GELORA CIVITAS AKADEMIKA ISI DENPASAR DI MASA PANDEMI COVID-19

Kiriman :Drs. I Gusti Bagus Priatmaka, M.M. (Program Studi  Desain Mode, Fakultas Seni Rupa dan Desain Internet Seminar Indonesia Denpasar

Abstrak

Tulisan ini dimaksudkan untuk memberikan sebuah insight bagi seluruh civitas akademika ISI Denpasar bahwa dalam situasi pandemi Covid-19 yang berdampak pada campus lockdown yang dimulai sejak 17 Maret 2020 telah memberi era baru dalam geliat kampus tercinta ISI Denpasar. Di balik kegelisahan akan ancaman virus corona ini, sesungguhnya seluruh civitas akademika ISI Denpasar telah mendapatkan jaminan security bagi kesehatan masing-masing dengan penugasan working from home secara daring untuk tetap berjalannya kegiatan belajar mengajar dengan baik.

Ada dua hal pokok pembahasan yang dijelaskan dalam tulisan ini, yaitu: (1) Kekritisan, keaktifan dan kreativitas civitas akademika ISI Denpasar dalam masa pandemi Covid-19 dan  (2) Kebijakan pimpinan yang selalu mengedepankan keselamatan civitas akademika tanpa mengabaikan proses pendidikan.

Penjelasan dari masing-masing pokok pembahasan di atas diuraikan berdasarkan studi empiris penulis selama menjalani Working from Home sejak dikeluarkannya Surat Edaran Rektor ISI Denpasar Nomor 523/IT5.5/DL/2020 tentang Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar dan Layanan Administrasi untuk Pencegahan Penyebaran Covid-19 di Lingkungan ISI Denpasar yang berlaku sejak 17 Maret 2020 dan masih diperpanjang hingga 30 Mei 2020.

Kata kunci : Covid-19, Kegiatan belajar mengajar, Daring, Civitas akademika

Selengkap dapat unduh disini 

OGOH-OGOH, KREASI SENI PENJINAK BHUTAKALA

Kiriman : Dr. Kadek Suartaya, S.SKar., M.Si

Abstrak

            Kreasi ogoh-ogoh baru muncul sekitar tahun 1980-an, berawal dari kreativitas anak-anak muda di  Denpasar  yang kemudian mewabah ke  seluruh Bali, kemudiaan menyeberang  pada kalangan masyarakat Hindu di pulau Lombok,  seterusnya  pada  komunitas-komunitas  Hindu di seluruh Nusantara. Sejak 30 tahun yang lalu itu, ketika tilem  atau bulan mati yang pekat gulita menyergap Pulau Dewata, kegaduhan akan meruyak dimana-mana. Ogoh-ogoh  ini ditarikan dan diarak  keliling desa atau  kota ketika hari mulai gelap. Suasana jadi marak dan  riuh. Dengan penerangan ratusan lampu obor, patung-patung raksasa itu akan  tampak magis dan hidup. Diberi semangat oleh  gegap-gempita gamelan bleganjur–musik Bali yang bernuansa keras dan memekik, membuat  anak-anak muda Bali kian histeris  menggoyang-goyangkan ogoh-ogoh kelompoknya masing-masing. Ini biasanya  berlangsung hingga larut malam. Antusiasisme menarikan dan menonton  ogoh-ogoh bukan hanya di kalangan anak muda saja namun juga melibatkan orang tua dan anak-anak, pria atau wanita. Namun gara-gara pandemi Covod-19, arak-arakan ogoh-ogoh pada Nyepi  tahun 2020 tidak berlangsung.

Kata kunci: ogoh-ogoh, kreasi, Nyepi

Selengkapnya dapat unduh disini

GENGGONG SEBAGAI SENI PERTUNJUKKAN

Kiriman :I Gusti Ketut Sudhana (Dosen FSP ISI Denpasar)

Abstract: Man’s sound is the oldest medium throughout the world music development history. Before various forms and types of music instrument, sound has been used by human being for a long lime. This short article attempts to provide information about Genggong, one of music genres played by sucking as primary expressing medium. This type of music develops in Batuan Village, Gianyar Bali. The primary focus of this writing is trying to see the uniqueness of Genggong music. In addition, for the sake of this writing, it also conduct a direct observation on Genggong show in Batuan Village and interview with Genggong artist/ figures. One of Genggong music uniqueness is on the technique of playing it by vibrating or sucking. Genggong is accompanied by such other instruments as kendang krumpungan, two pieces of flute, cengceng ricik, and other percussion instruments.

