Tari Penyambutan “Stuti Puja”

Tari Penyambutan “Stuti Puja”

Tari Penyambutan Stuti Puja_800x600Karya : A.A. Ayu Mayun Artati, SST.,M.Sn. & I Wayan Widia, S.SKar.

                        

Stuti Puja adalah tari kreasi baru yang merupakan tarian persembahan atau penyambutan sebagai ungkapan selamat datang untuk menghibur para tamu undangan yang hadir dalam sebuah perayaan. Tarian ini ditarikan oleh 7 orang penari putri dengan penuh suka cita dan rasa hormat dalam suasana kegembiraan. Adapun gerak-gerak yang disajikan terinspirasi dari gerak-gerak tari Sutri yang biasanya ditarikan oleh para wanita Bali pada upacara perayaan Dewa Yadnya dan dipadukan dengan gerak-gerak tari Bali yang peñata kembangkan sesuai dengan kebutuhan garapan.

 

Penata Tari                     : A.A.Ayu Mayun Artati,SST.,M.Sn

Penata Iringan              : I Wayan Widia,S.Sn

Penata Kostum              : Ni Nyoman Kasih,SST.,M.Sn

Pendukung Tari             : Mhs Jurusan Tari Semester II, IV, VI

Pendukung Iringan       : Mhs Jurusan Karawitan Semester II B

Tabuh Pepanggulan “Merdu Komala”

Tabuh Pepanggulan “Merdu Komala”

2.Tabuh Pepanggulan Merdu Komala_800x600Karya :I Wayan Darya, SSn.

Nuansa aman tentram kertaraharja merupakan idaman setiap insan di muka bumi ini. Tidak ada iri dan dengki, paras-paros, tidak terkekang oleh kekuasaan dan kemunafikan sebuah prinsip. Selalu menjunjung gaya kebersamaan, menghindari gaya fulgar yang menghina, dan kreatifitas yang terarah sesuai swadharma menuju ketentraman jiwa.

Merdu Komala sebagai topik dari karya ini mengurai nuansa kebersamaan menuju sebuah kejayaan serta keagungan karunia alam yang patut disyukuri. Uraian kalimat nada kesucian berpadu memacu irama keharmonisan, menepis tempo dan ritme-ritme tajam kemunafikan, berbaur menciptakan dinamika keindahan, sehingga terwujud lagu kedamain penuh cinta.

Pendukung Karawitan : Mahasiswa Semester II A

Bahasa Rupa pada Relief di Pura Subak Jagasari, Desa Jagaraga, Buleleng

Bahasa Rupa pada Relief di Pura Subak Jagasari, Desa Jagaraga, Buleleng

Kiriman : Dewa Gede Purwita, Mahasiswa Pascasarjana ISI Denpasar

  1. Pendahuluan

ReliefBudaya visual di Buleleng memiliki bahasa ungkap yang berbeda dari bahasa ungkap lazimnya yang mudah ditemui di daerah Bali lainnya. Ragam rupa yang nyeleneh nampaknya menjadi sebuah peng-gaya-an terhadap visualisasi kreatif masyarakat pada era pra maupun pasca  perang Puputan Jagaraga yang terjadi pada tahun 1848. Dari sisi pandang psikologi, nampaknya perlu penelitian lebih jauh mengenai pemikiran-pemikiran daripada seniman ataupun masyarakat Buleleng yang banyak menciptakan bentuk-bentuk dan bahasa rupa yang sangat berani memunculkan ikon-ikon semacam tradisi yang di-komik-kan, namun pada tulisan ini sisi psikologis tersebut tidak akan dibahas banyak melainkan akan membahas perihal lebih membaca mengenai bahasa rupa pada relief-relief di Pura Subak Jagasari, Desa Jagaraga, Buleleng.

