by admin | Feb 19, 2010 | Artikel, Berita
Oleh : (Drs. Rinto Widyarto, M.Si., Jrusan Tari, FSP ,DIPA 2007)
Abstrak penelitian
Penelitian ini adalah sebuah pengkajian seni tari, bertujuan untuk mengetahui dan memahami kreativitas seorang seniman tari dalam membuat karya tari baru. Sebagai sampel penelitian ini adalah koreografi karya-karya I Gst. Ngr.Supartha (Alm), kiat-kiat artistik dan faktor-faktor pendorong. Sebagai sebuah peneltian kualitatif, penelitian ini menggunakan pendekatan multi disiplin dengan alasan teori dari ilmu estetika, SDR (Stimulation-Drive-Response), n-Ach atau need for achieve-ment (psokologis) dan teori perubahan (antropologi). Semua inforasi yang disajikan dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancar mendalam, observasi, studi laboratorium dan kepustakaan.
Hasil analisis data menunjukan bahwa dalam proses berkreativitas I Gst. Ngr. Supartha mempunyai gaya individu sebagai identitas yang kuat tercermin pada karya-karyanya (estetika,desa kala, patra dan variasi perubahan yang lentur); trik-trik sebagai kiat artistik dari desain koreografi yang diperhitungkan; dan stimulasi berkarya sangat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.
by admin | Feb 19, 2010 | Artikel, Berita
Oleh : ( Drs. I Wayan Mardana, Jurusan Pedalangan, FSP, DIPA, 2006)
Abstrak Penelitian
Penghayatan karya sastra apresiasi seni adalah mata kuliah wajib yang harus ditempuh oleh mahasiswa Fakultas Seni Pertunjukan Internet Seminar Indonesia Denpasar. Tjuan penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi antara kemampuan menghayati unsur-unsur intristik karya sastra dengan kemampuan mengapresiasikan karya seni mahasiswa ISI Denpasar. Proses Penelitian ini terlebih dahulu melakukan dengan pengumpulan data dari nilai penghayatan karya sastra dan nilai apresiasi seni ISI Denpasar. Data dari 50 orang tersebut merupakan sampel penelitian yang mewakili seluruh mahasiswa ISI Denpasar sebagai populasi penelitian. Selanjutnya nilai penghayatan sastra sebagai variabel bebas dan apresiasi karya seni sebagai variabel terikat, dianalisis menggunakan analisis statistik. Teknik uji hipotesis dalam statistik yang digunakan adalah koefisien korelasi produk momen pearson. Koefisien korelasi dalam perhitungan keduanya lebih besar, berarti hipotesis penelitian yang berupa alternatif adalah signifikan. Sebagai kesimpulan penelitian bahwa ada korelasi yang positif antara kemampuan menghayati unsur-unsur intristik karya sastra dengan kemampuan mengapresiasikan karya seni mahasiswa ISI Denmpasar.
by admin | Feb 19, 2010 | Artikel, Berita
Oleh : (Drs. I Nengah Sarwa, Jurusan Karawitan, FSP, DIPA 2006)
Abstrak Penelitian
Tantangan berat pendidikan nasional dewasa ini antara lain berkaitan dengan peningkatan kualitas dan relevansi. Berdasarkan konsep bahwa makin nyata pengalaman yang diperoleh peserta didik akan makin mudah untuk diingat, dipelajari dan ditirukan. Begitu pula makin banyak indra yang terlibat, informasi pengetahuan atau pengalaman makin mudah untuk diingat, maka salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas keluaran adalah dengan meningkatkan proses pembelajaran melalui pemanfaatan media pembelajaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap (1) jenis media pembelajaran yang digunakan dalam perkuliahan, (2) relevansi pemanfaatan media pembelajaran dalam perkuliahan, (3) kuantitas pemanfaatan media pembelajaran dalam perkuliahan, (4) kualitas p[emanfaatan media pembelajaran dalam perkuliahan di Fakultas Seni Pertunjukan Internet Seminar Indonesia Denpasar. Penetian ini merupakan jenis penelitian Deskriptif. Sebagai populasi adalah penggunaan media pembelajaran dalam perkuliahan baik teori maupun praktek program S1 Fakultas Seni Pertunjukan Internet Seminar Indonesia Denpasar pada semester ganjil tahun 2006/2007. Sampel diambil secara purposif random sampling yang berada pada tiga jurusan/program studi. Kegiatan penelitian dilakukan dengan langkah-langkah (1) penyusunan instrumen penelitian berupa angket melalui proses validasi sejawat sesuai dengan jenis data yang digali, (2) menggali data dari sumber data yaitu mahasiswa dengan menggunakan angket yang telah disusun, dan (3) melakukan tabulasi, analisis data dan pemaknaan hasil analisis data. Hasil penelitian menunjukan beberapa kesimpulan seperti berikut ini
Pertama, jenis media yang digunakan dalam pengajaran oleh dosen berturut-turut OHP adalah yang paling sering digunakan, disusul pemanfaatan jenis media diktat (buku khusus), media alat peraga dan LCD.
