by adminisidps | Mar 8, 2019 | Artikel
Oleh Wahyu Indira ( Dosen Ps DKV ISI Denpasar )
ABSTRAK
Mata kuliah Animasi merupakan matakuliah wajib pada prodi Desain Komunikasi Visual (DKV) untuk mahasiswa semester 5. Mata Kuliah ini menitik beratkan pada proses pembuatan ilustrasi atau gambar yang bergerak sehingga menghasilkan sajian karya yang lebih atraktif ketimbang dengan tugas yang sifatnya diam atau statis. Pada Mata Kuliah ini karya karya yang dibuat oleh mahasiswa dibuat dengan mengangkat nilai nilai tradisi Bali baik dari latar cerita maupun gaya visualnya. Latar cerita tradisi menjadi focus kita dalam membuat karya animasi adalah karena pulau Bali memiliki banyak sekali cerita rakyat yang sangat menarik jika dikemas dengan teknik animasi. Salah satu karya animasi yang mengangkat kearifan lokal adalah karya berjudul Hanuman Duta, yang menceritakan perjalanan hanuman menyelamatkan Dewi Shinta.
Keyword: Matakuliah Animasi, Kearifan Lokal, Hanuman Duta
Selengkapnya dapat unduh disini
by adminisidps | Mar 1, 2019 | Artikel
Kiriman : Made Tiartini Mudarahayu ( Prodi Desain Mode )
Abstrak
Kajian praktik apropriasi dalam penciptaan seni lukis Keliki Kawan ditujukan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi faktor pendorong yang menyebabkan terciptanya seni lukis Keliki Kawan sebagai produk kreatif melalui penerapan stratregi apropriasi hingga dapat menghasilkan identitas baru dalam seni lukis Bali. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus dan pendekatan ex post facto. Sedangkan teori yang digunakan untuk menganalisis masalah adalah teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow. Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor pendorong terjadinya apropriasi dalam seni lukis Keliki Kawan adalah motivasi untuk memenuhi kebutuhan dalam diri seseorang. Motivasi untuk memenuhi kebutuhan fisiologis dipengaruhi oleh keterbatasan ekonomi menjadi faktor pendorong utama terjadinya apropriasi dalam seni lukis Keliki Kawan. Sedangkan kebutuhan akan rasa aman yang menyebabkan seni lukis ini lebih banyak berkembang di Banjar Keliki Kawan, serta munculnya karakter individu yang lebih spesifik yang juga diperoleh dari strategi apropriasi. Melalui uraian lima tingkat kebutuhan manusia berlandaskan pada teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow, tercermin bahwa keterbatasan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan fisiologis memiliki peran penting dalam menumbuhkan motivasi untuk dapat menciptakan gaya lukis baru dengan mengadopsi pola lama seni lukis Bali yang telah ada ke dalam medium kertas dengan ukuran yang tidak lazim digunakan di Bali. Hal ini tentu berbeda dengan faktor pendorong terciptanya mayoritas mazhab seni lukis Bali sebelumnya yaitu spiritualitas. Meskipun didasari atas faktor pendorong yang berbeda dari mayoritas mazhab seni lukis Bali, namun dengan adanya kesadaran untuk mengembangkan pola yang sudah ada dan keinginan untuk menciptakan sesuatu yang baru terlihat pola pikir lateral yang diterapkan oleh Sana, Astawa dan Muliawan dalam berkreativitas.