Bahasa rupa menurut Prof.Dr. Primadi Tambrani[1] merupakan “ilmu” yang baru lahir di Indonesia, dimulai sekitar tahun 1980 dan berkulminasi pada prasejarah-primitif-tradisional-anak dan bahasa rupa modern. Dengan ilmu ini kita bisa membaca gambar gua prasejarah, primitive, tradisi, anak, walaupun gambar itu praksis “full” gambar tanpa teks.[2] Dari pemaparan singkat mengenai bahasa rupa oleh Primadi Tambrani maka pada tulisan ini adalah menganalisa tentang bentuk serta cerita pada panil relief pada tembok Kori Agung Pura Subak Jagasari. Relief-relief tersebut ada beberapa panil, namun pada kesempatan ini hanya akan meneliti pada dua panil saja yaitu pada sisi kanan dan kiri dari kori agung.

  1. Sejarahan Singkat[3]

Bali Utara merupakan sisi paling utara dari Pulau Bali dan dipisahkan oleh perbukitan vulkanis yang membentang dari Kabupaten Karangasem (Bali Timur) hingga Jembrana (Bali Barat). Menurut catatan Medhurst dan Tomlin kerajaan yang pertama disinggahinya ialah Baliling[4] yang luas wilayahnya terbetang dari Sang-sit di bagian timur hingga Batema di barat yang dikelilingi garis pantai. Kabupaten Buleleng yang disebut juga Bali Utara ini memiliki kultur dan masyarakat yang lebih dinamis didalam memadukan berbagai budaya.

Masyarakat Buleleng dikenal dengan masyarakat yang sangat heterogen, segala etnis berbaur menjadi satu sehingga mempengaruhi berbagai tatanan kehidupan sosial, budaya bahkan kesenian di Bumi Panji Sakti. Etnis Cina banyak mempengaruhi dibagian kota, etnis Bugis, Melayu, Bali Mula (Sembiran, Pedawa, Sidatapa, Tigawasa, Cempaga), kepercayaan Budha di daerah Banjar, dll. Semua suku dan etnis serta percampuran kebudayaan tidak terlepas dari adanya dua pelabuhan besar pada zaman kerajaan yaitu pelabuhan Sangsit dan Pabean (bekas Pelabuhan Buleleng di Kota Singaraja).

Kepercayaan awal dari penduduk Buleleng setempat sering dikaitkan dengan sekte Bhairawa. Menurut penduduk lokal didaerah Banyuning, mengatakan bahwa Buleleng merupakan penganut sekte Bhairawa oleh karena itu di seluruh Pura-Pura kuno banyak ditemukan berbagai bentuk arca yang menghadirkan figur seram, sadis, dan berapi-api.

Pada saat invasi tentara Belanda tercatat dalam sejarah yaitu tanggal 16 April 1848 bergolak sebuah pertempuran antara kerajaan Buleleng dengan pasukan Belanda yang dikenal dengan nama Puputan[5] Jagaraga. Puputan Jagaraga merupakan perlawanan seorang Patih yang berasal dari Karangasem dan mengabdi atau diangkat di Kerajaan Buleleng[6].

Perang jagaraga dipimpin oleh Patih I Gusti Ketut Jelantik[7] serta didukung oleh pemimpin lainnya seperti I Gusti Lanang Sura, Jero Jempiring, dan Jero Tilem. Dari pertempuran inilah kemudian sejarah dari nama Desa Jagaraga dimulai.

Pada awalnya Desa Jagaraga bernama Desa Suka Pura dan mempunyai subak beranama Subak Jaga Sari[8], Desa Suka Pura dahulunya sudah mempunyai Pura Dalem yang bernama Pura Segara Madu, kemudian Pura Dalem ini hancur ketika terjadinya perang Jagaraga pada 1846-1848 dan sekarang situs Pura Segara Madu yang hancur menjadi sawah yang ditanami padi. Kemudian nama Jagaraga diambil dari istilah jaga raga yang memiliki arti ‘menjaga diri’ dalam konteks ini merupakan istilah yang sering digunakan masyarakat dahulu pada saat perang berlangsung.

