Kajian Foto Jurnalistik Pada Harian Bali Post Terbitan Tahun 2006-2007

Kajian Foto Jurnalistik Pada Harian Bali Post Terbitan Tahun 2006-2007

Oleh: A.A. Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si., Jurusan Desain, FSRD, DIPA 2007

Abstract penelitian

Merekam suatu peristiwa dengan menggunakan alat kamera sejak dahulu sudah dikenal oleh nenk moyang kita baik itu merekam peristiwa pribadi maupun peristiwa umum. Dewasa ini kamera telah mengalami perubahan yang sangat pesat seiring dengan kemajuan teknologi. Fotografi saat ini dimanfaatkan pula oleh banyak kalangan mulai dari foto dokumentasi sampai pada foto untuk kebutuhan khalayak umum. Sebagai salah satunya adalah media surat kabar yang paling banyak memekai jasa fotografi sebagai ilustrasi berita. Foto jurnalistik dimata seorang fotografer adalah sustu tantangan dan merupakan alat komunikasi ampuh untuk mengubah suatu keadaan buruk menjadi lebih baik. Penyajian foto yang akurat mengenai suati peristiwa, dan secepatnya dapat diterbitkan serta yang lebuh penting adalah mengenai prinsip dasar dalam penerbitan foto adlah isi, bentuk dan artistik.

Berdasarkan atas latar belakang tersebut maka diajukan beberapa permasalahan sebagai berikut: (1) Apakah foto-foto yang tersaji pada harian surat kabar Bali Post telah menyajikan foto yang aktual sesuai dengan konteks permasalahan pada masa itu ? (2) Apakah penyajian foto-fotonya telah memenuhi kriteria, isi, teknik, artistik ?. (3) Bagaimana harian surat kabar Bali Post menempatkan foto-foto yang bersifat aktual serta bagaimana pula penempatan foto-foto lainnya sebagai pendukung pemberian lainnya.

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian bersifat “deskriptif” dengan cara menginterpretasikan foto-foto yang yang diterbitkan pada harian Bali Post masa sekarang serta mengidentifikasikan berdasarkan pada teori estetika dan desain. Foto berita dapat dikatagorikan menjadi 8 yaitu : Spot new, news Features, potret olah raga, kesenian dan sains, peristiwa ceria alam lingkungan, dan kehidupan sehari-hari. Namun ada pula yang menambahkannya yaitu dengan istilah human interest.

Sedangkan fotografi pers di Indonesia, juga dikenal dengan beberapa katagori seperti menyangkut dunia politik/diplomat, dunia kriminal, perang, kecelakaan, bencana alam, olah raga, peristiwa kesenian, tentang upacara, tokoh dan dunia para bintang, hukum dan konsumerisme. Dengan berdasarkan hasil analisa yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa foto-foto pada halaman satu yang dimaksudkan pula sebagai daya tarik perwajahan, memuat foto-foto yang bersifat aktual, tajam, dan menarik sesuai dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi masa itu, baik dilihat dari segi isi serta tekniknya. Dari segi artistik foto yang termasuk katagoriSprot News Feature kurang menampilkan keindahan, karena foto pada katagori diatas lebih mementingkan isi serta rekaman peristiwa yang betul-betul hangat untuk segera dapat disampaikan kehadapan pembaca. Foto jurnalistik lebih mengutamakan isi serta kekuatan peristiwanya, hal ini karena subyek maupun obyeknya tidak dapat diatur sesuai keinginan dal mpengambilan gambarnya.

Kata Kunci: Fotografi pers di Indonesia, aktual, tajam, news features, potret, olah raga, kesenian, peristiwa ceria, alam lingkungan, dan kehidupan sehari-hari.

