by admin | Dec 23, 2015 | Artikel
Kiriman : Ni Putu Tisna Andayani, SS., M.Hum (Dosen Karawitan ISI Denpasar)
ABSTRAK
Berbagai bahasa di dunia mempunyai keunikan tersendiri yang lekat dengan budayanya masing-masing. Beberapa ahli dalam bidang ilmu terjemahan menganggap bahwa suatu terjemahan ekuivalen jika si penerjemah telah memahami bahasa dan budaya dari teks yang diterjemahkan. Membandingkan suatu teks yang berbeda bahasa tentunya bisa diprediksi akan melibatkan teori ekuivalensi penerjemahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan masalah-masalah kesepadanan dalam teks terjemahan historis kultural. Secara teoretis diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi peneliti bahasa dan budaya, karena dalam teks terdapat kekhasan bahasa dan budaya, sekaligus digunakan sebagai bahan rujukan untuk melakukan kajian teks terjemahan. Secara praktis, diharapkan dapat memberikan kontribusi tentang pentingnya memahami dan melestarikan budaya melalui bahasa terutama bagi generasi penerus bangsa agar nilai-nilai yang terkandung dalam bahasa tidak sampai punah.
Kata kunci: terjemahan, ekuivalensi, historis-kultural, bahasa, budaya
Selengkapnya dapat unduh disini
by admin | Dec 22, 2015 | Artikel
Kiriman : Jessie Fanissa Perry (Mahasiswa Jurusan Desain Mode ISI Denpasar)
ABSTRAK
Dekonstruksi dapat terjadi dalam segala hal seperti dekonstruksi dalam bidang arsitektur, sastra, budaya, perspektif, gaya hidup, dan bahkan dalam bidang fashion. Kata dekonstruksi didefinisikan sebagai suatu strategi analisis yang dikaitkan dengan filsuf Perancis, Jacques Derrida, yang bertujuan untuk membuka pengandaian-pengandaian metafisis yang sebelumnya tidak dipertanyakan, serta membuka kontradiksi internal di dalam filsafat maupun teori-teori bahasa. Menurut Kamus Bahasa Inggris, kata dekonstruksi dapat didefinisikan juga sebagai suatu tindakan untuk mengubah konstruksi dari suatu benda. Makna dekonstruksi secara umum adalah tindakan subjek yang membongkar suatu objek yang tersusun dari berbagai unsur yang memang layak dibongkar. Sedangkan definisi mode adalah gaya atau pelengkap busana yang senantiasa berubah-ubah dari musim ke musim serta dapat juga didefinisikan sebagai gaya hidup, cara berbusana, cara berperilaku, dan sebagainya. Setelah melihat definisi dari kata dekonstruksi dan kata mode atau fashion dapat diartikan juga bahwa dekonstruksi dalam fashion bermakna sebagai suatu tindakan manusia dalam merubah tidak hanya berpakaian namun juga gaya hidup. Pada dasarnya industri fashion sangat membutuhkan dekonstruksi guna menciptakan kreasi mode yang baru. Itulah alasan mengapa dekonstruksi selalu dilakukan dalam bidang fashion.
Secara umum dekonstruksi dalam bidang fashion bisa dibagi menjadi tiga aspek yaitu dekonstruksi pada desain & pola; dekonstruksi pada bahan; serta dekonstruksi dari desain, pola, dan bahan sekaligus. Dekonstruksi dalam fashion terjadi hampir di semua bagian fashion baik itu pakaian, sepatu, tas, perhiasan, gaya rambut, dan make-up. Dekonstruksi pada pakaian umumnya dilakukan para desainer dalam kategori avant garde. Menurut Kamus Mode Indonesia sendiri kata avant garde mempunyai definisi mode yang berada jauh di depan, seringnya mengacu pada gaya pribadi yang unik dan berani; secara umum bisa diartikan eksperimen, inovasi, ide orisinal, atau non-konvensional dari suatu periodetertentu dalam mode atau bidang seni lainnya. Kategori busana avant garde sangat erat hubungannya dengan dekonstruksi. Dalam hal ini dekonstruksi menjadi sebutan sebuah teknik yang digunakan para desainer untuk membuat sebuah desain busana yang nantinya akan merombak pola dasar guna mewujudkan karya busana yang diinginkan desainer Dekonstruksi umumnya digunakan untuk membuat karya busana yang dekonstruktif. Ini sangat dibutuhkan para desainer untuk menciptakan koleksi baru. Dekonstruksi pada pakaian bisa dilihat dari look atau bagaimana busana tersebut terlihat. Seperti contohnya sebuah desain kemeja lengan panjang biasa yang oleh desainer diubah menjadi kemeja asimetris yang lengannya terbelah dibagian tengah serta warna yang berbeda pada bagian kiri dan kanan busana. Contoh lain adalah seorang desainer mendesain sebuah dress yang seluruh bahannya terbuat dari limbah kertas. Demikian pula dekonstruksi pada bagian fashion lainnya. Bisa dikatakan berubahnya suatu trend dari masa ke masa juga bisa dipastikan terjadinya sebuah fenomena dekonstruksi dalam trend itu sendiri.
