Teknologi Informasi Sebagai Kreatifitas Dalam Karya Seni Lukis

Teknologi Informasi Sebagai Kreatifitas Dalam Karya Seni Lukis

Kiriman : Sang Made Budiasa ( Mahasiswa Program Pascasarjana ISI Denpasar)

logo ISI DpsPendahuluan.                                                         

Sejak akhir dasawarsa 90-an, di Indonesia muncul bentuk kesenian (seni rupa) yang menggunakan media dan material non-konvensional sebagai medium berkaryanya. Kesenian tersebut semakin berkembang, terutama di wilayah-wilayah yang selama ini menjadi sentra perkembangan seni rupa di Indonesia seperti Bandung, Jakarta, Yogyakarta, Surabaya dan Bali.

Bentuk kesenian ini kemudian dikenal dengan istilah “seni media baru” (new media art). Penggunaan istilah “media baru” terutama menunjuk kepada medium yang digunakan oleh para perupanya yang sangat berbeda dengan medium (konvensional) berkarya seni rupa pada periode sebelumnya yang lebih dulu dikenal seperti: penggunaan kain kanvas dan cat pada lukisan. Salah satu karakteristik bentuk kesenian “baru” ini adalah penggunaan teknologi serta media komunikasi dan informasi sebagai alat, medium dan sumber gagasan penciptaan berkarya seni.

Beberapa varian dari kesenian yang tergolong dalam media baru tersebut diantaranya: seni internet (web art), video performance, seni video (video art), cellular art, dan lain sebagainya. Para perupa yang menggeluti jenis kesenian tersebut umumnya mahasiswa dan alumni perguruan tinggi seni rupa atau setidaknya pernah mengenyam pendidikan di sekolah tinggi seni rupa.

Di dunia internasional bentuk kesenian dengan karakter pengunaan teknologi serta media komunikasi dan informasi ini telah diakui sebagai bagian dari perkembangan (disiplin ilmu) seni rupa. Jurusan atau program studi yang mengkhususkan pada bentuk kesenian ini telah didirikan di beberapa negara dan umumnya dengan menggunakan label multi-media art. Beberapa event internasional telah diselenggarakan dan diikuti juga oleh para perupa dari Indonesia. Keikutsertaan para perupa Indonesia ini bukan hanya sebagai pertisipan, tetapi telah mendapat pengakuan secara internasional.

Sesuai dengan tuntutan perkembangan dunia seni rupa, fenomena jenis kesenian yang menggunakan teknologi komunikasi dan informasi sebagai basis kreatifnya perlu mendapat perhatian, bukan saja dikalangan seniman, tetapi juga di kalangan pendidikan, khususnya pendidikan seni rupa. Demikian pula jika melihat perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang tumbuh dengan pesat dipergunakan untuk mempercepat perkembangan berbagai bidang (disiplin) ilmu, maka tidak berlebihan apabila para pengembang kurikulum pendidikan seni rupa mencoba memasukan jenis kesenian ini dalam kurikulum pendidikannya. Seperti yang diterapakan pada program Pasca Sarjana Internet Seminar Indonesia Denpasar.

Walaupun dengan mudah para pengembang kurikulum pendidikan seni di Indonesia dapat mengadopsi struktur kurikulum dari berbagai negara yang telah lebih dulu membuka Jurusan atau program studi ini, tetapi mengingat konteks budaya yang berbeda antara satu negara dengan negara lainya, beberapa hal yang berkaitan dengan aspek historikal, ideologi, karakteristik bentuk, estetika, medium serta pola belajar yang digunakan oleh para perupanya, harus diketahui dan dipahami dengan baik oleh para pengembang kurikulum pendidikan seni rupa. Pemahaman secara holistik membantu para pengembang kurikulum untuk membuat sebuah struktur kurikulum yang sesuai dengan konteks atau kultur budaya setempat.

