Fragmentari ‘Witning Lingsar’: Sebuah Perpaduan Seni Budaya Sasak Dan Bali Di Kancah Pesta Kesenian Bali XXXIX Tahun 2017

Kiriman : I Wayan Budiarsa (Jurusan Tari FSP ISI Denpasar)

Abstrak

Event parade kesenian sangat diperlukan dalam perkembangan zaman yang semakin kompleks seperti sekarang ini. Perhatian dari berbagai pihak mesti ditingkatkan guna keberlangsungan suatu kesenian. Tidak dapat dipungkiri, adanya unsur budaya global yang mulai merambah keberbagai pelosok dunia, bukan tidak mungkin akan berdampak pada kesenian lokal/ tradisi ke arah arus kepunahan. Maka, benteng tradisi lokal mesti diperkuat guna keajegan, kelestarian seni budaya yang telah kita warisi. Salah satunya di Bali telah diwujudkan pesta tahunan melalui pelaksanaan Pesta Kesenian Bali yang merupakan wahana pelestarian, perkembangan bagi kehidupan kesenian Bali khususnya, dan Indonesia pada umumnya. Setidaknya melalui even kesenian seperti PKB dapat dipakai sebagai jembatan memupuk rasa kebersamaan, perekat, saling membutuhkan, serta terjalin solidaritas aktualitas bersama, seperti etnis Bali dan etnis Sasak di kancah PKB tahun 2017 yang telah lewat.

Kata Kunci: Fragmentari, Bali-Sasak, Persatuan

 

Selengkapnya dapat unduh disini

Patronisasi Negara Pada Seni Dan Seniman

Kiriman : Kadek Suartaya (Dosen FSP ISI Denpasar)

Abstrak

Patronisasi dan perlindungan terhadap seni dan seniman Bali telah berlangsung pada masa keemasan raja-raja.  Ini dapat direntang  antara abad ke 16-19 pada  pemerintahan  Dalem Waturenggong (1416-1550),  Dalem  Bekung   (1550-1580), Dalem Sagening (1580-1665), Dalem Dimade (1665-1685). Diduga kuat bahwa seni pertunjukan Bali seperti Gambuh, Topeng, Wayang Wong, Parwa, Arja, Legong Kraton dan seni klasik lainnya tumbuh dan berkembang pada era itu dengan gaya sponsor para penguasa saat itu. Demikian juga yang terjadi pada bidang kesenian lainnya seperti seni rupa, sastra, arsitektur dan lain-lainnya.

Kata kunci: patronisasi, seni, seniman

Selengkapnya dapat unduh disini

Kartun-Kartun Mata Kuliah Kartun

Kiriman : I Wayan Nuriarta (Dosen DKV FSRD ISI Denpasar)

 

Abstrak

Matakuliah kartun di Prodi Desain Komunikasi Visual (Diskomvis), Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD), Internet Seminar Indonesia Denpasar (ISI Denpasar) adalah matakuliah praktik dengan tetap mempertahankan nilai-nilai tradisional Bali dalam berkarya rupa. Untuk menghasilkan sebuah karya kartun, mahasiswa tidak cukup hanya memiliki kemampuan berkarya rupa semata, namun mereka juga harus memiliki pengetahuan atau kepekaan terhadap isu sosial yang sedang terjadi di masyarakat. Artinya mahasiswa sebelum berkarya harus memiliki pengetahuan terkait isu-isu yang sedang terjadi di masyarakat dengan membaca berbagai berita di media massa cetak maupun melalui media elektronik. Pada pembahasan ini, secara visual karya kartun mahasiswa memperlihatkan karakterisik budaya Bali seperti menghadirkan tokoh pewayangan Anggada dalam konteks kritik terhadap isu penebangan hutan secara liar, menghadirkan tari-tarian Bali dan juga kuliner khas Bali (babi Guling) dalam konteks kecintaan terhadap budaya, serta menghadirkan Barong yang merupakan salah satu ikon budaya Bali dalam karya kartun humor. Membaca karya-karya kartun tersebut menunjukan bahwa kartun yang dihadirkan ada yang berupa kartun kritik dan ada juga kartun humor. Cara ungkapnyapun bisa menggunakan satu panel, dua panel maupun empat panel.

