DENPASAR – 368 mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar mengikuti wisuda ke-XXIV (ISI) yang dilaksanakan semi virtual, Rabu (30/9/2020). Sedangkan prosesi secara langsung di Gedung Studio Film dihadiri perwakilan wisudawan dari jenjang Sarjana Terapan, Sarjana dan Program Pascasarjana.
Dalam wisuda itu, lulusan terbaik untuk jenjang Magister (Prodi Seni) diraih Ni Luh Putu Asti Suarini (IPK 3,91), Nyoman Tri Ratih Aryaputri (IPK 3,91), Ni Made Bunga Pradnya Paramita (IPK 3,86) dan Sang Nyoman Gede Adhi Santika (3,72).
Tiga lulusan terbaik dari jenjang Sarjana yaitu I Gusti Ayu Mas Nari Wulan (IPK 3, 97), I Gede Yuda Pramada (IPK 3, 93) dan Ni Kadek Rina Ari Yustisia (IPK 3, 92). Mereka berasal dari Prodi Pendidikan Seni Pertunjukan. Sementara, lulusan terbaik jenjang Sarjana Terapan diraih Ni Wayan Dina Marreta (IPK 3,67) Putu Angga Wicaksana Putra (IPK 3, 59) dan Ni Komang Ari D. Supanti (IPK 3, 55).
Sebelumnya, pimpinan ISI Denpasar berencana menggelar wisuda secara semi virtual pada Mei 2020. Namun, sebagian besar mahasiswa mendesak digelarnya wisuda konvensional sembari menunggu situasi normal. Karena hingga September kasus Covid-19 bekum meredam, disepakati penyelenggaraan wisuda semi virtual.
Rektor ISI Denpasar Prof. Dr. I Gede Arya Sugiartha, S.S.Kar., M.Hum., menyadari lulusan tahun ini menghadapi tantangan cukup berat karena minimnya lapangan pekerjaan serta pembatasan aktivitas berkesenian akibat dampak wabah global Covid-19.
Kendati demikian, Guru Besar Seni Karawitan ini memotivasi lulusannya agar mampu beradaptasi di segala situasi. Malah, situasi Covid-19 bisa dijadikan lompatan menciptakan karya-karya seni inovatif yang belum terpikirkan sebelumnya. Dan itu sudah terbukti dengan lahirnya karya seni virtual yang sudah dilombakan oleh Dinas Kebudayaan.
Dalam enjaga ketajaman ‘soft skill’ seniman selama pembatasan aktivitas sosial, Arya Sugiartha menyarankan lulusannya tetap produktif menelurkan karya sesuai kompetensinya masing-masing, sebagai persiapan saat situasi sudah pulih. “Yang bisa dilakukan sekarang mengumpulkan koleksi karya seni. Misalnya pelukis, teruslah melukis. Bagi fotografer, teruslah memotret, kumpulkan karya sebagai stok, sehingga pas sudah normal bisa dipamerkan. Metode seperti ini juga berlaku untuk semua seniman dari segala keahliannya,” kata Arya Sugiartha.
Terakit menjelang masa purna tugas sebagai rector Maret 2021, Rektor asal Pupuan, Tabanan ini mengaku bangga diberi amanah memimpin kampus seni plat merah satu-satunya di Bali-Nusra selama delapan tahun. Ucapan terimakasih pun disematkan untuk jajarannya yang turut membantu menyukseskan program kerjanya untuk mencapai visi lembaga menjadi pusat unggulan seni budaya berbasis kearifan lokal berwawasan universal tahun 2020.
Selain sukses mencatatkan berbagai prestasi membanggakan, Arya Sugiartha juga tak menampik masih banyak kekurangan selama masa kepemimpinannya. Untuk itu, ia berharap rektor baru bisa menyempurnakan ke depan. “Selama delapan tahun saya didampingi orang-orang hebat, mulai dari wakil rektor, dekan, kepala biro, seluruh dosen dan pegawai. Saya sangat terbuka sebagai pemimpin, dan saya yakin rektor berikutnya akan lebih hebat,” ujarnya.(sur)