Kata Kunci : Dekonstruksi, Fashion
Selengkapnya dapat unduh disini
by admin | Dec 22, 2015 | Artikel
Kiriman : Dwi egi sukmana (Mahasiswa Jurusan DKV ISI Denpasar)
ABSTRAK
Di era teknologi dan informasi saat ini kehadiran tipografi sangatlah dibutuhkan dalam pembuatan logo. Sesuai dengan namanya, tipografi tujuan untuk pemilihan bentuk huruf, besar huruf, cara dan teknik penyusunan huruf menjadi kata atau kalimat yang sesuai dengan karakter pada logo yang dapat ditangkap oleh massa dengan benar. Salah satu elemen desain yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan suatu desain itu adalah Tipografi. Tipografi dalam hal ini adalah seni memilih dan menata huruf untuk pembagai kepentingan menyampaikan informasi berbentuk logo. Jadi jika logo tidak terisi tipografi akan terlihat sedikit kurang, karena jika melihat logo saja masyarakat kurang jelas melihatnya dan saat di isi tipografi kelihatan lebih menarik dan mudah ditangkap oleh masyarakat.
Kata Kunci : Tipografi, Logo
Selengkapnya dapat unduh disini
by admin | Dec 21, 2015 | Artikel
Kiriman : Ni Putu Darmara Pradnya Paramita (Mahasiswa Jurusan Desain Mode ISI Denpasar)
Abstrak
Rancangan desain adi busana merupakan suatu karya dalam dunia fashion yang proses pembuatannya lebih banyak menggunakan tangan dari pada jahitan mesin. Origami yang berbahan dasar dari kain endek yang merupakan sebagai sumber ide diawali dengan penelitian sumber ide, filosofi, inspirasi, sketsa desain.
Dalam karya adi busana dengan tema I love Bali yang mengambil judul karya yaitu Gaun Etnik Origami tekstil. Konsep dasar karya adalah origami. Origami merupakan sebuah seni lipat yang berasal dari Jepang. Bahan yang digunakan adalah kertas atau kain yang biasanya berbentuk persegi. Gaya etnik berarti gaya berpakaian menurut budaya tertentu. Sebuah hasil origami merupakan suatu hasil kerja tangan yang sangat teliti dan halus pada pandangan.Origami yang diaplikasikan pada karya adi busana.material atau bahan yang digunakan untuk mendukung ide yaitu kombinasi antara bahan dasar endek motif dengan endek polos.
Adapun Proses tahapan desain busana pada karya ini yaitu pembuatan sketsa desain adi busana, pembuatan pola dasar, pembuatan pola busana sesuai desain, pemotongan kain sesuai pola, proses penjahitan ,pembuatan serta pemasangan origami tekstil pada busana. Terciptanya karya adi busana yang terinspirasi dari origami tekstil yang mengangkat bahan tradisional Bali yaitu kain tenun ikat pakan Bali (endek) yang berasal dari keunggulan budaya lokal, Kain tenun ikat pakan yang disebut endek merupakan kain tradisional berasal dari Bali warisan budaya nenek moyang. Pada kain endek terdapat berbagai macam motif yang diterapkan pada kain.Kain endek memiliki berbagai macam warna. Kain endek menjadi bahan dasar pembuatan busana dalam dunia fashion.
Harapan dalam pembuatan karya ini untuk memperkenalkan endek ke masyarakat, untuk menumbuhkan rasa cinta dan kebanggaan terhadap kain endek. Agar dapat mengolah kain endek menjadi suatu rancangan busana yang sesuai dengan kebutuhan gaya hidup konsumen.
Kata Kunci : Adi Busana, Etnik, Origami, Endek
Selengkapnya dapat unduh disini
by admin | Dec 21, 2015 | Artikel
Kiriman : Nyoman Ayu Permata Dewi (Mahasiswa Jurusan Desain Mode ISI Denpasar)
Abstrak
Edward Hutabarat adalah salah satu perancang busana terkemuka di Indonesia. Tak hanya sebagai perancang busana, ia juga dikenal sebagai kurator seni dan budaya. Edward Hutabarat yang biasa dipanggil akrab Edo ini, lahir di Tarutung, Sumatera Utara 31 Agustus 1958. Edo adalah salah satu perancang busana yang menggunakan kain tradisional Indonesia dalam setiap rancangannya terutama kain Batik. Batik adalah kain bergambar yang pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau menerakan malam pada kain itu, kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu yang memiliki kekhasan. Batik sendiri baginya bukan sebatas kain biasa, batik perlu diperlakukan sangat special mengingat teknik pembuatan batik memakan banyak waktu dan tenaga. Selain itu, di setiap motif yang terdapat pada kain batik terdapat nilai filosifinya sendiri. Kecintaannya pada batik membawanya menjadi seorang desainer Indonesia yang Track Record-nya sangat baik. Sebelum pembuatan busana, Edo terbiasa untuk melakukan tahapan-tahapan proses pembuatan busana. Dari segi input ke proses dan output hasil karya jadi yang akan tercipta. Penerapan tahapan-tahapan tersebut dilakukannya untuk mendapatkan hasil karya rancangan busana yang memiliki nilai jual tinggi terhadap konsumen. Baginya, membuat suatu rancangan busana tak hanya berupa nilai estetika (keindahan) dan ergonomi (kenyamanan) saja yang diutamakan namun sangat penting baginya membuat sebuah karya disesuaikan dengan makna yang terkandung dalam motif yang ia pilih terutama kain tradisional Indonesia yakni kain batik. Cita-cita dan harapan dari Edo adalah untuk mempromosikan serta membangun kembali citra batik di mata masyarakat Indonesia sekaligus ingin mengubah gambaran kain batik yang hanya bisa dibuat formal kini dapat diolah menjadi karya cipta yang tinggi dengan disesuaikan perkembangan mode saat ini.
Kata Kunci : Edward Hutbarat, Edo, Batik, Mode, Kain Tradisional
Selengkapnya unduh disini