Selengkapanya dapa di unduh disini

Hubungan Fotografi Dan Teknologi

Hubungan Fotografi Dan Teknologi

logo-554-x-600-277x300Kiriman: Agung Wijaya ( Mahasiswa Program Pascasarjana ISI Denpasar)

Fotografi secara umum baru dikenal sekitar 150 tahun lalu. Ini kalau kita membicarakan fotografi yang menyangkut teknologi. Namun, kalau kita membicarakan masalah gambar dua dimensi yang dihasilkan dari peran cahaya, sejarah fotografi sangatlah panjang. Dari yang bisa dicatat saja, setidaknya “fotografi” sudah tercatat sebelum Masehi. Dalam buku The History of Photography karya Alma Davenport, terbitan University of New Mexico Press tahun 1991, disebutkan bahwa pada abad ke-5 sebelum Masehi, seorang pria bernama Mo Ti sudah mengamati sebuah gejala. Apabila pada dinding ruangan yang gelap terdapat lubang, maka di bagian dalam ruang itu akan terefleksikan pemandangan di luar ruang secara terbalik lewat lubang tadi. Kemudian, pada abad ke-10 Masehi, seorang Arab bernama Ibn Al-Haitham menemukan fenomena yang sama pada tenda miliknya yang bolong. Hanya sebatas itu informasi yang masih bisa kita gali seputar sejarah awal fotografi karena keterbatasan catatan sejarah. Bisa dimaklumi, di masa lalu informasi tertulis adalah sesuatu yang amat jarang. Demikianlah, fotografi lalu tercatat dimulai resmi pada abad ke-19 dan lalu terpacu bersama kemajuan-kemajuan lain yang dilakukan manusia sejalan dengan kemajuan teknologi yang sedang gencar-gencarnya. Adalah tahun 1839 yang dicanangkan sebagai tahun awal fotografi. Pada tahun itu, di Perancis dinyatakan secara resmi bahwa fotografi adalah sebuah terobosan teknologi. Saat itu, rekaman dua dimensi seperti yang dilihat mata sudah bisa dibuat permanen.

Penemu fotografi dengan pelat logam, Louis Jacques Mande Daguerre, sebenarnya ingin mematenkan temuannya itu. Tapi, Pemerintah Perancis, dengan dilandasi berbagai pemikiran politik, berpikir bahwa temuan itu sebaiknya dibagikan ke seluruh dunia secara cuma-cuma. Maka, saat itu manual asli Daguerre lalu menyebar ke seluruh dunia walau diterima dengan setengah hati akibat rumitnya kerja yang harus dilakukan. Meskipun tahun 1839 secara resmi dicanangkan sebagai tahun awal fotografi, yaitu fotografi resmi diakui sebagai sebuah teknologi temuan yang baru, sebenarnya foto-foto telah tercipta beberapa tahun sebelumnya. Sebenarnya, temuan Daguerre bukanlah murni temuannya sendiri. Seorang peneliti Perancis lain, Joseph Nicephore Niepce, pada tahun 1826 sudah menghasilkan sebuah foto yang kemudian dikenal sebagai foto pertama dalam sejarah manusia. Foto yang berjudul View from Window at Gras itu kini disimpan di University of Texas di Austin, AS. Niepce membuat foto dengan melapisi pelat logam dengan sebuah senyawa buatannya. Pelat logam itu lalu disinari dalam kamera obscura sampai beberapa jam sampai tercipta imaji. Metode Niepce ini sulit diterima orang karena lama penyinaran dengan kamera obscura bisa sampai tiga hari. Pada tahun 1827, Daguerre mendekati Niepce untuk menyempurnakan temuan itu. Dua tahun kemudian, Daguerre dan Niepce resmi bekerja sama mengembangkan temuan yang lalu disebut heliografi. Dalam bahasa Yunani, helios adalah matahari dan graphos adalah menulis. Karena Niepce meninggal pada tahun 1833, Daguerre kemudian bekerja sendiri sampai enam tahun kemudian hasil kerjanya itu diumumkan ke seluruh dunia.

