciptaan karya seni. Untuk itulah, ISI Denpasar mewadahi perjuangan ini melalui wahana simposium yang menghadirkan maestro, empu seni, dan doktor penciptaan seni se-Indonesia, selain narasumber juga hadir 135 peserta aktif dari berbagai Perguruan Tinggi di Indonesia. 

“Hal yang menggembirakan, bahwa permasalahan ini telah mendapat perhatian dari Plt. Dirjen Pendidikan Tinggi dan Ristek melalui Direktorat Sumber Daya telah menyusun rancangan peraturan menteri terkait tiga jalur pengusulan Profesor, yakni akademik (baca Jurnal Internasional), kekaryaan/vokasi (karya seni atau desain monumental), dan profesional. Kita berharap rancangan peraturan dimaksud segera ditetapkan, sehingga usulan nama Doktor Penciptaan Seni yang telah memiliki reputasi dunia, seperti Dr Tisna Sanjaya dan Dr Rahman Sabur, dapat segera ditetapkan sebagai Profesor Penciptaan Seni, karena umur mereka rata-rata jelang pensiun, “tandas Prof Kun, yang juga Ketua Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Seni Indonesia (BKS-PTSI) itu. 

Pembina Apesi, Prof Sardono W Kusumo memaparkan, bahwa Doktor Penciptaan Seni di Indonesia telah melakukan praktik penciptaan seni melibatkan masyarakat dalam jumlah yang masif. Model prakti seni seperti itu, selaras dengan praktik penciptaan seni yang telah dilakukan seniman generasi perintis kemerdekaan, seperti Usmar Ismail, S. Sudjojono, Affandi, dan lain-lain. “Mengingat, bahwa pendidikan seni di Indonesia sesungguhnya dibangun untuk menghasilkan seniman dalam spirit kebangsaan, karena memang didirikan pertama kali oleh tokoh-tokoh seniman yang juga pejuang kemerdekaan. Spirit kebangsaan kemudian, diterjemahkan dalam praktik penciptaan seni yang bertolak dari keragaman budaya dan ekosistem sebagai sumber. Karya cipta juga dijadikan orientasi untuk menjawab persoalan era masa kini. Lulusan pertama pendidikan seni tersebut tercatat telah menghasilkan seniman hebat, diantaranya: Idris Sardi, FX. Soetopo, Slamet Abdul Syukur, Suka Hardjana, Paul Gautama Soegiyo, Ahmad Sadali, AD. Pirous, dan G. Sidharta. Namun, pendidikan seni kini, justru meninggalkan peran maksimal sebagai perintis penciptaan seni, karena semata mengikuti sistem pendidikan sains semata, bukan karya seni. Padahal sekarang, di dunia pendidikan dikenal pemisahan antara sains, teknologi, enjinering, seni, dan matematika. Artinya, kelima pilar pendidikan itu harus diakui kemandiriannya. Sehingga doktor penciptaan seni di Indonesia dalam pengakuan jabatan fungsional profesor, mesti dibangun atas prinsip pengakuan karya seni, “terang koreografer papan atas Indonesia itu memberi argumen.

Pandangan senada dilontarkan narasumber Dr Ignas Kleden, dengan mengatakan bahwa prinsip pendidikan seni untuk menghasilkan seniman, berbeda dengan pendidikan seni untuk menghasilkan ahli seni. Pendidikan untuk menghasilkan seniman, membutuhkan kehadiran profesor penciptaan seni, yang membimbing dan melatih mahasiswa untuk menghayati nilai-nilai kebudayaan atau kesenian untuk kebutuhan penciptaan, atau pengembangan kesenian itu sendiri. Sementara ahli seni merupakan model pendidikan untuk melatih nalar mahasiswa dalam identifikasi data-data kesenian, bukan mencipta seni atau desain. “Pendidikan seni untuk menghasilkan lulusan sebagai seniman, mesti dibangun dalam karakteristik penciptaan, tradisi memasuki pengalaman dan penghayatan nilai-nilai. Sehingga tidak membutuhkan tulisan model sains, karena cara seniman menulis itu berbeda, pendekatannya dari dalam karya seni, “urai cendekiawan lulusan Jerman itu.