Kata Kunci: Kartun, Budaya Bali, Desain Komunikasi Visual

 

Selengkapnya dapat unduh disini

Kajian Arsitektur Tradisional Bali Dan Modern Pada Rumah Di Jl Raya Sesetan Denpasar

Kiriman : Febrina Permata Sari Hafil ( Mahasiswa Prodi Desain Interior FSRD ISI Denpasar )

Abstrak

Pengaruh kebudayaan dari luar Bali terhadap arsitektur tradisional Bali tidak bisa dihindari, karena pengaruh kebudayaan global. Namun tidak berarti keberadaan bangunan tradisional Bali hilang sepenuhnya dan digantikan dengan bangunan modern. Arsitektur tradisional Bali dapat menjadi ciri khas dan identitas dari pemilik bangunan itu sendiri, salah satunya adalah rumah tinggal Bapak I Made Mahardika yang terletak di Jl Raya Sesetan No 2 Denpasar. Di latar belakangi oleh etnis pemilik, perkembangan zaman dan lokasi bangunan, rumah ini bergaya tradisional Bali dengan perpaduan gaya modern pada beberapa ruangan. Untuk meninjau aplikasi tradisional dan modern yang ada, maka kajian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu penjelasan fakta dan fenomena yang ada pada kasus.

Kata Kunci: Global, Modern, Identitas, Tradisional.

Selengkapnya dapat unduh disini

Tata Rias Tari Baris Tunggal Dari Perspektif Kritik Seni

Kiriman : I Made Rianta ( Mahasiswa Program Studi Pascasarjana Internet Seminar Indonesia Denpasar )

Abstrak

Tari Baris Tunggal merupakan sebuah pertunjukan tari yang mempunyai fungsi sebagai hiburan atau balih-balihan dan tidak memiliki keterikatan dengan upacara keagamaan. Tarian tersebut awalnya ditarikan oleh seorang penari laki-laki, namun dalam perkembangannya tarian ini juga ditarikan oleh perempuan. Tata rias yang dipergunakan pada tari Baris Tunggal adalah tata rias dengan karakter keras, sedangkan tata busana menggunakan busana awiran yang menjadi ciri khas dari tari Baris pada umumnya. Dalam pementasannya tari Baris Tunggal menggunakan gerak yang cukup komplit, karena merupakan tarian dasar yang diajarkan kepada seseorang (laki-laki), yang ingin belajar menari. Tarian ini menggambarkan kegagahan seorang prajurit. Dilihat dari strukturnya, tari Baris Tunggal terdiri atas tiga stuktur, yakni: gilak, bapang dan gilak. Pertunjukan ini berdurasi kurang lebih 12 menit yang biasanya diiringi oleh gamelan Gong Kebyar yang dapat memberikan tekanan-tekanan pada setiap gerakannya. Kritik terhadap tari Baris Tunggal yang ditarikan oleh seorang wanita, adalah pada gerakan nengkleng (angkat kaki), yang kurang etis dilakukan oleh seorang penari Baris Tunggal wanita.    

Kata kunci: Laki-laki, Karakter keras, Perempuan, Kritik, Nengkleng.

Selengkapnya dapat unduh disini

Fenomena dan Dampak Arus Globalisasi Terhadap Perkembangan Kesenian Joged Bumbung

Kiriman :  I Nyoman Mariyana ( Mahasiswa Pascasarjana (S2) ISI Denpasar )

Joged Bumbung

Gamelan joged bumbung adalah sebuah barungan gamelan yang dipergunakan untuk mengiringi tarian joged bumbung, sebuah tari pergaulan yang ada di Bali. Dalam tarian ini,  seorang penari wanita berhiaskan sejenis legong menjawat (memilih) seorang penonton untuk di ajak menari. Gamelan joged bumbung disebut juga gamelan grantangan, karena pokok-pokok instrumennya adalah grantang yaitu gender yang terbuat dari bambu, berbentuk bumbung dan memakai laras selendro lima nada. Larasnya serupa dengan gamelan gender wayang. Dalam buku Evolusi Tari Bali, gamelan joded bumbung disebutkan “bumbung” berarti tabung (bamboo), sebuah istilah untuk memberikan nama kepada seperangkat gamelan joged. Dalam hal ini ialah gamelan joged bumbung (proyek panggilan/pembinaan seni budaya klasik/tradisional dan baru). Bila dilihat dari instrumentasinya, gamelan Joged Bumbung terdiri dari berbagai instrumen diantaranya ;

Selengkapnya dapat unduh disini

Loading...