Kemajuan teknologi memang memacu fotografi secara sangat cepat. Kalau dulu kamera sebesar mesin jahit hanya bisa menghasilkan gambar yang tidak terlalu tajam, kini kamera digital yang cuma sebesar dompet mampu membuat foto yang sangat tajam dalam ukuran sebesar koran. Temuan teknologi makin maju sejalan dengan masuknya fotografi ke dunia jurnalistik. Karena belum bisa membawa foto ke dalam proses cetak, surat kabar mula-mula menyalin foto ke dalam gambar tangan. Dan surat kabar pertama yang memuat gambar sebagai berita adalah The Daily Graphic pada 16 April 1877. Gambar berita pertama dalam surat kabar itu adalah sebuah peristiwa kebakaran. Kemudian, ditemukanlah proses cetak half tone pada tahun 1880 yang memungkinkan foto dibawa ke dalam surat kabar. Foto pertama di surat kabar adalah foto tambang pengeboran minyak Shantytown yang muncul di surat kabar New York Daily Graphic di Amerika Serikat tanggal 4 Maret 1880. Foto itu adalah karya Henry J Newton. Banyak cabang kemajuan fotografi yang terjadi, tetapi banyak yang mati di tengah jalan. Foto Polaroid yang ditemukan Edwin Land, umpamanya, pasti sudah tidak dilirik orang lagi karena kini foto digital juga sudah nyaris langsung jadi. Juga temuan seperti format film APSS (tahun 1996) yang langsung mati suri karena teknologi digital langsung masuk menggeser semuanya.

Kesimpulannya fotografi tidak bisa dilepaskan dari teknologi karena fotografi tersebut merupakan sebuah penemuan teknologi. Seiring dengan berkembangnya zaman, fotografi dibuat lebih mudah dan efisien dalam pengambilan gambarnya maupun cetaknya.

 selengkapnya dapa di unduh disini

 

Hubungan Fotografi Dan Teknologi

Iplementasi Perkembangan Teknologi Terhadap Desain Komuniaksi Visual (Periklanan)

logo-554-x-600-277x300Kiriman : A.A.Sg. Intan Prandyanita (Mahasiswa Program Pascasarjana ISI Denpasar)

Teknologi sebenarnya berasal dari bahasa Perancis yaitu “La Teknique“ yang dapat diartikan dengan ”Semua proses yang dilaksanakan dalam upaya untuk mewujudkan sesuatu secara rasional”. Menurut Goenawan Mohamad, pada awalnya teknologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu technikos, yang berarti “seni”. Orang-orang Yunani kuno tidak memisahkan antara kesenian dari manufaktur, itulah sebabnya mereka tidak mengembangkan kata-kata yang berlainan untuk kedua pengertian tersebut. Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.

Sebelum teknologi berkembang seperti saat ini, masyarakat  mengenal atau mengetahui sebuah produk baik barang ataupun jasa melalui media-media yang sederhana, seperti spanduk atau poster. Seiring dengan perkembangan zaman, saat ini promosi juga dapat dilakukan melalui media cetak (seperti koran, majalah, tabloid) ataupun media elektronik (seperti radio, televisi dan internet).

Perkembangan teknologi tersebut, tentu memberikan keuntungan baik bagi pengusaha barang atau jasa dan juga menguntungkan bagi masyarakat atau konsumen, karena memudahkan mereka untuk mendapatkan informasi mengenai keperluan terhadap barang atau jasa. Periklanan memiliki beberapa fungsi, yaitu :

  • Informing (memberi informasi)

Periklanan membuat konsumen sadar akan merk-merk baru, mendidik mereka tentang berbagai fitur dan manfaat merk, serta memfasilitasi penciptaan citra merk yang positif.

  • Persuading (mempersuasi/ membujuk)

Iklan yang efektif harus mampu mempersuasi atau membujuk pelanggan untuk mencoba produk barang dan jasa yang diiklankan. Terkadang persuasi berbentuk mempengaruhi permintaan primer, yaitu menciptakan permintaan bagi keseluruhan kategori produk. Akan tetapi sebagian besar iklan lebih sering berupaya untuk membangun permintaan sekunder, yaitu permintaan bagi merek perusahaan yang spesifik.