Penerapan Servis Desain Dengan Tehnik Ukiran Tempel Pada Kerajinan Kayu Di Desa Tegalasah Tembuku Bangli

Penerapan Servis Desain Dengan Tehnik Ukiran Tempel Pada Kerajinan Kayu Di Desa Tegalasah Tembuku Bangli

Oleh : Drs. I Wayan Sutha S., Jurusan Seni Murni, FSRD, DIPA 2007

Abstract penelitian

Berbagai jenis kayu yang ada di Bali dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, benda-benda seni atau kerajinan, baik dalam kaitannya dengan adat, agama, dan kehidupan sehari-hari maupun dalam hubunan dengan dunia pariwisata. Pemanfaatan kayu di desa Tegalasah banyak mengarah pada yang bersifat komersial, diolah sebagai barang-barang untuk kepentingan peralatan upacara Agama dan industri pariwisata. Benda-benda kerajinan yang bernuansa seni maupun dalam  bentuk kerajinan pada umumnya banyak diminati oleh para konsumen baik lokal maupun wisatawan manca negara yang datang ke Bali.

Desain produk kerajinan kayu memerlukan inovasi dan kreativitas yang dinamis karena dari waktu ke waktu dsain produk kerajinan kayu sangatcepat berubah sesuai dengan selera pasar. Pengrajin di desa Tegalasah kebanyakan memproduksi barang-barang berupa dulang atau wanci, bocor, batil, pelangkiran dan lain-lainnya dengan model produksinya, yaitu “mass dan art produk” dan difungsikan untuk kepentingan sarana upacara agama Hindu dan cendramata.

Dalam memperindah kerajinan kayu yang diproduksinya pengrajin menggunakan tehin servi desain sebagai dekorasinya dengan menggunakan limbah tembikar yang dihaluskan, kemudian dicampur dengan beberapa bahan lainnya sehingga berbentuk adonan yang mudah ditempelkan atau diplototkan. Tehnik ini merupakan langkah maju di dalam membuat ukiran temple sehingga barang-barang kerajinan kelihatan terarah mudah dan indah serta nyaman dipakai.

Pemanfaatan Batu Alam Palimanan Sebagai Benda Kerajinan Di Bali

Pemanfaatan Batu Alam Palimanan Sebagai Benda Kerajinan Di Bali

Oleh : (Dra. Ni Made Rai Sunarini, Jurusan Kriya,FSRD, DIPA 2007)

Abstrak Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan sample, dan analisa pembahasan dikakukan secara kualitatif. Pengambilan sample difokuskan di Desa Batubulan Kabupaten Gianyar dan Jalan Ida Bagus Mantra, Tohpati Denpasar. Pemanfaatan Batu Palimanan di Bali sebagai benda kerajinan teridiri dari 2 jenis yaitu batuan yang pertama sifatnya keras berwarna krem dan permukaannya bertekstur garis-garis yang tidak beraturan. Karea sifatnya yang keras banyak dipergunakan sebagai bahan tempelan pada dinding tembok, umumnya tembok untuk eksterior. Pemanfaatan ini selain sebagai dekorasi karena keindahan tekstur juga karean kekuatannya sehingga tahan terhadap cuaca. Batu jenis ini jarang dipergunakan sebagai benda, sulit diolah seperti diukir. Karena sifatnya keras dan kuat batuan –batuan jenis pertama juga dimanfaatkan sebagai lantai pengganti keramik lantai. Batuan Palimanan jenis kedua sifatnya lebih lunak sehinggalebih mudah diolah sebagai benda kerajinan, mudah diukir, dipahat, namun lebih kuat dari batu padas lokal yang warnanya abu-abu. Batuan jenis kedua ini banyak diwujudkan dalam bentuk patung dengan berbagai wujud dan ukuran, sebagai loster berukir, sebagai pelinggih, kap lampu, vas bunga dan sebagainya. Pemanfaatan batuan jenis ini sebagai kerajinan dapat dijumpai dengan mudah di sepanjang jalan Desa Batubulan Kabupaten Gianyar. Teknik pemanfaatannya atau pembuatannya sebagai benda kerajinan dilakukan dengan teknik tempel dan ukir sesusai dengan benda yang diwujudkan. Keunggulan dibandingkan dengan batuan lokal lebih kuat dan lebih tahan terhadap cuaca, kareana sifatnya yang demikian tentu harganya lebih mahal.

