Kiriman : I Gede Mugi Raharja (Program Studi Desain Interior FSRD ISI Denpasar)
Abstrak
Pada 20 September 2016, peristiwa puputan Badung sudah berlangsung 110 tahun yang lalu. Bagi rakyat Kerajaan Badung, puputan Badung merupakan sebuah peristiwa heroik untuk mempertahankan harkat, martabat, dan kedaulatan sampai titik darah penghabisan. Akan tetapi, pasukan ekspedisi militer Belanda menilai bahwa peristiwa puputan Badung terjadi karena perintah raja yang tidak baik, raja yang mabuk akibat pengaruh minuman keras. Setelah peristiwa puputan Badung, pusat pemerintahan Kerajaan Badung di Puri Denpasar diduduki Pemerintah Kolonial Belanda. Sebagian lokasi puri dijadikan kantor, rumah pejabat pemerintah kolonial dan hotel, sehingga sisa bangunan Puri Denpasar tidak ada lagi. Untuk kepentingan studi arsitektur puri di Bali, sangat penting merangkai dokumen Puri Denpasar, untuk memperkaya pengetahuan tentang pola-pola ruang dan bentuk bangunan puri di Bali. Berdasarkan laporan tentang kerajaan-kerajaan di Bali yang dibukukan oleh Pemerintah Kolonial Belanda di Batavia pada 1906, dapat diketahui tentang peta Kota Denpasar dan sketsa denah Puri Denpasar, serta sebagian bentuk bangunannya. Rincian nama bangunannya dapat diketahui dari Kidung Puputan Badung karya A.A. Alit Konta. Lokasi puri Denpasar, kini ada di antara Jalan Surapati, Veteran, Durian dan Kaliasem. Kompleks Puri Denpasar, dimulai dari pembangunan taman peristirahatan oleh I Gusti Ngurah Gede Oka, yang letaknya di Utara pasar-sore, sehingga taman ini kemudian disebut Taman Denpasar. Setelah I Gusti Ngurah Gede Oka meninggal, pembangunan Taman Denpasar dilanjutkan oleh putranya, I Gusti Ngurah Made Pemecutan pada 1788, dengan mendirikan beberapa bangunan, yang kemudian menjadi Puri Denpasar. Puri inilah menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Badung. I Gusti Ngurah Made Pemecutan kemudian dikenal sebagai pendiri Puri Denpasar.
Kata Kunci: Puputan, Heroik, Arsitektur, Taman, Puri.
Selengkapnya dapat unduh disini