  • Reminding (mengingatkan)

Iklan menjaga agar merk perusahaan tetap segar dalam ingatan para konsumen. Saat kebutuhan muncul, yang berhubungan dengan produk yang diiklankan, dampak periklanan di masa lalu memungkinkan merk pengiklan untuk hadir di benak konsumen sebagai suatu kandidat merk yang akan dibeli.

  • Adding value (memberikan nilai tambah)

Periklanan memberi nilai tambah pada merk dengan mempengaruhi persepsi konsumen. Periklanan yang efektif menyebabkan merk dipandang lebih elegan, lebih bergaya, lebih bergengsi dan bisa lebih unggul dari tawaran pesaing. Terdapat tiga cara mendasar di mana perusahaan bisa memberi nilai tambah bagi penawaran-penawaran mereka, yaitu melalui inovasi, penyempurnaan kualitas dan mengubah persepsi konsumen.

  • Assisting (mendampingi)

Peran utama periklanan adalah sebagai pendamping yang memfasilitasi upaya-upaya lain dari perusahaan dalam proses komunikasi pemasaran.

(Shimp, 1999 : 357).

Dalam industri periklanan, terdapat media periklanan yang merupakan metode komunikasi umum yang membawa pesan periklanan, dengan menggunakan media, diantaranya televisi, radio, majalah, surat kabar, dll. Hampir setiap lingkungan, pesan-pesan dapat dicetak atau diumumkan dengan berbagai cara, misalnya iklan di dinding restoran, T-Shirt, produk-produk yang muncul di bioskop dan program televisi.

Iklan yang pada awalnya hanya dicetak sederhana pada selembar kertas atau spanduk, kini mulai berkembang melalui media-media seperti internet, televisi, radio, surat kabar, majalah dan iklan out door pada papan reklame. Selain melalui media-media tersebut, memperkenalkan produk barang atau jasa juga dapat dilakukan melalui media periklanan interaktif.

Media periklanan telah melayani kebutuhan pengiklan selama bertahun-tahun. Suatu perusahaan yang menawarkan produk barang ataupun jasa, terus berupaya agar produknya dapat dikenal masyarakat luas. Upaya dari sebagian pengiklan, menggunakan media periklanan baru yang tidak mahal, dan secara potensial lebih efektif dari media yang sudah ada. Media periklanan interaktif dianggap sebagai media baru yang lebih unggul dari pada media periklanan tradisional (majalah, televisi, radio, dll). Media tradisional melibatkan konsumen dengan cara yang relatif pasif, karena konsumen hanya mendengarkan dan atau melihat informasi mengenai merk yang diiklankan. Jadi pada media periklanan tersebut, tidak ada timbal balik. Ide tentang keadaan timbal balik inilah yang kemudian menjadi inspirasi dari media interaktif.

Periklanan interaktif didefinisikan meliputi semua media yang memungkinkan pemakai (yang bukan lagi penerima di dalam model pasif yang tradisional dari komunkasi) untuk mengendalikan jumlah atau tingkat informasi yang ingin diperolehnya dari suatu pesan iklan (Shimp, 1999 : 540). Masyarakat atau konsumen dapat memilih dalam beberapa detik atau menit untuk suatu pesan. Konsumen dapat terlibat dalam suatu pembicaraan dengan pesan iklan pada tingkat subvokal. Permintaan akan informasi tambahan terjadi dengan cara menekan tombol, sentuhan layar atau klik mouse. Dalam segala keadaan, pemakai dan pemberi informasi iklan terlibat dalam pertukaran informasi give and take hubungan dan bukan hanya transmisi dan penerimaan. Ada beberapa jenis media iklan interaktif, yaitu : CD-ROM, alam maya (virtual reality) dan internet. (Shimp, 1999 : 540).

 

Selengkapnya dapa di unduh disini

Aplikasi TI Pada Pertunjukan The Light of Faith

Aplikasi TI Pada Pertunjukan The Light of Faith

Kiriman: Ni Kompyang Setiawati (Mahasiswa Program Pascasarjana ISI Denpasar).