Profesor Penciptaan Seni Diakomodasi 

Plt. Dirjen Diktiristek Prof Nizam, memberi apresiasi terhadap penyelenggaraan Simposium Nasional itu, sembari mengingatkan kepada seluruh perguruan tinggi seni di Indonesia untuk terus tampil sebagai garda depan dalam menghasilkan seniman atau desainer, selain pengkaji seni dan pendidik seni. “Kemdikbudristek telah melakukan penyusunan rancangan peraturan pengusulan guru besar atau profesor melalui tiga jalur, yakni: akademik (jurnal internasional), kekaryaan atau vokasi, dan profesional. Doktor Penciptaan Seni dalam pengusulan profesor dapat memakai jalur kekaryaan, yang dinilai karya seni atau desain monumental. Penilaian kekaryaan monumental ini, tentu membutuhkan masukan perguruan tinggi seni dan juga Apesi dalam menyusun formula penilaian yang solid”. Tentang rancangan tiga jalur pengusulan profesor juga dibenarkan Direktur Sumber Daya Diktiristek M. Sofwan Effendi, bahwa doktor penciptaan seni dapat menjadi profesor melalui jalur kekaryaan seni atau desain monumental. “Tiga jalur ini, merupakan hal prinsip yang telah disepakati dalam rancangan peraturan menteri yang baru terkait pengusulan guru besar. Semoga secepatnya dapat ditetapkan, sehingga perguruan tinggi dapat melakukan langka antisipasi, “jelasnya. 
Pada simposium, yang perumusan hasil rekomendasi berlangsung hingga malam hari itu, juga ditampilkan doktor penciptaan seni dengan reputasi kekaryaan yang telah mereka lakukan.  Dr. Tisna Sanjaya menyajikan karya-karya partisipatoris (Gerakan Sosial Seni Masyarakat) di Cigondewa dan Citarum, Bandung. Karya Tisna telah dipergelarkan pada Venesia Biennale, juga pada Juni mendatang di Dokumenta, Jerman. Dr. Gusti Putu Sudarta mengeksplorasi penciptaan seni berbasis ritus, Dr. FX. Widaryanto membahas penciptaan seni pertunjukan dalam ekologi, Dr.  Susas Rita Loravianti melakukan penciptaan seni pertunjukan pada budaya Minangkabau dan Mentawai.

Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar menyerahkan penghargaan Sewaka Mahabhakti Nugraha kepada Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang purnatugas atau wakil keluarga PNS yang telah meninggal dunia 

Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar menyerahkan penghargaan Sewaka Mahabhakti Nugraha kepada Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang purnatugas atau wakil keluarga PNS yang telah meninggal dunia 

Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar menyerahkan penghargaan Sewaka Mahabhakti Nugraha kepada Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang purnatugas atau wakil keluarga PNS yang telah meninggal dunia; bertepatan dengan Tumpek Wayang diserahkan sebanyak 15 Penghargaan, selain piagam, juga diberikan souvenir berupa jam tangan dan beras punia dari seluruh pejabat di lingkungan ISI Denpasar. Selamat purnatugas…kembali berkarya bersama keluarga tercinta…rahayu

Wisuda Generasi Pertama Merdeka Belajar ISI Denpasar

Wisuda Generasi Pertama Merdeka Belajar ISI Denpasar

Foto: Rektor ISI Denpasar, Prof. Dr. Wayan Kun Adnyana serahkan Bali-Dwipantara Nata Kerthi Nugraha kepada seniman multi talenta Putu Putri Suastini Koster.

DENPASAR, MataDewata.com | Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar mewisuda sebanyak 466 lulusan Sarjana, Sarjana Terapan dan Magister Seni. Sebanyak 70 persen diantaranya merupakan lulusan program pembelajaran Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) semester gasal 2021/2022. Serangkaian acara itu juga dianugerahkan Bali-Dwipantara Nata Kerthi Nugraha, penghargaan kepada maestro, seniman dan akademisi berdedikasi sekaligus bereputasi tingkat nasional.

Penerima diantaranya Putu Putri Suastini Koster selaku seniman teater dan sastra, serta penggagas Festival Seni Bali Jani. Acara turut dihadiri secara daring oleh Gubernur Bali, Dr. Wayan Koster, selaku Ketua Dewan Penyantun ISI Denpasar. Sambutan dari Deputi Bidang Hubungan Antar Lembaga dan Jaringan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) RI, Ir. Prakoso, MM., berlangsung secara hibrid dari Gedung Natya Mandala kampus setempat, Jumat (25/2/2022).