Kedua, relevansi, pemanfaatan media pembelajaran dalam perkuliahan oleh dosen di Fakultas Seni Pertunjukan Seni Indonesia Denpasar, masuk pada katagori baik.
Ketiga, dilihat berdasarkan kuantitas, pemanfatan media pembelajaran dalam perkuliahan oleh dosen di Fakultas Seni Pertunjukan Insitut Seni Indonesia Denpasar masuk pada kategori baik.
Keempat, kualitas pemanfaatan media pembelajaran dalam perkuliahaan oleh dosen di Fakultas Seni Pertunjukan Internet Seminar Indonesia Denpasar, masuk pada kategori sedang.
by admin | Feb 18, 2010 | Artikel, Berita
OLEH : (Drs. I Made Jana, Jurusan Kriya Seni FSRD, DIPA Pusat 2006)
Ornamen merupakan salah satu cabang seni rupa, telah ada sejak jaman prasejarah. Adapun seni yang diciptakan atas dasar dorongan kreativitas budia daya manusia untuk memenuhikebutuhan material dan spiritual serta kebutuhan ritual magis menurut kepercayaan masyarakat pada zaman itu. Hasrat untuk memenui kebutuhan batin menimbulokan ciptaan-ciptaan. Segala ciptaan manusia itu sesungguhnya merupakan hasil husahanya untuk merubah dan memberi bentuk dari susunan pemberian alam sesuai dengan kebutuhan jasmani dan rohaninya. Dalam perkembangan berikutnya, sehubungan dengan kebutuhan tersebut, sesungguhnya ornamen Bali tidak dapat dipisahkan dengan adanya banguan suci, (pura, candi, wihara). Ornamen Bali berfungsi sebagai penghias atau dekorasi untuk menambah keindahan bangunana suci itu. Demikian pula seni pahat patung, relief berfungsi sebagai simbol yang berhubungan dengan mitologi. Disamping itu dapat pula berfungsi sebagai media pengungkap sejarah atau kejadian masa lampau yang dapat menggugat semangat dan membangkitkan apresiasi yang tinggi bagi generasi mendatang.
Ornamen yang terdapat pada bangunan pura mempunyai hubungan dengan agama Hindu di Bali, oleh karena itu pura tidak hanya merupakan tempat persembahhyangan saja, melainkan juga berfungsi sebagai sarana pendidikan moral, estika, estetika ditinjau dari aspek seni rupa dan agama melalui tema-tema yang dipahatkan misalnya cerita Mahabarata, Ramayana, Tantri dan lain-lainnya.
Dalam hal ini, agama sebagai sumber inspirasi lahirnya seni budaya yang didasari oleh ajaran yang disebut “Catur Marga”. Konsep ajaran ini menekankan rasa cinta dan kasih sayang, getaran rasa cinta an kasih sayang menggerkaknan manusia untuk berkorban. Rasa cinta melahirkan keihlasan untuk berkorban dan rasa cinta melahirkan seni, waktu berjalan terus dan perubahan pun telah terjadi atas pengaruh kebudayaan. Begitu bangsa Belanda menanamkan cara-cara berpikir dalam kecerdasan otak rasa individualisme serta pengenalan kemahiran teknik kepada masyarakar Bali mengakibatkan kesenian yang berkembang mengarah kepada bentuk dan tema-tema yang dianggap praktis dan modern. Konsepsi perubahan budaya telah disadari benar oleh masyarakat Bali, dengan adasiumnya yang dikenal yaitu : Desa,kala ,patra, segala sesuatu akan berubah seljalan dengan tempat, waktu dan kemauan manusia. Dalam hal ini dapat kit lihat keunggulan seni budaya Bali adalah terletak pada keadaan Manusia Bali mengkondisi karakter potensi alamnya. Faktor alam dan alat dikondisi oleh logika kecendrungan manusia yang terlibat didalamnya shingga menghasilkan karya-karya sni/ornamen yang berjalan sesuai dengan tuntutan masyarakat dan jamannya. Hal ini tidak lepas dari pengaruh pariwisata terkait dengan sni dan ekonomi. Seno dan ekonomi adalah dua hal yang menjadi kehidupan kepariwisataan di Bali yang diikrarkan sebagai pariwisata budaya, kesenian sebagai salah satu komponen penunjagnya.