Key Words: Genggong, vibrating and sucking.

Selengkapnya dapat unduh disini

Membuat Masker Eco-friendly dari Kain Perca Sebagai Alternatif Perlindungan Saat Wabah Pandemi COVID 19 Melanda Dunia

Kiriman :Dewa Ayu Putu Leliana Sari, S.Pd., M.Sn (Prodi Desain Mode ISI Denpasar)

ABSTRAK

Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui cara membuat (tutorial) masker penutup hidung dan mulut yang bersifat eco-friendly sebagai alternatif perlindungan saat wabah pandemi COVID 19 melanda dunia. Masker tersebut berasal dari limbah kain perca yang sudah tidak terpakai. Pemilihan bahan membuat masker pun tidak asal, harus yang berbahan katun. kelebihan kain katun yaitu memiliki sirkulasi udara yang baik, mampu menyerap keringat, yang membuat kulit terasa sejuk dan nyaman sepanjang hari.

Kata Kunci :Masker, eco-friendly, perca

Selengkapnya dapat unduh disini 

Tari Panen: Representasi Budaya Agraris di Minangkabau

Kiriman : Yulinis (Dosen Jurusan TARI FSP ISI Denpasar)

Abstrak

Tari Panen merupakan tari yang diciptakan oleh Gusmiati Suid yang menggambarkan tentang peristiwa panen padi di Minangkabau. Kebiasaan perempuan-perempuan Minangkabau ketika memanen padi adalah mengerjakannya secara bersama-sama atau dalam istilah budayanya adalah “Bajulo-Julo”. Akibat dari kebiasaan tersebut memunculkan perilaku yang kreatif dari masyarakat. Suasana yang muncul adalah bersuka cita, bersenda gurau, dan bermain-main dalam bekerja. Hal inilah yang diambil oleh pencipta untuk mewujudkannya menjadi sebuah tari.

Konsep yang digunakan untuk melihat representasi budaya agraris di Minangkabau dalam Tari Panen ini adalah konsep mimesis dan strukturalisme. Teori Mimesis yang digunakan adalah teori mimesis yang dikemukan oleh Aristoteles yang menyempurnakan teori mimesis Plato. Konsep mimesis menjelaskan bahwa karya seni merupakan cerminan dari realitas masyarakat. Strukturalisme yang digunakan adalah hasil pemikiran Levi Strauss yang menjelaskan bahwa karya seni terdiri dari struktur-struktur yang saling berhubungan.

Hasil dari tulisan ini memperlihatkan bahwa karya tari panen ciptaan Gusmiati Suid adalah representasi dari budaya agraris di Minangkabau. Hal ini bisa dilihat dari bentuk geraknya yang menggambarkan gerakan dari perempuan-perempaun yang memanen padi di sawah. Begitu juga dari segi musik yang juga memakai musik yang berasal dari peristiwa memanen padi, yaitu memakai pupuik batang padi.

Kata kunci : agraris, tari panen, budaya, Minangkabau

Selengkapnya dapat unduh disini

TARI SANGHYANG, RITUS TOLAK BALA MASYARAKAT BALI

Kiriman : Dr. Kadek Suartaya, S.SKar., M.Si (Dosen FSP ISI Denpasar)

Abstrak 

Alam pikiran masyarakat dinamistis Bali periode primitif  memunculkan tari-tarian spiritual yang kental dengan rasa pengabdian yang tulus. Kepercayaan kuat pada totemisme itu diekspresikan dalam tari-tarian persembahan yang umumnya berunsur trance dalam sajian yang polos alamiah. Fungsi tarian-tarian itu sebagai ritual tolak bala adalah mohon keselamatan dan perlindungan kepada roh-roh dan dewa-dewa. Tari Sanghyang yang kini masih disakralkan oleh masyarakat Bali merupakan salah satu kesenian peninggalan zaman pra-Hindu itu. Tari Sanghyang dipercaya mampu mengusir wabah penyakit atau mencegah kehadiran  roh-roh jahat yang ingin mencelakai desa.  Di  daerah-daerah pegunungan, kesenian ini sering ditampilkan bila misalnya ada wabah penyakit yang tiba-tiba berjangkit. Biasanya  aktivitas pementasan sanghyang  sampai  lebih  dari sebulan   dan   akan dihentikan  untuk sementara  bila  epidemi itu sudah dianggap tertanggulangi.

Kata kunci: sanghyang, ritual, tolak bala

Selengkapnya dapat unduh disini

Loading...