Rektor ISI Denpasar, Prof. Dr. Wayan Kun Adnyana, mengungkapkan bahwa Wisuda Sarjana, Sarjana Terapan dan Magister Seni XXVII Tahun 2022 merupakan altar pengakuan keberhasilan pelaksanaan Kurikulum Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Semester Ganjil 2021/2022. Sebanyak 70% dari 458 wisudawan program sarjana dan sarjana terapan, merupakan mahasiswa yang berhasil lulus Program Pembelajaran MBKM.

Generasi gemilang dengan praktik dan pencerapan langsung pada Dunia Usaha-Dunia Industri (DUDI), serta pengalaman memasuki ekosistem seni dan desain yang sesungguhnya. “MBKM ISI Denpasar ini bersinergi dengan 130-an mitra bereputasi dari kalangan DUDI, studio maestro, satuan pendidikan, lembaga pemerintah, yayasan kemanusiaan, lembaga seni, museum dan sanggar seni. Mahasiswa bersama mentor dan pembimbing dari kalangan dosen, berkolaborasi membangun visi yang sama, serta mengaktualisasikan semangat inovasi yang progresif, berdayaguna, juga kontekstual. Program magang/praktik kerja, projek independen, projek kemanusiaan dan kewirausahaan menjadi pilihan favorit,” terang Guru Besar Sejarah Seni yang dikenal juga sebagai perupa itu.

Wakil Rektor Bidang Akademik dan Alumni, Dr. Anak Agung Gede Rai Remawa, menyampaikan kebanggaannya, secara prinsip keunggulan Kurikulum MBKM ISI Denpasar selain memastikan mahasiswa meraih 20 SKS penuh dalam satu semester, juga menjamin mahasiswa mengenyam pengalaman aktual, peluang jejaring serta percepatan mengakses ruang diseminasi terpercaya.

“Banyak mahasiswa peserta MBKM ISI Denpasar lolos seleksi mengikuti pameran Nasional Bali Megarupa, serangkaian Festival Seni Bali Jani 2021. Bahkan tidak sedikit mahasiswa selepas mengikuti MBKM langsung tandatangan kontrak kerja dengan DUDI. Program MBKM ISI Denpasar juga memastikan mahasiswa dapat meraih gelar sarjana lebih awal, yakni pada semester VII, “ ujar mantan Koordinator Pusat Penjaminan Mutu ISI Denpasar itu.

Sebagaimana penyelenggaraan wisuda tahun lalu, kali ini juga dimaknai dengan pembukaan Festival Nasional Bali Sangga Dwipantara II bertajuk “Hulu-Banyu-Nuswantara”, yang bermakna memuliakan mata air: Sambut Generasi Gemilang Indonesia. Festival yang didedikasikan sebagai ruang diseminasi keberagaman karya-praktik penciptaan serta mimbar akademik seni-budaya melibatkan maestro, seniman, desainer, akademisi, pekerja kreatif dan mahasiswa bertalenta lintas Universitas/Institut di Indonesia.

Rektor Kun Adnyana menandaskan, festival ini merupakan komitmen ISI Denpasar sebagai garda depan dalam pemajuan kebudayaan Indonesia dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika. Sekaligus implementasi moto: Global-Bali Arts and Creativity Centre Hub (G-BACCH); Pusat Hub Kreativitas dan Seni Tingkat Global. “Bali Sangga Dwipantara Tahun 2022 mengusung tajuk Hulu-Banyu-Nuswantara (Memuliakan Mata Air; Sambut Generasi Gemilang Indonesia) dengan sebelas program unggulan,” tegasnya.

Lanjut mengurai sebelas program unggulan yaitu; 1) Bali-Dwipantara Widya (Mimbar Talenta Nusantara); 2) Bali-Dwipantara Adirupa (Pameran Seni Rupa Indonesia); 3) Bali-Dwipantara Adinatya (Pagelaran Virtual Nasional); 4) Bali-Dwipantara Kanti (Inisiatif Braya Nusantara); 5) Bali-Dwipantara Waskita (Seminar Republik Seni Nusantara), 6) Bali-Dwipantara Krama (Tutur Laku Nusantara); 7) Bali-Dwipantara Yatra (Sastra Desa Nusantara); 8) Bali-Dwipantara Diatmika (Mimbar Maestro Nusantara); 9) Bali-Dwipantara Karma (Nemu Gelang Nusantara); 10) Bali-Dwipantara Bhakti (Umah Bersama Nusantara); dan 11) Bali-Dwipantara Nata Kerthi Nugraha (Penghargaan), “ jelas mantan Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali itu.

