Seni Sebagai Mata Pencaharian

May 13, 2011 | Artikel, Berita

Kiriman I Gede Yudarta, SSKar., M.Si., Dosen PS Seni Karawitan ISI Denpasar

Aktivitas masyarakat Bali dalam hal mata pencaharian di Mataram sangat beragam. Ada yang jadi PNS, TNI, POLRI, Wiraswasta dan tidak sedikit diantaranya yang sukses sebagai pengusaha. Dari berbagai ragam jenis mata pencaharian, sangat sedikit diantaranya yang mencari kehidupan dari bidang kesenian khususnya sebagai seniman. Hal ini disebabkan oleh karena bidang seni belum sepenuhnya bisa diharapkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomis. Penerapan sistem ngayah sebagaimana yang ada di Bali masih melekat pada kehidupan sosial masyarakat di Mataram. Walaupun ada diantaranya yang mendapatkan upah dari berkesenian namun hal itu belum bisa menjamin untuk kehidupan yang akan datang.

Namun demikian, ada beberapa orang seniman yang sepenuhnya menggantungkan hidupnya dari berkesenian. Salah satunya adalah I Wayan Pariode dari dusun Pagesangan Kota Mataram. Sebagai seorang seniman yang pernah mengenyam pendidikan seni karawitan di SMK 3 Sukawati, dia memiliki kemampuan teknik yang cukup memadai. Adapun aktivitas kesehariannya adalah di samping menjadi anggota dari beberapa sekaa gong di Mataram juga memberikan pelatihan kepada sekaa-sekaa gong yang ada di Kota Mataram hingga di Lombok Barat. Dari aktivitasnya itu untuk sementara dianggap cukup memenuhi ekonomi keluarga.

Namun demikian dari sudut pandang yang lain, memperhatikan pola berkesenian masyarakat Bali di Mataram, sesungguhnya bidang seni khususnya dapat dimanfaatkan secara ekonomis untuk menambah penghasilan keluarga. Padatnya aktivitas bidang seni yang terjadi di kalangan masyarakat dan terbatasnya jumlah seniman yang terlibat secara aktif seringkali hanya melibatkan orang-orang itu saja dalam pertunjukan yang dilakukan.

Pemanfaatan seni di bidang ekonomis juga dilakukan masyarakat dengan menawarkan jasa penyewaan perangkat gamelan sekaligus sekaa untuk kegiatan upacara keagamaan maupun acara-acara lainnya. Sebagaimana yang terdapat di Karang Kecicang terdapat tempat penyewaan gamelan bagi masyarakat yang membutuhkan kesenian.

Adanya jasa penyewaan gamelan seperti ini sangat membantu masyarakat dalam melaksanakan upacara keagamaan karena bagi kelompok masyarakat yang tidak memiliki gamelan dapat menyewa berbagai perangkat gamelan yang diperlukan lengkap dengan para pemainnya. Berbeda halnya dengan di Bali dimana gamelan lebih banyak merupakan miliki warga banjar, keberadaan gamelan-gamelan di wilayah Kota Mataram lebih banyak merupakan milik pribadi baik secara individu maupun keluarga tertentu. Jadi bagi pribadi atau kelompok keluarga tertentu yang tidak memiliki gamelan harus meminjam gamelan dengan menyewa pada yang memiliki gamelan. Adanya sistem sewa menyewa gamelan seperti ini lebih menonjolkan espek ekonomis karena ongkos sewa dan upah para penabuh sangat diperhitungkan. Utuk penyewaan gamelan dan upah penabuh dalam 1 hari bisa mencapai 2 juta dan diluar itu untuk masing-masing penabuh diupah 60-75 ribu rupiah.

Sektor lain yang diharapkan sebagai penunjang perekonomian para seniman adalah sektor pariwisata. Berbeda dengan apa yang terjadi di Bali, saat ini sektor kepariwisataan belum tergarap secara maksimal karena tidak banyak hotel-hotel menyajikan kesenian sebagai salah satu atraksi dalam acara dinner untuk memberikan hiburan kepada para wisatawan yang hadir di sana. Kota Mataram memiliki kekayaan budaya yang luar bisa dimana dari berbagai etnis yang bermukim di wilayah ini masing-masing memiliki seni budaya unggulan yang dapat dimanfaatkan dalam industri pariwisata.

Salah satu budaya etnis yang memiliki modal budaya yang kuat dan menarik di samping budaya Sasak adalah seni budaya Bali. Secara institusional keberadaan seni budaya Bali khususnya seni pertunjukan Bali terkesan masih dipandang dengan sebelah mata karena mungkin masih dianggap bukan kebudayaan asli daerah Lombok. Secara historis, kebudayaan Bali memberikan pengaruh yang besar terhadap kebudayaan Lombok. Dalam berbagai tatacara, adat-istiadat dan sistem sosial serta budaya masyarakat Sasak/Lombok terlihat adanya pengaruh Bali yang kuat. Demikian pula dengan kesenian yang terdapat dan tersebar di Lombok. Sebagian besar kesenian-kesenian yang sekarang dianggap sebagai budaya asli masyarakat Lombok mendapat pengaruh dari kesenian Bali. Sebagai contohnya: Cepung, Drama Gong, Gandrung, Gendang Beliq dan berbagai jenis kesenian lainnya unsur-unsur budaya Bali sangat kuat melekat pada kesenian-kesenian tersebut. Di samping Bali, beberapa unsur dari kebudayaan lain seperti Bone (Sulawesi), Jawa juga turut mempengaruhi perkembangan seni budaya Lombok sebagaimana yang dapat di lihat saat ini.

Seni Sebagai Mata Pencaharian, Selengkapny

Berita Terkini

Kegiatan

Pengumuman

Artikel

KOMERSIALISASI PADA SENI PERTUNJUKAN BALI

Kiriman : Dr. Kadek Suartaya, S.S.Kar., M.Si. Abstrak Dinamika zaman yang terkait dengan gelombang transformasi budaya memunculkan perkembangan, pergeseran dan perubahan terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat Bali. Spesialisasi pada suatu bidang tertentu melahirkan...

Loading...