Setelah hancurnya Pura Segara Madu maka pada saat genting pasca perang 1849 masyarakat Jagaraga mendirikan Pura Baru dengan arsitektur yang bercampur dengan peng-gaya-an diadopsi dari desa lainnya yang berdekatan dengan Jagaraga, Pura Dalem Jagaraga dibangun dan Gedong[9] Pura Dalem berdampingan dengan Gedong Mrajapati atau Prajapati, hal inilah yang menjadi salah satu keunikan, karena pada saat itu dikerjakan dengan cepat dan mengefisienkan waktu[10].

Dari pemaparan singkat mengenai sejarah keberadaan Pura di Jagaraga maka dapat ditarik kesimpulan awal bahwa Pura Subak Jagasari sudah ada sejak sebelum kontak fisik antara Belanda dengan pejuang Kerajaan Buleleng, namun ketika kekalahan pasukan Buleleng dan Belanda menguasai daerah tersebut Pura yang hancur ketika perang Jagaraga dibangun dengan kurun waktu hampir bersamaan dengan dibangunnya Pura Dalem Jagaraga yang Baru pada tahun 1849.

selengkapnya dapat diunduh di sini


[1] Dosen Institut TeknoloGI Bandung, peneliti Bahasa Rupa.

[2] Primadi Tambrani. Bahasa Rupa. (Bandung:Penerbit Kelir. 2012) hlm.3.

[3] Uraian beberapa data mengenai Sejarah Singkat ini diambil pula dari tugas perkuliahan PPS ISI Denpasar mata kuliah Seni Tradisi dan Nusantara tahun 2012.

[4] Baliling yang dimaksud adalah Buleleng. Lihat Adrian Vickers. Bali Tempo Doeloe. Jakarta:Komunitas Bambu, 2012, hlm. 204.

[5] Puputan adalah suatu nilai heroisme yang religius sebagai jawaban atas penjajahan yang bernilai material semata-mata. Lihat Sejarah Klungkung, Drs. Ida Bagus Sidemen, dkk. 1983, hlm.148.

[6] Pada tahun itu Kerajaan Buleleng sudah jatuh ketangan Kerajaan Karangasem dan keturunan Panji Sakti terpecah belah, Lihat Babad Buleleng versi Gedong Kertiya.

[7] I Gusti Ketut Jelantik merupakan Patih Agung Kerajaan Buleleng dengan Rajanya Gusti Made Karangasem. (1821 – 1849) Lihat, Soegiyanto. I Gusti Anglurah Panji Sakti: Raja Buleleng 1599 – 1680. 2011, hlm.188.

[8] Subak adalah system pengairan yang ada di Bali. Hingga sekarang nama Subak Jagasari masih dipergunakan oleh masyarakat Buleleng dan pura Subaknya masih ada.

[9] Rumah berpintu. Lihat Anandakusuma, Sri Reshi. Kamus Bahasa Bali 1986, hlm. 59. Dalam konteks Pura, Gedong merupakan tempat bersemayamnya Dewa-Dewi.

[10] Lihat Sejarah Pura Dalem Jagaraga pada selebaran (Guide Article) yang dibagikan gratis pada saat berkunjung ke Pura Dalem Jagaraga berjudul “JAGARAGA, TEMPLE OF THE DEATH – PURA DALEM”.

Tekonologi Informasi Implementasi Tekonologi Dalam Seni Rupa (Lukis)

Tekonologi Informasi Implementasi Tekonologi Dalam Seni Rupa (Lukis)

kiriman : I Gede Jaya Putra ( Mahasiswa Program Pascasarjana ISI Denpasar)

Seni merupakan usaha manusia untuk menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan, hal tersebut diungkapkan Herbert Read dalam The meaning of art 1959 (Kartika, 2004 : 2). Seni lukis adalah salah satu induk dari seni rupa. Dengan dasar pengertian yang sama, seni lukis adalah sebuah pengembangan yang lebih utuh dari drawing. Sejarah umum seni lukis zaman prasejarah secara historis, seni lukis sangat terkait dengan gambar. Sejak akhir dasawarsa 90-an, di Indonesia muncul bentuk kesenian (seni rupa) yang menggunakan media dan material non-konvensional sebagai medium berkaryanya. Kesenian tersebut semakin berkembang, terutama di wilayah-wilayah yang selama ini menjadi sentra perkembangan seni rupa di Indonesia seperti Bandung, Jakarta, Yogyakarta, Surabaya dan Bali. Bentuk kesenian ini kemudian dikenal dengan istilah “seni media baru” (new media art). New media art atau media baru, electronic art (Susanto,2011 : 277).