Putri Koster Terima Bali-Dwipantara Nata Kerthi Nugraha
Serangkaian Wisuda dan Pembukaan Bali Sangga Dwipantara II Tahun 2022, juga diserahkan penghargaan Bali-Dwipantara Nata Kerthi Nugraha 2022 kepada Maestro, Seniman dan Akademisi berdedikasi sekaligus bereputasi. Adapun penerima penghargaan: Maestro Bahasa, Aksara dan Sastra Bali I Made Degung; Akademisi Prof. Dr. dr. I Wayan Wita, Sp.JP(K); Seniman Teater dan Sastra Ni Putu Putri Suastini Koster; Akademisi Dr. I Gusti Ngurah Ardana; Seniman Tari Anak Agung Ayu Kusuma Arini, M.Si; dan Penyair Warih Wisatsana.

Penghargaan Bali-Dwipantara Nata Kerthi Nugraha ke-2 ini, didedikasikan kepada maestro, seniman dan akademisi yang ditimbang berdasarkan sumbangsih mereka pada bidang masing-masing, baik kekaryaan, dedikasi organisasi serta kontribusi nyata dalam pengembangan keilmuan dan pemajuan seni budaya. “Maestro Made Degung, Prof. Wita, seniman Putri Suastini Koster, Dr. Ardana, penari Agung Arini, dan penyair Warih Wisatsana, merupakan pilihan yang tepat karena kesemua nama tersebut memiliki riwayat dan capaian yang panjang dalam dunia akademik, lelaku seni, serta kepedulian pada penguatan ekosistem budaya, “ papar Tjokorda Putra Sukawati selaku anggota Dewan Penyantun ISI Denpasar.

Pada acara tersebut juga diisi orasi ilmiah berjudul “Implementasi Kearifan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali dalam Menjaga Harmoni Diri dengan Alam Semesta” oleh maestro I Made Degung, asal Sibetan, Karangasem. Selain menguraikan perihal Asta Kosala Kosali, Made Degung juga memaparkan tentang penciptaan kekawin, yang sangat berkaitan dengan praktik yoga sastra dan spiritualitas.

Gubernur Bali Wayan Koster dalam sambutan mengharapkan sinergi ISI Denpasar dengan Pemerintah Provinsi Bali semakin maju, utamanya dalam penguatan dan pemajuan adat, tradisi, seni, budaya dan kearifan lokal. Terlebih, Provinsi Bali sudah memiliki wahana apresiasi seni budaya yang lengkap, dari tradisi sampai kontemporer. “Bulan Bahasa Bali, Pesta Kesenian Bali, dan Festival Seni Bali Jani merupakan arena apresiasi dan aktualisasi penciptaan seni yang dapat diakses secara baik oleh seluruh alumni ISI Denpasar, “ terang Wayan Koster yang juga Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali itu.

Sumber : https://matadewata.com/25/02/2022/wisuda-generasi-pertama-merdeka-belajar-isi-denpasar/

ISI Denpasar Gelar Sosialisasi Beasiswa IISMA: Strategi Lolos IISMA 2022

ISI Denpasar Gelar Sosialisasi Beasiswa IISMA: Strategi Lolos IISMA 2022

Penulis: Tabita Angelica (Mahasiswa Desain Mode -Humas BEM ISI Denpasar)

Tahun ini, akan diadakan seleksi Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA). 

IISMA merupakan salah satu program beasiswa dalam Kampus Merdeka yang dapat memberikan mahasiswa kesempatan untuk menempuh pembelajaran di perguruan tinggi luar negeri selama 1 (satu) semester dan kegiatan pembelajarannya disetarakan hingga 20 SKS.

Maka dari itu, Lembaga Penelitian, Pengabdian Kepada Masyarakat, dan Pengembangan Pendidikan (LP2MPP), Kantor Urusan Internasional ISI Denpasar, menyelenggarakan Sosialisasi “Beasiswa IISMA: Strategi Lolos IISMA 2022” pada Selasa, 15 Pebruari 2022 melalui platform daring zoom. Acara tersebut menghadirkan narasumber dari ITS Surabaya yaitu Octaviyanti Dwi Wahyurini, Ph.D sebagai Senior Manager of Promotion & International Mobility , ITS Global Engagement dan Zulfiqar Rahman Aji sebagai mahasiswa penerima Beasiswa IISMA tahun 2021.