Penerapan Ragam Hias Geometris Pada Pintu Style Bali

Penerapan Ragam Hias Geometris Pada Pintu Style Bali

Oleh : (I Made Sumantra, S.Sn., Jurusan FSRD, DIPA 2007)

Abstrak Penelitian

Ornamen adalah unsur estetika yang sangat dominan dalam penampilan pintu Style/ Tradisional Bali. Karean setiap pintu Style/Tradisional Bali tidak dapat dipisahkan dari ornamen, baik ornamen yang sangat sederhana sampai pada ornamen yang sangat rumit. Dari hasil pengamatan terhadap pintu-pintu Style/ Tradisional Bali baik yang kuno sampai pada yang paling terbaru memperlihatkan suatu perkembangan ornamen yang signifikan. Dimana pada pintu-pintu yang relatif kuno tampil dengan ornamen yang sangat sederhana tetapi telah indah dan serasi. Sedangkan pintu=pintu yang dibuat pada saat sekarang kecendrungan menggunakan ornamen yang relatif lebih ramai dan rumit, tetapi tetap juga tampil indah dan menarik. Keunikan lain pintu Style/Tradisional Bali adalah selalu mengeluarkan bunyi pada saat dibuka meupun ditutup. Hal ini disebabkan oleh gesekan antara poros atas dan bawah dari daun pintu dengan lubangporosnya yang terdapat pada petitis dan dedange. Dewasa ini bentuk pintu Style? Tradisional Bali telah mengalami perkembangan tersebut belum sampai menyentuh bagian-bagai prinsip yang dapat merusak tatanan pintu tersebut. Yang menarik bagi kita dalam hal ini, adalah bagaimana ragam hias geometreis ini diterapkan sebagai hias untuk pinggiran pintu Style/Tradisional Bali dengan mempertimbangkan keserasian bentuk, keluwesan menggabungkannya serta komposisinya.

Kata kunci : Pintu style/ Tradisional Bali, Ragam Hias.

Perkembangan Desain Kerajinan Tenun Di Desa Sidemen Karangasem

Perkembangan Desain Kerajinan Tenun Di Desa Sidemen Karangasem

Oleh : (Drs. I Wayan Gunawan, Jurusan Seni Murni,FSRD, DIPA 2007)

Abstrak Penelitian

Di Indonesia sangat kaya akan aneka ragam coraknya kerajinan tenun, mengingat negar indonesia terdiri dari berbagai pulau dan suku bangsa yang setiap daerah mempunyai adat sendiri-sendiri, maka sudah selayaknya kalau hasil kerajinan tenun memiliki ciri khas sesuai dengan kebudayaannya. Kerajinan tenun di desa Sidemen , Karangasem, juga memiliki ciri khas tyersendiri terutama tampilan motif dan warnanya, sehingga dijadikan cirikhas produknya suatu daerah yaitu kain tenun ikat pakan (kain endek) Sidemen. Desa sidemen merupakan salah satu sentra (basis) industri kerajinan tenun ikat dan tenun-tenunan tradisional lainnya.

Perusahan di desa Sideman ada 5 buah perusahan tenun ikat dengan mempekerjakan tenaga pengrajin seluruhnya tidak kurang dari 240 orang. Hasil kerajinan tenun daerah tersebut pada umumnya dikerjakan oleh para pengrajin baik laki maupun perempuan dengan alat-alat yang masih sangat sederhana, yaitu Alat Tenun Bukan mesin (ATBM). Dari alat ini dapat dihasilkan berbagai jenis kain sesuaigan fungsinya, yaitu susti u fungsi yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia itu sendiri terutama untuk melindungi badan dari pengaruh iklim, cuaca, serta serangan dari binatang-binatang kecil dan juga merupakan cerminan budaya masyarakat pendukungnya, oleh karean didalamnya terkandung ide-ide, gagasan-gagasan, norma-norma sera nilai-nilai yang secaraumum dapat dikatakan cerminan masyarakat pendukungnya. Kerajian tenun di desa Sidemen tampak adanya keragaman. Ada yang berangkat dari keaneka ragaman bahan baku adapula yang cendrung mengembangkan kemungkinan teknik pewarnaan serta pencairan motif-motif baru. Selain itu ada yang menekankan segi fungsi, ada pula yang menggunakan keindahan. Pendekatan keindahan desain nampaknya paling banyak dilakukan oleh disain tenun ikat di Sidemen. Kebanyakan mereka memanfaatkan keindahan motif dan warna bahan untuk mendukung disain yang dibuat seperti yang ditunjukan pada produk-produk kain tenun ikat pakan baik yang difungsikan sebagai kain panjang, rok Blus dan kemeja, sebagain besar produk tersebut menggunakan tampilan keindahan desain sehingga dihasilkan kain tenun ikat pakan yang terarah mudah dan indah.