Karya seni (ornamen) yang berhubungan dengan arsitektur ada pergeseran sikap yang mengangkat majemuknya kegiatan dan kebutuhan masyarakat yang sebagian besar dapat dipenuhi dalam waktu yang relatif cepat. Dalam hal ini keindahan secara intergral yang mengandung arti kebahagiaan dan kedamaian hidup lahir bhatin mulai tergeser menjadi kepuasan dan kenikmatan yang bersifat lahiriah/jasmaniah bersamaan denga nini, kota-kota di Bali muncul bangunan-bangunan baru yang merupakan pengembangan kreatifitas para spikulan untuk memanfaatkan berbagai peluang dan kesempatan yang ada. Dalam kesempatan inilah ditawarkan penemuan-penemuan baru dalam bidang arsitektur termasuk penerapan dan pengembangan bentuk motif ornamen dari berbagai gaya, dan berbagai macam jenis bahan yang keras, antara lain : batu hitam (gunung, batu granit, marmer, batu padas putih dan bahan lain yang didukug oleh teknilogi dengan perlatan mesin canggih.
by admin | Feb 18, 2010 | Artikel, Berita
Oleh : (Drs. I Ketut Karyana, PS. Seni Rupa Murni, FSRD, DIPA Pusat 2006)
Tulisan ini hasil penelitian yang bertujuan untuk mengetahui daya kreatifitas seniman I wayan Asta dari segi konsep pemikiran-pemikiran yang membawa perubahan baru dalam seni lukis pedsaan “tradisional” Bali baik pengembangan teknik, tema dan kontinuitasnya dalam berkarya dan untuk mendapatkan informasi-informasi deskrftif baik informasi internal maupun eksternal dari lukisan I Wayan Asta. Yang nantinya berkotribusi dapat diproleh pengetahuan yang lebih luas dan mendalam tentang kesenirupaan khususnya yang menyangkut hasil karya seniman tradisional Bali. Juga dapat membantu pemerintah dalam ikut melestarikan seni tradisional dan mengembangkan menjadi karya-karya kreasi baru yang bernafaskan Bali. Diharapkan dapat dijadikan bahan studi perbandingan serta berguna bagi penyebaran informasi tentang keberadaannya. Juga melalui penelitian ini dapat diketahui pemikiran serta konsep seniman I Wayan Asta, karena karya yang dihasilkan merupakan salah satu macam dari transformasi simbolik pengalaman manusia.
Kesimpulan dari penelitian ini dapat dinyatakan bahwa hal-hal humorik memang sangat inspiratif bagi Wayan Asta, di jadikan sebagai sumber inspirasi untuk titik tolak dal mmelahirkan karya-karya lukisan. Ia secara sadar atau tidak sadar mencerap dan mereinterpretasi warisan tradisional kemudian dikembangkan tema dan visual melalui proses modifikasi dan deformasi. Di sini humor mampu memberikan identitas, dukungan dan penjiwaan pada karyanya. Pertimbangan mempertahankan seni lukis tradisi dengan melakukan inovasi agar terbuka bagi perkembangan lebih lanjut.
Karakteristik sifat kreatif Wayan Asta ditandai adanya sifat orisinalitas, spontanitas, dan produktivitas, dalam menghasilkan karya seni. Talenta Wayan Asta terutama nampak pada lukisannya, walaupun tetap bercerita dalam gambar tradisi, namun narasinya bukan lagi pewayangan dengan tema an pola yang sudah jadi melainkan suattu narasi polos tentang dunia di sekitarnya. Pemaknaan terhadap teknik-teknik dasar seperti kelucuan dalam bentuk, kelucuan dalam logika dan kelucuan dalam bahasa mengarahkan kita untuk mengamati bagaimana humor itu ternbentuk. Permainannya adalah menemukan sesuatu yang bisa di mengerti, tetapi tidak terlalu umum.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Wayan Asta sehingga mampu melahirkan karya-karya lukis yang khas sebagai sosial kepribadiannya adalah sosial dalam dan sosial luar. Sosial dalam adlah bagian instrinsik dari pembawaan lahiriah karena kebetulan ia lahir di tengah keluarga senian. Faktor luar yaitu pergaulan dengan para pelukis di Ubud menjadi pembangkit seni yang mengendap dalam dirinya.