Rektor Institut Seni Indonesia Memmbuka Webinar Sosialisasi Beasiswa IISMA: Strategi Lolos IISMA 2022

Webinar ini dibuka oleh Prof. Dr. I Wayan Adnyana dan dihadiri undangan serta diikuti oleh 210 mahasiswa sebagai peserta yang juga aktif bertanya-jawab dalam kolom komentar. Dalam sambutannya, Rektor ISI Denpasar, Prof. “Kun” Adnyana menyambut baik acara ini dan memberikan spirit kepada mahasiswa untuk dapat mengikuti program beasiswa ini. “Semakin banyak mahasiswa ikut program ini, maka akan semakin baik untuk prestasi lembaga. Program ini bagus untuk memastikan mahasiswa mendapatkan pengalaman untuk menguatkan kapisitas diri dan ruang pembuktian mahasiswa ISI Denpasar dalam mengaplikasikan ilmu, menambah ilmu serta pengalaman di universitas ternama di dunia” tegas Prof. Kun.

Pada kesempatan tersebut narasumber yaitu Octaviyanti Dwi Wahyurini, Ph.D yang juga sebagai interviewer IISMA 2021 memberikan materi tentang gambaran umum program beasiswa luar negeri IISMA, dilanjutkan dengan memberikan syarat dan tips beserta trik strategi lolos beasiswa IISMA 2022. 

Pada kesempatan tersebut dihadirkan pula Zulfiqar Rahman Aji sebagai mahasiswa penerima Beasiswa IISMA tahun 2021. Dalam testimoninya Zulfiqar berpesan agar mahasiswa lebih aktif untuk mengikuti kegiatan di dalam kampus ataupun di luar kampus, karena keaktifan dan prestasi mahasiswa juga menjadi salah satu faktor penilaian dalam beasiswa ini. “Di masa pandemi seperti ini mahasiswa diharapkan harus lebih banyak persiapan secara mental dan juga riset untuk kampus tujuan dan harus siap terhadap perubahan budaya antara masyarakat Indonesia dan Mancanegara” ucap Zulfiqar yang membagikan strategi untuk dapat lolos beasiswa (15/02/2022).

Dekan Fakultas Seni Rupa ddanDesain ISI Denpasar Menyudisium 262 Orang Mahasiswa

Dekan Fakultas Seni Rupa ddanDesain ISI Denpasar Menyudisium 262 Orang Mahasiswa

Yudisium Fakultas Seni Rupa dan Desain Internet Seminar Indonesia Denpasar diikuti 262 orang yudisiawan secara hybrid, hari ini Rabu, (16/2/2022| 09.30 WITA). Peraih IPK tertinggi (4.00) yudisiawan dari Program Studi Seni Kriya atas nama I Kadek Komara Yana. Tumbuh generasi  kreatif yang semakin memperkokoh ISI Denpasar sebagai pusat seni dan kreativitas level dunia (Global-Bali Arts and Creativity Centre Hub| G-BACCH). Selamat dan sukses kepada seluruh yudisiawan FSRD ISI Denpasar (ISIDps/Humas).

PERSAINGAN GLOBAL SEMAKIN CEPAT

PERSAINGAN GLOBAL SEMAKIN CEPAT

Denpasar

Di Era 5.0, persaingan global semakin cepat, dengan perkembangan teknologi, informasi dan media. Kondisi ini harus direspons dengan cepat pula. Kuncinya, kecepatan dalam penguasaan teknologi, dan mengikuti perkembangan informasi dan media, menjadi sebuah keniscayaan.

‘’Terlebih dalam dunia pendidikan tinggi di era digital ini, penguasaan teknologi informasi sangatlah penting, di samping selalu meningkatkan kualifikasi pendidikan,’’ ujar Ketua LP2MPP ISI Denpasar, Dr. I Komang Arba Wirawan, S.Sn.,M.Si.

Karena itu dosen Prodi Produksi Film dan Televisi ini berupaya meningkatkan kualifikasi pendidikannya. Setelah meluluskan Program Magister, Arba Wirawan menempuh pendidikan di Program Doktor Kajian Budaya Unud tahun 2011. Saat mengikuti perkuliahan di Kajian Budaya Unud, Arba Wirawan mengaku banyak mendapat pengetahuan dan pengalaman yang sangat berguna untuk pengembangan diri dan institusi, tempatnya mengabdikan diri, yakni Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar.

Sebagai dosen di Program Studi Fotografi ISI Denpasar tahun 2003-2013, bersama kawan-kawan Arba mampu mengantarkan Prodi Fotografi untuk mendapatkan Akreditasi A. Akreditasi adalah hal utama untuk kinerja sebuah prodi. Tak hanya itu, Arba Wirawan terlibat dalam pendirian Prodi Produksi Film dan Televisi, ISI Denpasar tahun 2013.