Perkembangan Seni Patung Beton Di Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar

Perkembangan Seni Patung Beton Di Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar

Oleh : (Drs. I Nyoman Ngidep Wiyasa, M.Si., Jurusan FSRD, DIPA 2007)

Abstrak penelitian

Pada mulanya seni patung Bali berfungsi sebagai sarana ritual pemujaan dalam bentuk simbol perwujudan roh leluhur, dewa, Tuhan, dengan segala manifestasinya yang bersifat sakral. Jenis-jenis patung perwujudan tersebut di Bali sering disebut pratima ,arca, petapakan dan pralingga. Pembaharuan yang sangat gemilang dalam seni patung Bali terjadi setelah adanya kontak langsung seniman lokan dengan sniman asing (Barat), sehingga melahirkan bentuk-bentuk baru yang cendrung realis, naturalis dan surealis yang menggunakan meterial kayu kemudian berkembang pesat di Desa Mas, Kemenuh dan Desa Peliatan, dengan tokoh=tokoh pematungnya antara lain Ida bagus Nyana, Ida Bagus Tilem, I Ketut Tulak, I Wayan Ayun, Pande Wayan Neka, I Nyoman Togog dan I Wayan Winten.

Seni patung dengan meterial baton yang berkembang dewasa ini di Desa Peliatan keberadaannya tidak terlepas dari seni patung kayu yang sudah ada sebelumnya, karean para pematung yang menekuni seni patung beton tersebut rata-rata sudah berpengalaman dalam bidang seni patung kayu, seperti halnya I Wayan Winten. Sebagai pematung yang hidup dalam lingkungan masyarakat dengan nilai-nilai budaya serta potensi seni yang menonjol, dan didukung oleh latar belakang pendidikan seni secara akademis yakni SMSR Denpasar dan PPGK Yogyakarta, menjadikannya sebagai seniman yang kreatif dan memiliki wawasan yang luas tentang kesenian khususnya seni patung. Hal ini sangant menarik dikaji dengan menerapkan berbagai metode pendekatan antara lain : metode obsevasi, yaitu melalui pengamatan langsung ke lapangan untuk mengetahui perkembangan seni patung beton di Desa Peliatan baik dilihat dari segi  kuantitas pematung, bentuk karya, fungsi maupun maknanya bagi masyarakat. Selain itu juga dilakukan pengamatan mengenai p[roses penciptaan seni patung beton mulai dari membuat maket (miniatur) sampai terwujudnya karya seni patung itu sendiri. Metode wawancara dilakukan mulai dari I Wayan Winten sebagai informasi kunci, dan pelopor pematung beton yang ada di Desa Peliatan, kemudian baru para pematung beton lainnya yang dianggap bisa memberikan informasi yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Metode kepustakaan, dilakukan dengan menelaah sejumlah pustaka yang ada kaitannya dengan keberadaan seni patung Bali, yang terkait dengan perkembangan seni patung beton di Desa Peliatan. Sementara itu, metode doklumentasi, yaitu pengumpulan data melalui bukti-bukti tertulis yakni berupa bku monografi Desa Peliatan, katalog pameran dan foto-foto karya seni patung.

