Foto: Mahasiswa Prodi Desain Mode, Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Denpasar, I Kadek Krisna Dwipayana menjadi Peserta Terbaik Karya Kreatif Muda 2024.
Mahasiswa Program Studi Desain Mode, Fakultas Seni Rupa dan DesainISI Denpasar, I Kadek Krisna Dwipayana menjadi Peserta Terbaik Karya Kreatif Muda 2024 dalam ajang nasional Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia dan Karya Kreatif Indonesia (FEKDI x KKI) 2024.
Krisna Dwipayana menyuguhkan dua busana racangannya. Mahasiswa semester 7 ini memakai bahan dari Agung Bali Collection, UMKM Binaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali. Krisna secara apik memodifikasi tenun ikat endek Bali motif mandala menjadi pakaian ready to wear yang memikat.
Foto: Busana karya mahasiswa Prodi Desain Mode ISI Denpasar, I Kadek Krisna Dwipayana dalam ajang nasional FEKDI x KKI 2024.
Bentuk mandala bulat simetris menjadi harmoni dan keseimbangan kehidupan dan alam semesta. Bentuk ini juga mencerminkan siklus alam, termasuk siklus kehidupan, kematian, dan kelahiran kembali. Dapat diartikan sebagai simbol keabadian dan keterulangan keberadaan (reinkarnasi).
Foto: Mahasiswa Prodi Desain Mode ISI Denpasar, I Kadek Krisna Dwipayana menunjukan busana rancangannya dalam ajang nasional FEKDI x KKI 2024
Sebagai informasi, FEKDI x KKI merupakan gelaran tahunan yang diselenggarakan Bank Indonesia di Jakarta Convention Center, pada tanggal 1 hingga 4 Agustus 2024. Sebanyak 15 desainer muda dari berbagai daerah percaya diri bergantian memamerkan hasil rancangan busananya yang memakai wastra asli Indonesia. Total ada 30 rancangan busana karya 15 desainer muda ini. (ISIDps/Humas-RT)
Foto: Karya busana hasil rancangan mahasiswa Desain Mode ISI Denpasar diperagakan dalam Denpasar Fashion Street di Lobby Dharma Negara Alaya, Denpasar, Sabtu (8/6).
Program Studi Desain Mode Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar-Bali turut unjuk karya dalam Denpasar Fashion Street. Peragaan fashion tahunan ini diselenggarakan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Denpasar di Lobby Dharma Negara Alaya, Denpasar pada Sabtu, 8 Juni 2024.
Kreasi fashion yang ditampilkan merupakan karya 10 (sepuluh) mahasiswa Prodi Desain Mode yang tergabung dalam Natakerthi Fashion Designer ISI Denpasar. Nirmala Nandakusuma menjadi tema dari koleksi karya busana ini. Ide ini terinspirasi dari bunga Jempiring yang merupakan ikon kota Denpasar.
Foto: Mahasiswa Desain Mode ISI Denpasar yang tergabung dalam Natakerthi Fashion Designer ISI Denpasar unjuk karya dalam Denpasar Fashion Street di Lobby Dharma Negara Alaya, Denpasar, Sabtu (8/6).
Jempiring Putih, merupakan bunga maskot kota Denpasar dengan kelopak berwama putih bersih menjadi lambang kesucian dan kejemihan pikiran Arome hunga jempireng yang sangat harum menjadi lambang daya tarik dan kewibaan Lan daunnya yang berwarna hijau pekat melambangkan ketenteraman hati.