Salah satu karakteristik bentuk kesenian “baru” ini adalah penggunaan teknologi serta media komunikasi dan informasi sebagai alat, medium dan sumber gagasan penciptaan berkarya seni. Beberapa varian dari kesenian yang tergolong dalam media baru tersebut diantaranya: seni internet (web art), video performance, seni video (video art), cellular art, dan lain sebagainya.

Teknologi Informasi (TI), atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Information technology (IT) adalah istilah umum yang menjelaskan teknologi apa pun yang membantu manusia dalam membuat, mengubah, menyimpan, mengomunikasikan dan/atau menyebarkan informasi. TI menyatukan komputasi dan komunikasi berkecepatan tinggi untuk data, suara, dan video. Contoh dari Teknologi Informasi bukan hanya berupa komputer pribadi, tetapi juga telepon, TV, peralatan rumah tangga elektronik, dan peranti genggam modern (misalnya ponsel).

Pesatnya perkembangan teknologi memberi perubahan dan transformasi yang terus menerus pada pengucapan karya seni. Hal ini didorong oleh berkembanganya wacana apresiator seni, yang menggiring para seniman untuk terlibat beriringan dengan kemajuan teknologi, terutama di abad 19 dan 20.

Pertengahan tahun 1960-an,  terjadi perubahan besar dalam kebudayaan dunia, ditandai dengan fenomena postmodernisme. Hal ini seiring dengan pergeseran arah perkembangan teknologi dari teknologi industri yang bersifat mesin dan material ke arah teknologi informasi yang membuka semua celah  dunia melalui informasi global yang interaktif, digital dan multimedia. Stanley J. Grenz yang banyak membahas pengaruh postmodernisme pada bidang seni memberi simbol pada transisi perubahan dari masyarakat industri ke masyarakat informasi ini. Simbolnya adalah komputer. Pergeseran besar dari teknologi industri ke teknologi informasi ini, juga membawa pengaruh kuat pada rata-rata pemahaman masyarakat, bahwa teknologi adalah elektronika. Selain keberadaan radio, televisi dan telpon yang membentuk pola hidup baru masyarakat dunia, didirikannya HP oleh William Hewlet dan David Packard bersamaan dengan diproduksinya komputer pertama dengan kode binner oleh Konrad Zuse tahun 1938, teknologi informasi mengawali eksistensinya, dan secara cepat terus berkembang hingga tahun 1975 dipasarkan Altair 8800, komputer pertama, diproduksi secara masal untuk masyarakat. Komputer lalu menjadi idola baru manusia abad ini.

bali kini

Selengkapnya dapat  di unduh disini

Implementasi Kemajuan Teknologi Informasi Seni Pada Proses Rekaman Musik Ilustrasi Minimalis

Implementasi Kemajuan Teknologi Informasi Seni Pada Proses Rekaman Musik Ilustrasi Minimalis

Pendahuluan

Kiriman: I Nengah Rata Artana ( Mahasiswa Program Pascasarjana ISI Denpasar )

Dari masa ke masa manusia seakan-akan dipermudah untuk melakukan apa saja, karena pesatnya kehadiran berbagai sarana teknologi. Semua sarana tersebut memang memanjakan manusia sebagai pemakai dan sekaligus pencipta teknologi. Berbagai macam istilah untuk menyebutkan kehadiran teknologi yang semakin maju antara lain apa yang disebut seni media baru di era digital.