BAB I

PEDAHULUAN

 

1.1 Latar Belakang

Semenjak pengguna komputer terutama internet di dunia meningkat tajam, perusahaan yang terkait dengan tekhnologi komputer dan komunikasi mulai berlomba-lomba meluncurkan bermacam-macam aplikasi sesuai dengan permintaan pasar. Aplikasi – aplikasi tersebut beberapa disediakan secara bebas dan tidak sedikit pula yang mengharuskan penggunanya untuk membayar. Aplikasi adalah kumpulan perintah program yang dibuat untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu (khusus). Aplikasi juga merupakan komponen yang berguna melakukan pengolahan data maupun kegiatan-kegiatan seperti pembuatan dokumen atau pengolahan data. Aplikasi adalah bagian PC yang berinteraksi langsung dengan user. Aplikasi berjalan di atas sistem operasi, sehingga agar aplikasi bisa diaktifkan, kita perlu melakukan instalasi sistem operasi terlebih dahulu. Peranan sisitem komputer terhadap dunia seni, perkembangan teknologi memberi informasi dan memberkan dampak yang positif ke berbagai sektor, salah satunya ke dalam kesenian.

 Sebagaimana kita ketahui bahwa di sisi yang lain, masyarakat menyadari bahwa teknologi informasi merupakan salah satu jalan yang  penting dalam peradaban manusia untuk mengatasi masalah ditengah maraknya informasi yang telah beredar. Dewasa ini  teknologi informasi  komunikasi) saat ini adalah bagian penting dalam manajemen informasi. Tidak dapat dipungkiri tanpa adanya komputer dan informasi, seniman akan cepat tertinggal jika tidak memanfaatkan berbagai jalan denagn cara mengupdate perkembangan terbaru.

Adapun aplikasi teknologi informasi untuk mendukung informasi seni dalam pertunjukan The Light of Faith adalah produk teknologi informasi dalam bentuk perangkat keras, perangkat lunak . The Light of Faith adalah sebuah seni pertunjukan pariwisata yang  menggabungkan seni sulap aliran modern (Western style) dengan seni Tari Bali.

Alat Elevator
(Kiriman Foto : Andika)

 

selengkapnya unduh di sini

Gamelan Gong Suling

Gamelan Gong Suling

Kiriman: I Wayan Adi Sucipta, Mahasiswa PS. Seni Karawitan ISI Denpasar

Nama Barungan: Gong Suling

Gong Suling pada dasarnya merupakan pengembangan dari Gong Kebyar, teknik tabuh yang digunakan hampir semuanya berasal dari Gong kebyar, hanya saja pembawa melodinya tidak lagi gangsa yang terbuat dari krawang melainkan sejumlah suling bambu dengan ukuran yang berbeda-beda. Gong Suling diperkuat dengan melodi bersifat unisono oleh ricikan rebab dengan memiliki dua utas dawai yang disebut wadon dan lanang. Terkait dengan fungsi suling dalam seni karawitan kebyar, hingga saat belum diketahui secara pasti kapan instrumen suling masuk sebagai bagian barungan gamelan tersebut. Munculnya gamelan gong kebyar sebagai salah satu bentuk ensambel baru dalam seni karawitan Bali pada abad XIX, tidak dijumpai adanya penggunaan suling dalam komposisi-komposisi kekebyaran yang diciptakan. Penyajian komposisi ”kebyar” yang dinamis, menghentak-hentak serta pola-pola melodi yang ritmis tidak memungkinkan bagi suling untuk dimainkan di dalamnya. kesenian ini adalah salah satu kesenian tua yang ada di kabupaten Jembrana. kesenian ini hanya ditampilkan pada saat ada upacara keagamaan saja. Namun dengan perubahan jaman, kesenian ini berubah menjadi sebuah seni umum yang dipertontonkan.

