by adminisidps | Feb 8, 2019 | Artikel
Kiriman : I Wayan Kondra (Dosen FSRD ISI Denpasar)
Abstrak
Secara konseptual kebebasan dan kebudayaan, (batas-batas) toleransi, akomodasi dan asimilasi menghendaki manusia hidup secara tidak terbatas.Caren Bagus (dalam Ali Usman,2006 : 5), menyatakan bahwa kebebasan dapat dipahami sebagai keadaan yang tidak dapat dipaksa atau ditentukan oleh sesuatu dari luar. Kebebasan dan kebudayaan muncul ketika era reformasi bergulir di Indonesia pada tahun 1998, di mana manusia Indonesia merasakan kebebasan berpikir, berpendapat, berpolitik, kebebasan berbudaya dan berdemokrasi.
Konsep kebebasan dan kebudayaan seharusnyas kita menganut budaya multikulturalisme menurut Chris Barker (2008 : 379 ) menyatakan bahwa, setiap suku bangsa diyakini status setara, memiliki hak untuk menjaga warisan budaya mereka dengan tujuan untuk merayakan perbedaan mereka. Dibatasi dalam kesadaran toleransi dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika, sehingga budaya diakomodasi, sehingga terjadi asimilasi, yang pada akhirnya kesadaran multikultur, dalam berbangsa.
Keyword: Kebebasan Kebudayaan, toleransi, akomodasi dan asimilasi.
Selengkapnya dapat unduh disini
by adminisidps | Feb 1, 2019 | Artikel
Kiriman : I Wayan Budiarsa ( Dosen Prodi Tari, FSP ISI Denpasar )
Abstrak
Keberadaan tari sisya ngelukun di bali sangat beragam bentuknya, mulai dapat dijumpai di Desa Batuan, Singapadu, Batubulan (Gianyar), Desa Sumertha (Denpasar), dan ditempat lainnya. Ditarikan oleh kaum perempuan yang berjumlah 6 sampai 10 orang, bahkan bisa lebih. Ibarat permata yang memikat banyak orang, tarian ini sangat penting dalam pertunjukan dramatari calonarang, karena di samping sebagai tarian pembuka sebagai daya tarik perhatian penonton. Dalam struktur pertunjukan calonarang, tari sisya ngelukun berperan sebagai murid-muridnya raja Dirah (Walu Natha Dirah/ Matah Gede) yakni; Rarung, Lenda, Lendi, Gandi, Guwak Sirsa, Mahesa Wedana, dan Jaran Guyang. Pola gerak, pola lantai, tata busana dari masing-masing daerah di Bali memiliki gaya tersendiri sesuai dengan perkembangan di tengah masyarakatnya. Tidak terkecuali di Desa Batuan Gianyar tari sisya ngelukun memiliki gaya tersendiri, baik dari segi agem, pola gerak, pola lantai, serta tata rias yang dikenakan. Tarian ini merupakan transformasi dari tokoh Kakan-kakan dalam drama tari gambuh gaya Desa Batuan Gianyar yang diiringi oleh seperangkat gamelan semara pagulingan, gong kebyar, ataupun jenis gamelan lainnya.
Kata Kunci: Sisya Ngelukun, Permata, Gaya Batuan-Gianyar.
Selengkapnya dapat unduh disini
by tik ISi | Dec 17, 2018 | Artikel
Kiriman : Dewa Ayu Putu Leliana Sari, S.Pd., M.Sn (Dosen Prodi Desain Mode ISI Denpasar)
ABSTRAK
Tulisan ini bertujuan untuk bagaimana aplikasi teknik manipulation textile pada desain busana. Manipulation textile sering disebut dengan monumental tekstil atau disingkat dengan teksmo, yang merupakan teknik pengolahan tekstil dengan cara merubah tekstur dan permukaan kain baik secara dua dimensi maupun tiga dimensi. Dalam pengaplikasian teknik tersebut pada desain busana perlu diingatkan bahwa harus sesuai dengan waktu, kesempatan, warna kulit serta warna kulit apa kita kenakan busana tersebut. Dalam proses pengerjaan teknik ini, memerlukan biaya produksi yang murah, namun pengerjaannnya yang rumit dan memerlukan waktu yang cukup lama. Cara pengerjaannya dengan cara menambah, mengurangi serta melipat.