‘’Saya bersyukur bisa kuliah di Kajian Budaya FIB Unud. Kalau tidak, mungkin riwayat akademik saya berbeda. Makanya, atas pencapain karier ini tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Prodi Doktor Kajian Budaya FIB Unud,’’ kata mantan wartawan foto harian DenPost ini.

Setelah berhasil menyukseskan proses akreditasi prodi dan mendirikan prodi baru, Arba Wirawan mendapatkan peluang baru menjadi Asesor BANPT, kemudian juga menjadi Pengurus Perkumpulan Prodi Film dan Televisi Indonesia. Pada awal tahun 2022 Arba Wirawan dipercaya menjadi Majelis Kebudayaan Bali (MKB). Sebelumnya, Rektor ISI Denpasar Prof. Dr. I Wayan Kun Adnyana, mempercayainya sebagai Ketua LP2MPP IS Denpasar periode 2021-2025.

Pinang Promotor di Australia

Saat kuliah di Kajian Budaya FIB Universitas Udayana, ada hal menarik yang tak pernah dilupakan Arba Wirawan dalam pemilihan promotor untuk penyusunan disertasinya. Ia pun meminang Prof. I Nyoman Darma Putra, guru besar FIB Unud. Menarik, Arba justru memohon kesediaan Prof. Darma Putra menjadi pembimbing riset dan penulisan disertasi, ketika bertemu di kampus University of Western Australia, Perth.

Pertemuan di Negeri Kangguru itu terjadi karena saat itu Arba mengikuti rombongan ISI Denpasar dalam muhibah kesenian yang mementaskan sendratari Ramayana. Waktu itu, Prof. Darma Putra hadir menonton pementasan tersebut. Kebetukan saat itu Prof. Darma Putra hadir di Perth untuk mengikuti lokakarya sebuah proyek riset dengan grup risetnya di Australia.

‘’Pertemuan itu sungguh bersejarah bagi perjalanan karier saya. Saya merasa terlalu berani meminta kesediaan beliau menjadi calon promotor saat itu. Saya sudah mengenal Pak Darma sejak lama, khususnya dalam dunia jurnalistik. Beliau rendah hati, karena itu saya memberanikan diri memohonnya menjadi promotor,’’ ujarnya.
Kemudian Prof. Darma Putra menerima permohonan Arba, karena topik disertasinya sesuai dengan keahliannya dalam dunia media, liputan, framing, dan wacana kritis. Selanjutnya tim pembimbing pun terbentuk, terdiri atas Prof. Dr. I Wayan Ardika, M.A. (Kopromotor I), dan Prof. Dr. I Gede Arya Sugiartha, S.Kar., M.Hum (kopromotor II), yang pernah menjadi Rektor ISI Denpasar dan sekarang Kadis Kebudayaan Provinsi Bali.

Dari tim promotor, Arba mengaku mendapatkan banyak ilmu. Tidak saja untuk menyelesaikan disertasi, tetapi ilmu itu dapat diaplikasikan dalam dunia akademik.

‘’Topik-topik yang saya kaji setelah menulis disertasi tentang wacana televisi, banyak mewarnai riset-riset saya pasca-kuliah. Berapa penelitian, penciptaan karya, produksi film dan artikel, terinspirasi dari proses kuliah di kelas dan diskusi bersama teman-teman sejawat di S3 Kajian Budaya. Banyak teori yang diperoleh sehingga menjadi modal dalam proses penelitian untuk mengajar di S1 dan S2 di ISI Denpasar,’’ kata Arba.

Dalam dunia penelitian, ada sejumlah hasil riset yang telah dihasilkan anggota senat ISI Denpasar ini dalam lima tahun terakhir, seperti Produksi Drama Film Televisi Bung Karno di Bawah Pohon Sukun (2021), Counter Wacana dan Mise En Scene pada Film Gundala (2021), Pertarungan Wacana pada Video Pendek Covid-19 (2019). Ia juga dipercaya sebagai narasumber FGD KKNI-SKKNI Kurikulum Pendidikan Tinggi Film; Kuliah Umum Prodi Film dan TV, FSD, Potensi Utama Medan Bali Studio; The University of Western Australia (Guest Lecturer). (*)

Oleh : Dr. I Komang Arba Wirawan, S.Sn.,M.Si.

Loading...