Berdasarkan data yang telah diperoleh sesuai dengan kebutuhan penelitian ini maka dapatlah dijelaskan bahwa proses penciptaan seni patung beton yang ada di Dsa Peliatan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut : (1) pembutan gambar sketsa, (2) pembuatan maket (miniatur), )3) pembentukan konstruksi rangka patung, (4) pengecoran rangka patung, (5) tahap pembentukan, (6)  penyelesaian bentuk dan desain hiasan. Perkembangan seni patung beton yang ada di Dsa Peliatan tidak terlepas dari pengaruh sosok I Wayan Winten yang sudah menekuni seni patung dengan material beton dimulai sejak tahun 1992 yakni membuat patung penari, yang menghiasi pertigaa Br. Teges Desa Peliatan. Tahun 1994 mambuat patung Satria Gatot Kaca yang ada di Kuta. Tahun 1995 membuat patung Dewa Wisnu, Garuda, Kalarau dan Dewai Ratih yang menhiasi Taman Ciung Wanara Kota Gainyar. Tahun 1995 membuat patung Dewa Indra di pertigaan Tegal Tugu  Gianyar. Tahun 1995 membuat patung Dewi Natha yang menghiasi pertigaan Semabaung Gianyar. Tahun 1996 membuat patung Kapten Mudita di Kota Bangli. Tahun 1996 membuat patung Dewa Ruci di Simpang Siur Kuta. Tahun 2002 membuat patung Betara Tiga di pertigaan Manguntur Batubulan. Tahun 2003 membuat patung Sutasoma di pertigaan Ubud, dan sejumlah karya patung beton lainnya tidak hanya di Bali, akan tetapi juga di luar Bali. Ketenaran sosok pematung I Wayan Winten membuat generasi muda banyak yang tertarik untuk belajar seni patung dengannya, baik lewat pendidikan non formal maupun formal, karena Wayan Winten disamping sebagai seniman, juga sebagai seorang guru di SMSR, yang kini adalah SMKN I Sukawati. Mantan murid-muridnya yang sampai kini menekuni seni patung beton antara lain : Komang Labda, asal Karangasem yang saat ini menmpati studionya di Jalan Dewi Candra Batubulan. I Ketut Suardana asal Banjar Tengah Peliatan, membuka studio patung di rumahnya sendiri, di Jalan Raya Peliatan, I Wayan Sedan Suputra, asal banjar Kalah Peliatan, kini membuka studio di Jalan Raya Kengetan Ubud. I Wayan Winarta, asal Desa Batuan, membuat studio patung di Jalan raya Batuan, I Nyoman Purna, asal Banjar Tengah Peliatan saat ini membuat studio patung di Jalan Raya Pengosekan Ubud. Sedangkan Kadek Artika, asal Banjar Tengah Peliatan kini membuka studio patung di jalan Kengetan Singakerta Ubud. Perkembangan seni patung beton di Desa Peliatan tidak hanya bisa dilihat dari kuantitas pematungnya, akan tetapi juga perkembangan bentuk karya, fungsi maupun maknanya bagi masyarakat. Dilihat dari segi bentuk yang merupakan hasil aktivitas baik individu maupun kelompok, dan entitas yang dihasilkan bersifat kongkret, terwujud lewat karya-karya patung beton yang bergaya realis, naturalis dan abstrak. Sementara itu, tema yang diangkat tidak hanya-hanya tema-tema pewayangan seperti Ramayana, Mahabrata, mitologi Hindu dan tantri, akan tetapi juga kehidupan sehari-hari (kehidupan sosial), sehingga hadir karya patung beton yang sangat variatif. Dilihat darisegi fungsi, kehadiran seni patung beton di Desa Peliatan tidak hnay untuk kepentingan ritual pemujaan yang terwujud dalam bentuk simbol-simbol keagamaan, melainkan juga berkembang ke fungsi estetis dekoratif yakni sebagai elemen penghias taman kota, tempat rekreasi, kantor pemerintahan, hotel museum, rumah hunian dan sebagainya. Sdangkan kalau dilihat darisegi makna telah mengalami perkembangan tidak hanya makna keindhan akan tetapi juga makna pembaharuan dan kesejahteraan. Oleh karena karya yang terwujud memilik nilai keindaha, nilai inovasi (pembaharuan), yakni memiliki perbedaan dengan karya-karya patung yang ada sebelumnya, dan kehadiran karya tersebut mampu meningkatkan taraf kesejahteraan senimannya dan juga masyarakat pendukungnya.

Loading...