by admin | Feb 17, 2010 | Artikel, Berita
Oleh : (Ni Wayan Parmi,SST., M.Si, Jurusan Tari, FSP,DIPA 2006)
Dalam budaya Bali, kesenian dan keagamaan yang saling berkaitan. Peristiwa sering kali sulit untuk dipisahkan dengan peristiwa keagamaan. Masyarakat Bali memiliki bermacam-macam jenis seni pertunjukan yang berakar pada agama dan budaya Hindu yang telah tumbuh dan berkembang sebagai ciri khas masyarakat Bali.Sebagaian besar seni pertunjukan tradisional Bali yang ada hinggakini berfungsi untuk ritual keagamaan yang penyelenggaraannya selalu jatuh pada waktu terpilih yang sakral serta diselenggarakan di tempat yang terpilih, dan bahkan ada seni pertunjukan yang hanya diselengagarakan apabila sebuah desa terserang wabah penyakit.
Tari Sanghyang Janger Maborbor adalah salah satu jenis pertunjukan tradfisional yang diseloenggarakan atau dipertunjukan pada saat desa diserang wabah penyakit yang menyerang manusia maupun hama penyakit yang menyerang tumbuhan. Di samping itu tari Sanghyang Janger Maborbor ini juga dipentaskan berkaitan dengan upacara keagmaan di Pura Masceti maupun pura-pura lainnya yang ada di Desa Yangapi. Bahkan pada era globalisasi ini tari Sanghyang Janger Maborbor ini dipestaskan berkaitan dengan hiburan dan tontonan untuk wisatawan. Penelitian ini dilakukan kareana alasan tersebut di atas dan pertunjukan tari Sanhyang Janger Maborbor mengandung nilai-nilai etika dan estetika. Bahkan tari Snghyang Janger Maborbor ini juga dijadikan obyek penelitian.
Penelitian ini ditelaah melalui analisis kajian budaya, yang mengangkat tiga permasalahan yakni : (1) Bagaimana bentuk pertunjukan tari Sanghyang Janger Maborbor di Desa Yangapi Bangli. Untuk memecahkan masalah ini dipakai sejumlah pendapat dan pandangan yang termuat dalam pustaka (buku(, majalah, koran, jurnal, dan sebagainya) yang dugunakan untuk melengkapi dan menganalisa data dan fenomena yang ada pada tari Sanghyang Janger Maborbor. Dalam menganalisa bentuk tari Sanghyang Janger Maborbor dipergunakan sebuah model klasifikasi struktur pementasan tari Janger dari Dibia yang antara lain mengandung unsur : pembukaan, pepeson, pajangeran, lakon dan penutup. Aparatus / elemen-elemen pertunjukan tari Sanghyang Janger Maborbor tidak jauh berbeda dengan pertunjukan janger secara umum yakni ditarikan oleh sekelompok penari laki-laki yang disebut Kecak dan sekelompok penari perempuan yang disebut janger. Elemen-elemen yang membentuk Tari Sanghyang Janger Maborbor ini terdiri dari gerak tari, lagu vokal yang disebut sekar rare, rias busana, musik, tempat pementasan (kalangan) dan lampu sebagai penerangan yang dipakai oleh penari tari Sanghyang Janger Maborbor adalah tata rias dan busana adat bali yang dipakai sembahyang oleh umat Hindu di Bali. Pementasan diaadakan di tempat terbuka yangdisebut kalangan. Tempat keluar masuk penari dibatasi dengan selembar kain (langse). Sebagai penerangan digunakan lampu listrik. Sesajen/ banten juga merupakan peranan penting dalam bentuk pementasan. Dilihat dari fungsinya tari Sanghyang Janger Maborbor sebagai seni pertunjukan mengandung berbagai fungsi bagi masyarakat pendukungnya yaitu masyarakat di Desa Yangapi Khususnya dan masyarakat Bangli pada umumnya yakni fungsi ritual, fungsi sosial, fungsi estetika. Fungsi ritual yang terkait dengan tari Sanghyang Janger Maborbor dilakukan pada saat “odalan” di pura Masceti dan di pura lainnya yang ada di Desa Yangapi, sebagai penolak wabah, sebagai tari kesuburan, berfungsi untukmembayar kaul. Fungsi social, keudukan tari Sanghyang Janger Maborbor dalam agama yakni sosial budaya, sosial etika. Pada akhirnya bentuk, dan fungsinya Sanghyang Janger Maborbor menjadi satu kesatuan yang saling berhubungan secara fungsional, dan saling berkaitan, selaras, serasi sebagai bentuk pertnukan yang bernama tari Sanghyang Janger Maborbor.