Tidak ketinggalan pula, teknologi yang semakin maju juga dibutuhkan oleh para pelaku seni, baik seniman muda maupun tua di berbagai aliran seni. Tujuan penggunaan teknologi yang berkaitan dengan seni karawitan/musik ini mempunyai beberapa alasan, dengan segala aspek positif dan negatif akibat adanya penggunaan teknologi tesebut. Selanjutnya pada tugas ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan implementasi TI seni pada bidang seni musik atau karawitan. Sub pokok bahasannya adalah sebagai berikut : (1) bagaimana proses perekaman musik Bali ilustrasi minimalis yang melibatkan teknologi digital dengan bantuan program MIDI, (2) apa keunggulan teknologi digital dalam kaitannya dengan proses komposisi musik minimalis.

Foto Implementasi Kemajuan Teknologi Informasi Seni

Selengkapnya dapat di unduh disini

 

Implementasi Teknologi Dan Informasi Dalam Bidang Desain Interior Dan Arsitektur Di Era Globalisasi

Implementasi Teknologi Dan Informasi Dalam Bidang Desain Interior Dan Arsitektur Di Era Globalisasi

logo ISI DpsKiriman : Putu Satria Udyana Putra (Mahasiswa Program Pascasarjana ISI Denpasar)

PENDAHULUAN

 Desain Interior dan arsitektur adalah disiplin ilmu yang menuntut keterlibatan estetika, ide, kreativitas dan teknologi serta informasi. Dalam era globalisasi, persaingan antar desainer dan antar arsitek salah satunya di Bali sangat ketat. Persaingan tersebut baik untuk persaingan kualitas, royalitas, dan kreativitas serta bersaing secara bebas mencari relasi untuk dijadikan tandem proyek. Pangsa pasar  para desiner dan arsitek yakni para pengguna jasa atau klien pada umumnya dari berbagai kalangan, mulai dari kalangan masyarakat lokal sampai ekspatriat. Persaingan bebas menimbulkan dampak bahwasannya para desainer dan arsitek bebas atau terbuka pada setiap Negara untuk menjadi tenaga kerja di Negara lain.Di Indonesia pada umumnya, desainer dan arsitek yang hadir dalam bentuk fisik (hadir sebagai manusia desainer atau arsitek) maupun virtual (hadir melalui komunikasi internet).

Sedangkan dalam hal kualitas, desainer dan arsitek yang baik merupakan tututan bagi karya-karya desainer dan arsitek saat ini yang berlomba untuk memperlihatkan estetika, fungsi, teknologi dan seni. Desain interior dan arsitektur dalam proses perancangannya di era globalisasi mengalami suatu perubahan yang dipengaruhi perkembangan teknologi yang salah satunya diwakili oleh komputer, dengan komputer yang disertai perangkat keras dan lunak membuat kemajuan dalam bidang perwujudan rancang desain, semakin cepat dan efesien. Diketahui komputer adalah hasil kemajuan peradaban manusia dan ditemukan melalui proses yang sangat lama. Komputer dirancang agar dapat memenuhi kebutuhan manusia untuk hidup lebih sejahtra. Komputer dirancang untuk memecahkan masalah dalam kehidupan manusia. Untuk itu desain interior dan arsitektur, seiring semakin pesatnya pembangunan yang membutuhkan perancangan, maka waktu yang dibutuhkan semakin sempit.

Berangkat dari hal tersebut penulis tertarik akan fenomena yang terjadi di era globalisai ini yakni, bagaimana implementasi teknologi dan informasi pada bidang desain interior dan arsitektur di era Globalisasi?. Masalah penulisan ini dibatasi pada teknologi dan informasi dewasa ini yang mempengaruhi perancangan desain interior dan arsitektur. Tujuan penulisan ini adalah; secara umum memahami hal-hal yang berkaitan dengan teknologi dan informasi pada era globalisasi, dan secara khusus bertujuan sebagai persyaratan penilaian Program Pasca Sarjana dalam mata kuliah Teknologi Informasi Seni.

Loading...