Nirmala Naridakusuma, kata ini dipilih untuk menamakan 10 karya busana Ready To Wear (RTW) karena memiliki makna yang cocok dengan bunga jempinng. Kata Nirmala bermakna suci atau bersih tanpa cela, dan Nandakusuma bermakna tunga yang memiliki hanan yang luar biasa 10 karya busana dibuat dengan menggunakan bahan kain endek berwarna hijau dan putih mengikuti warna dari daun dan bunga jempiring. (ISIDps/Humas-RT)
Foto: Kostum yang dikenakan oleh (kiri ke kanan) tokoh Galuh, Prabu, dan Putri dalam Pergelaran Bhakti Widya Kahuripan “Cupak Gerantang Anglanglang Dharma” di Jaba Pura Pasar Agung, Desa Batur, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Minggu, (3/3).
Karya dosen Program Studi Desain Mode, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar-Bali menambah keindahan Pergelaran Bhakti Widya Kahuripan “Cupak Gerantang Anglanglang Dharma” di Jaba Pura Pasar Agung, Desa Batur, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Minggu, 3 Maret 2024.
Foto: Kostum yang dikenakan oleh tokoh Gerantang dalam Pergelaran Bhakti Widya Kahuripan “Cupak Gerantang Anglanglang Dharma” di Jaba Pura Pasar Agung, Desa Batur, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Minggu, (3/3).
Kostum yang dipakai oleh tokoh-tokoh dalam sendratari “Cupak Gerantang Anglanglang Dharma” merupakan hasil karya salah satu dosen Prodi Desain Mode ISI Denpasar, yakni Dr. A.A.Ngr.Anom Mayun K.Tenaya, M.Si. Kostum berupa busana dan gelungan (mahkota) dirancang khusus untuk 11 tokoh drama tari tersebut. Tokoh dimaksud, yakni Cupak, Gerantang, Prabu, Putri, Galuh, Banasati, Tuadaya, Penasar, Wijil, Pan Bekung, dan Men Bekung.
Dr. A.A.Ngr.Anom Mayun K.Tenaya, M.Si. menuturkan pembuatan kostum telah digarap sejak bulan Januari 2024 dan rampung akhir Februari 2024. Kostum-kostum ini tidak hanya hasil karyanya sendiri, tetapi juga berkerja sama dengan dosen Prodi Desain Komunikasi Visual, Cokorda Alit Artawan, S.Sn., M.Sn.
Dr. A.A.Ngr.Anom Mayun K.Tenaya, M.Si., menjelaskan bahwa mereka memulai dengan melakukan riset tentang karakter setiap tokoh dalam sendratari tersebut. Lanjut, mereka merancang konsep-konsep kostum yang memperkuat identitas dan kepribadian masing-masing tokoh. Bahan-bahan dipilih sesuai dengan tema dan estetika yang diinginkan. Mereka mempertimbangkan faktor-faktor seperti kenyamanan bagi para penari, daya tahan, dan kemampuan untuk mengekspresikan gerakan tubuh dengan leluasa.
Foto: Kostum yang dikenakan oleh tokoh Penasar dan Wijil dalam Pergelaran Bhakti Widya Kahuripan “Cupak Gerantang Anglanglang Dharma” di Jaba Pura Pasar Agung, Desa Batur, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Minggu, (3/3).
Setelah desain dan bahan diputuskan, proses pembuatan dimulai dengan teliti. Mulai dari pemotongan bahan, jahitan tangan, hingga detail-detail kecil seperti hiasan dan aksesoris, semuanya dikerjakan dengan penuh dedikasi. Kolaborasi antara dosen Prodi Desain Mode dan Desain Komunikasi Visual memastikan bahwa setiap kostum tidak hanya mencerminkan keindahan visual, tetapi juga menyampaikan narasi yang kuat.
“Proses kreatif pembuatan kostum untuk ‘Cupak Gerantang Anglanglang Dharma’ telah menjadi perjalanan yang penuh inspirasi bagi kami. Kami berusaha menciptakan kostum yang tidak hanya memperindah penampilan visual, tetapi juga menggambarkan karakter dan makna mendalam dari setiap tokoh dalam sendratari tersebut,” ujar dosen kelahiran 1 Maret 1968 ini. (ISIDps/Humas-RT)