Kata Kunci : Aplikasi, Manipulation textile, Busana
Selengkapnya dapat unduh disini
by tik ISi | Nov 27, 2018 | Artikel
Kiriman : I Wayan Nuriarta (Program Studi Desain Komunikasi Visual Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Denpasar)
Abstrak
Borobudur Cartoonist Forum 2 (BCF 2) merupakan salah satu acara yang menghadirkan ratusan karya kartun. Acara yang berlangsung 22-23 September 2018 di Bumayasasta Boutique Art Gallery, Borobudur Jawa Tengah menghadirkan karya kartun yang berasal dari berbagai Negara. Adapun kegiatan selama BCF 2 adalah pameran kartun, seminar, diskusi dan lomba kartun. BCF 2 menghadirkan dua narasumber yaitu budayawan Erros Djarot dan seniman Heri Dono. Eros Djarot dalam paparannya mengatakan bahwa kartun memiliki peranan penting dalam paradigma perumusan strategi kebudayaan untuk membangun manusia yang lebih beradab dan berbudaya. Seniman Heri Dono melihat karya kartun sebagai sebuah karya seni (fine art). Karya-karya kartun baginya adalah karya seni yang juga mendapat ruang istimewa bagi penikmat. Ia mencontohkan karya-karyanya yang selama ini dikenal publik sebagai karya seni adalah sebuah karya kartunal. Kartun merupakan karya seni yang bernarasi yang mampu menghadirkan fakta sosial yang rumit secara sederhana kepada masyarakat. Dengan adanya fakta sosial ini, masyarakat diajak untuk berpikir reflektif dan kreatif dalam melihat persoalan.
Kata Kunci: Kartun, Abad Visual, Borobudur Cartoonist Forum 2
Selengkapnya dapat unduh disini
by tik ISi | Oct 16, 2018 | Artikel
Kiriman :I Wayan Nuriarta (Ps. Desain Komunikasi Visual Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Denpasar)
Abstrak
Gunarsa adalah seniman Bali asal Klungkung, ia melakukan penggalian nilai dan spirit yang terkandung dalam entitas budaya dan seni tradisional Bali pada lukisannya. Pada konteks ini, Gunarsa juga menyerap seni modern fine art (seni murni) melalui bangku akademis. Gunarsa melahirkan estetika ”baru” dari penggabungan kaidah-kaidah modern dengan nilai-nilai tradisi Bali. Karya-karya Gunarsa dengan kesadaran kuat mengangkat ikon-ikon ke-Bali-an kerap dibaca sebagai bentuk transformasi seni rupa tradisional Bali menuju seni rupa Bali modern. Gunarsa mengasah daya kreativitas berkeseniannya di ISI Yogyakarta pada tahun 1960 sampai 1967. Meminjam kebebasan gerak pada Action Painting Amerika, Gunarsa mengisi kanvasnya dengan goresan kuas membentuk figur penari. Gunarsa tidak bisa lepas dari spirit ke-Bali-annya dalam berkarya. Karyanya yang menunjukan Tiga Figur Penari dapat kita saksikan di Pusat Dokumentasi (Pusdok) Seni Lata Mahosadhi Internet Seminar Indonesia Denpasar (ISI Denpasar). Karyanya tersebut tersimpan lama di Pusdok ISI Denpasar. Dalam karyanya, nilai-nilai tradisi mendapat ruang baru dalam interpretasinya. Berdasarkan pengamatan terhadap karya-karya Nyoman Gunarsa, dapat dirumuskan bahwa dua nilai yaitu; nilai tradisional dan modern berjalan beriringan dalam proses kreativitasnya. Kondisi ini yang membedakan karya-karyanya dengan modernitas di Barat. Karya-karya Gunarsa menampilkan fenomena modernitas yang berbeda dalam seni rupa Bali, nilai tradisi justru dikemas oleh Gunarsa dengan bahasa rupa modern yaitu gaya figuratif ekspresif, sebuah penyatuan dalam paradigma modern.
Kata Kunci: Lukisan, Gunarsa, Tradisi, Modern
Selengkapnya dapat unduh disini
by tik ISi | Apr 24, 2018 | Artikel
Kiriman : Yulia Ardiani (Staf UPT. TIK ISI Denpasar)
ABSTRAK
Sebanyak tiga orang dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar telah mengikuti kegiatan simposium internasional menggunakan teknologi video skype pada 27 April 2018, dari kampus ISI Denpasar dengan Panitia Simposium “The Interpretation of Values” (Interpretasi nilai-nilai ) di Fakultas Philosofi dan Ilmu Sosial Politik Universitas Alexandru Ioan Cuza, Iasi, Rumania. Ketiga dosen yang mengikuti simposium ini semuanya dari Fakultas Seni Rupa Dan Desain (FSRD), yaitu Dr. Drs. I Gede Mugi Raharja, M.Sn (Prodi Desain Interior FSRD), Dr. I Wayan Adnyana, M.Sn, S.Sn (Prodi Seni Rupa dan Ketua LP2MPP) dan Dr. Drs. I Wayan Mudra, M.Sn (Prodi Kriya/ Keamik dan Sekretaris LP2MPP). Menurut Ketua Pusat Penelitian, Dr. Ni Luh Sustiawati, M.Pd, kegiatan simposium internasional menggunakan teknologi video skype merupakan yang pertama kalinya diikuti oleh dosen ISI Denpasar. Kegiatan yang diikuiti oleh ketiga dosen ini berlangsung dari jam 16.00 – 18.00 WITA, pelaksaaan presentasinya dibantu Pusat Komunikasi ISI Denpasar.
Selengkapnya dapat unduh disini