Kata kunci: faktor pendorong, apropriasi, hierarki kebutuhan, seni lukis keliki kawan
Selengkapnya dapat unduh disini
by adminisidps | Feb 28, 2019 | Artikel
Kiriman : I Wayan Adnyana, dkk ( Dosen FSRD ISI Denpasar )
Abstrak
Rekonstruksi seni lukis dulang merupakan salah satu program unggulan pengabdian kepada masyarakat Lembaga Penelitian, Pengabdian Masyarakat, dan Pengembangan Pendidikan (LP2MPP) ISI Denpasar tahun 2018. Reskonstruksi ini bertujuan untuk menggali dan membangkitkan kembali motif dan teknik klasik seni lukis dulang gaya Kedui. Rekonstruksi ini dilakukan dengan tahapan: wawancara dan pengarahan narasumber (tokoh dulang Kedui), observasi lapangan, dan proses pelatihan. Rekonstruksi telah berhasil mengembalikan motif dan warna klasik. Termasuk pengembangan teknik dengan pemakaian cat akrilik.
Kata kunci: rekonstruksi, seni lukis dulang Kedui, motif dan warna klasik
Selengkapnya dapat unduh disini
by adminisidps | Feb 22, 2019 | Artikel
Kiriman : I Gusti Ngurah Ardana, dkk (Dosen ISI Denpasar)
Abstrak
Tulisan ini dimaksudkan untuk mengevaluasi produk seni rupa dan desain, yang merupakan hasil kegiatan berkesenian masyarakat di sembilan Desa di Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli. Minat dan bakat masyarakat menghasilkan produk seni rupa dan desain, dapat berkembang secara alami karena kehidupan masyarakat di Bali dipengaruhi oleh agama serta adat atau tradisi yang harus dilengkapi dengan produk seni rupa dan desain. Agar diperoleh data yang akurat sebagai pedoman penyusunan simpulan, maka penelitian ini dilakukan memakai rancangan survey ke seluruh desa tersebut. Data dikumpulkan memakai metode wawancara, observasi, dokumentasi dan proses analisisnya menggunakan metode deskriptif naratif yang didukung sejumlah pustaka yang relevan. Hasil penelitian ini menggambarkan, polarisasi keberagaman produk seni rupa dan desain yang berkembang dipengaruhi oleh tiga faktor yang terdiri atas: 1) faktor relegi; 2) faktor sosial ekonomi; dan 3) faktor individu. Dampak dari polarisasi keberagaman produk seni rupa dan desain di Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli yang bersumber dari ketiga faktor tersebut, justru saling mendukung kreativitas masyarakat untuk memproduksi berbagai jenis produk seni rupa dan desain yang tidak hanya terikat pada satu faktor kebutuhan saja.
Kata kunci: polarisasi,keberagaman,seni rupa, desain dan kreativitas.
Selengkapnya dapat unduh disini
by adminisidps | Feb 15, 2019 | Artikel
Kiriman : I Nyoman Payuyasa ( Dosen FTV ISI Denpasar )
Abstrak
Kegiatan berbahasa merupakan kegiatan yang berada dalam alam sadar kita. Pada saat bertutur menggunakan bahasa, maka kita secara sadar menggunakan bahasa yang kita pilih. Seseorang seharusnya dapat belajar berbahasa dan membedakan penggunanan bahasa yang baik atau sebaliknya bahasa yang tidak baik. Bahasa mencerminkan logika berpikir seseorang. Begitu kalimat bijak yang sering dikumandangkan terkait hubungan yang sangat erat antara penggunaan bahasa dengan logika berpikir seseorang. Melalui cerminan bahasanya, dapat ditebak dengan mudah bagaimana alur berpikir seseorang, sehingga perlu ketelitian dalam penggunaan bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan. Terutama ketika berbicara di ranah publik, terdapat kesalahan yang menimbulkan salah kaprah atau salah pengertian sehingga maksud dan tujuan komunikasi tidak berjalan dengan maksimal. Misalnya, penggunaan kata seronok yang sering diartikan tidak pantas, padahal dalam KBBI kata tersebut artinya santun, sopan, pantas. Banyak sekali salah kaprah penggunaan bahasa Indonesia baik dalam tataran kata maupun kalimat yang seolah “dimaklumi”.
Kata Kunci : Salah kaprah, Bahasa Indonesia
Selengkapnya dapat unduh disini