Sajian Gong Suling didominasi oleh suling. Diawali dengan ber­jajarnya para pemain suling dengan pemain Rincik, klenang dan klenyir di dalam sajiannya. Para pemain saling mengisi dalam sajian yang secara tidak langsung mengambil pola dari gong kebyar tersebut. Terjadinya per­kembangan fungsi suling tersebut merupakan salah satu fenomena yang sangat menarik dimana suling yang pada awalnya memiliki fungsi sekunder yaitu instrumen pendukung, berkembang menjadi instrumen primer yaitu instrumen utama.

Gamelan Gong Suling adalah barungan gamelan yang didominir oleh alat-alat tiup suling bambu yang didukung oleh instrumen-instrumen lainnya. Gamelan ini berlaraskan pelog lima nada.

Gong Suling pada hakekatnya merupakan pengembangan dari Gong Kebyar, tabuh – tabuh yang dibawakan hampir semuanya berasal dari Gong Kakebyaran, hanya saja pembawa melodinya tidak lagi gangsa yang terbuat dari krawang melainkan sejumlah suling bambu dengan ukuran yang berbeda-beda.

Salah Satu instrumen alam Gong Suling adalah terdapatnya suling bambu yang besar ukurannya. Panjangnya ada sekitar 35 inci dan berdiameter 1,7 inci. Wilayah nadanya lebih sedikit dari dua oktaf dan bermula pada nada B, di bawah nada C pusat. Ini adalah jenis suling vertikal dengan tiup ujung dan merupakan suling bass. Suling tersebut pada bagian bawah jika sedang dimainkan dalam kedudukan vertikal maka akan terbuka. Pada bagian bawah diraut atau diiris sedikit dari buku ruasnya. Lubang-lubang jari yang dinamakan song, terdapat pada bagian atas dari suling dan jumlahnya diselaraskan dengan tangga nada yang diperlukan. Ukuran suling pada kesenian Gong Suling yang panjang tersebut, mengharuskan pemainnya merentangkan tangannya dalam memainkan atau meniupnya dan ujungnya yang terbuka harus ditopangkan ke tanah.

Instrumen-instrumen yang digunakan dalam Gamelan Gong Suling ialah:

  1. 2 (dua) buah kendang
  2. 1 (satu) buah kajar
  3. 1 (satu) buah kemong
  4. 1 (satu) buah ceng-ceng kecek
  5. 1 (satu) buah gong pulu
  6. 1 (satu) buah kempur
  7. 2 (dua) buah suling berukuran kecil
  8. 4 (empat) buah suling berukuran sedang
  9. 2 (dua) buah suling berukuran besar.

Lagu yang dimainkan dalam Gamelan gong Suling terdiri dari:

Gending petegak

Gending petegak yang dimaksud ialah gending-gending yang disajikan secara instrumental. Garis yang tegas untuk menyatakan cirri-ciri ini memang belum mengikat dalam hubungan praktik karawitan dalam masyarakat luas dewasa ini. Pengaruh kreasi local dimana instrument yang bersangkutan hidup sangat sering mempengaruhi fungsi atau tugas-tugas dari sebuah ansambel/barungan gamelan. Gending-gending petegak ini disajikan saat-saat diadakannya upacara adat-keagamaan. Sering juga karawita tari disajikan sebagai gending-gending petegak.

Penyajian gending-gending petegak seperti disinggung diatas, bentuknya bentuknya termasuk jenis-jenis tabuh. Ada bagian-bagian tertentu cara memainkannya diulang-ulang dan bagian penghubung yang berfungsi sebagai perantara dari bagia-bagian yang dihubungkan. Bagian yang harus diulang tidak diharuskan dengan satu perhitungan pasti, tetapi tergantung berapa kali pemain ingin mengulang bagian tertentu itu, kemudian beralih dengan kode-kode tertentu dari satu atau lebih alat yang berfungsi mengendalikan irama (biasanya instrument kendang) dan yang mengendalikan melodi (biasanya instrument terompong) atau kalau tidak memakai instrument terompong biasanya yang mengendalikan melodi adalah instrument gangsa giing. Alat pengendali irama dengan pengendali melodi bekerjasama untuk memimpin tempo, dinamika, dan tujuan penyajian pada waktu lagu itu beralih. Demikian juga kerjasama antara kedua tugas alat pengendali irama dan pengendali melodi selalu dibutuhkan dalam menyelesaikan lagu.

Adapun tabuh petegak yang dimainkan dalam barungan Gamelan Gong Suling diantaranya:

  1. Sinom ladrang
  2. Lengker
  3. Selisir.
  4. Sekar gadung
  5. Bapang gede, dll

Gending untuk mengiringi tari

Sistim penyajian gending-gending jenis ini disesuaikan dengan kepentingan penyajian tarian yang diiringi. Jumlah dan jenis gending-gending ini sangat banyak, sama banyak dengan jumlah dan jenis  tari-tarian yang ada. Hampir semua jenis barungan gamelan Bali dapat dipakai untuk mengiringi tari-tarian, kecuali barungan gamelan Gambang belum popular untuk kepentingan musik iringan tari. Dalam hubungan dengan gending-gending iringan tari, maka gending yang termasuk jenis gending pengilak memegang posisi yang menonjol. Sering juga beberapa jenis gending untuk satu iringan tari, meskipun dimainkan hanya dengan satu barungan gamelan saja.

Adapun gending yang dimainkan dalam barungan Gong Suling untuk mengiringi tari diantaranya:

  1. Tari legong kraton
  2. Tari topeng. dll

Gamelan Gong Suling Selengkapnya

Gamelan Batel

Gamelan Batel

Kiriman: I Wayan Andina Suldastyasa, PS Seni Karawitan ISI Denpasar

Gamelan Batel adalah sebuah barung alit yang tergolong gamelan madya dipakai mengiringi tari Barong Landung, Barong Bangkal dan wayang kulit. Dalam banyak hal barungan ini merupakan pengiring prosesi, karena bisa dimainkan sambil berjalan. Dalam mengiringi tari barong landung dan barong bangkal agak berbeda dengan barungan gamelan Bali lainnya, Batel Barong tidak mempergunakan instrumen pembawa melodi. Oleh karena itu musik yang ditampilkan cenderung ritmis dan dinamis. Sedangkan untuk mengiringi wayang kulit di tambahkan intrumen berupa 2 pasang gender wayang. Gender Wayang adalah barungan yang sangat tua dan sacral, karena Gamelan Gender Wayang ini dipentaskan atau dimainkan pada waktu mengiringi upacara Manusa Yadnya, Pitra Yadnya , Rsi Yadnya, dan Dewa Yadnya. Seperti namanya, Gamelan Gender Wayang sangat erat hubungannya dengan iringan pakeliran di Bali yaitu digunakan untuk mengiringi Wayang Parwa.  Gender Wayang merupakan dua buah kata yang melahirkan suatu pengertian tertentu. Kata “Gender” jika didalam pengucapan tidak disertai dengan kata wayang, kadang-kadang mempunyai pengertian berbeda, seperti misalnya kata Genderambat dan Gender Barangan. Genderambat adalah salah satu jenis instrumen dalam gamelan Pelegongan atau Semarpagulingan, sedangkan Gender Barangan adalah jenis instumen dalam Gamelan Pelegongan atau pada Gender Wayang.

       Gender adalah gamelan yang mempunyai bilah yang dibuat dari perunggu (karawang), yang digantung diatas resonator bambu yang di topang dengan tumpuan kayu atau besi, agar tidak bersentuhan antara bilah dengan bilah yang lainnya.

       Wayang merupakan salah satu seni pertunjukan tradisional rakyat Bali yang telah dikenal oleh hampir semua orang. Wayang juga merupakan teater daerah Bali, yang mempunyai fungsi yang sangat komplek di masyarakat, serta di gemari oleh hamper seluruh lapisan masyarakat Indonesia terutama suku Jawa dan Bali.

       Gender Wayang, adalah seperangkat gemelan (barungan) yang di pakai untuk mengiringi pertunjukan Wayang Kulit di Bali. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, Jaap Kunst dalam bukunya yang berjudul Hindu Javanese Musical Instrumens, mengatakan bahwa satu-satunya instumen yang menyertai pertunjukan Wayang Kulit di Bali pada kenyataannya adalah Gender Wayang.

        seperangkat gender wayang terdiri dari dua tungguh gender yang gede dan dua tungguh gender  yang lebih kecil atau gender barangan yang juga biasa di sebut gender cenik. Sedangkan di Bali Utara biasanya dipakai dua tungguh gender gede saja. Gender wayang yang terdapat di Bali masing-masing mempunyai karakter tersendiri sesuai selera individu yang memiliki. Dengan demikian gender wayang dari desa satu dengan yang lainya tidak bias dimainkan bersama. Gender wayamg dilaras lima nada yang di sebut saih gender wayang dan mempunyai 10 bilah yang terdiri dari 2 octave.

       Ombak (gelombang) dalam gender wayang lebih pelan di bandingkan dengan ombak gamelan Gong Kebyar. Satu tungguh gender lebih tinggi sedikit suaranya (gender pengisep)  dari pada gender yang lainnya (pengumbang), apabila di pukul bersamaan akan menimbulkan getaran atau gelombang suara. Selain gender wayang dalam barungan  batel untuk mengiringi wayang kuli digunaka juga intrumen seperti :2 buah kendang kecil,1buah kajar,1buah kempur,1buah klenang,1buah kemong,dan 1pangkon ricik.

Batel Barong dibentuk oleh sejumlah alat musik pukul seperti:

2          buah    kendang kecil

1          buah    kajar

1          buah    kempur

1          buah    klenang

1          buah    kemong

1          Pangkon ricik

Gamelan Batel Barong saat ini masih ada di Desa Tegal Darmasaba yaitu untuk mengiringi prosesi ngelawang dan sekaa dari gamelan Batel Barong khususnya di Desa Tegal Darmasaba tidak tetap dikarenakan pada setiap ngelawang yang memainkan gamelan ini bisa dimainkan oleh siapa saja asalkan mereka memainkan gamelan dan berasal dari dari Desa Tegal Darmasaba. Di Desa Tegal Darmasaba terdapat empat barung gamelan batel tepatnya di Pura Anteggana, Pura Pesanggaran, Pura Puseh, dan Pura Dalem Gegelang, dan keempat barungan gamelan batel tersebut sangat disakralkan oleh warga setempat disebabkan Gamelan tersebut hanya boleh dimainkan pada saat Ida Betara baik yang berupa Barong Bangkung dan Barong Landung Ngunya mengelilingi desa tradisi ini wajib di laksanakan karena dipercaya bisa menetralisir kekuatan negative dan dilaksanakan setiap enam bulan sekali, tepatnya pada hari raya Galungan dan Kuningan, dan menyebabkan gamelan batel yang ada di Desa Tegal Darmasaba masih tetap eksis sampai sekarang.

Batel wayang kulit dibentuk oleh sejumlah alat musik pukul seperti:

2          buah    kendang kecil

1          buah    kajar

1          buah    kempur

1          buah    kleneng

1          buah    kemong

1          Pangkon ricik

2          pasang gender wayang

Gamelan diatas masih ada di Kabupaten Badung tepatnya di banjar Gulingan, desa Tegal Darmasaba yang bernama Sekaa Batel Kusuma Sari

Gamelan ini sering digunakan untuk mengiringi pergelaran Wayang kulit pada tahun 80’an sampai 90’an, namun saat ini gamelan ini sangat jarang dipentaskan disebabkan karena sekaa dari batel wayang Kusuma Sari sudah tua dan belum memiliki regenerasi dan disamping itu setiap sekaa wayang sudah memiliki gamelan masing-masing bahkan gamelan wayang saat ini jarang menggunakan batel melainkan mengunakan gong kebyar, semarandhana dan angklung. Gamelan batel wayang yang ada di banjar Gulingan, Tegal Darmasaba saat ini hanya dipentaskan sebagai pengiring upacara adat dewa yadnya.

Gamelan Batel selengkapnya

Loading...