Oleh: Kadek Suartaya, Dosen PS Seni Karawitan
Balaganjur kini semakin gaul di kalangan anak muda Bali. Padahal dulu gamelan ini tak lebih dari bunyi-bunyian pelengkap upacara kematian. Tapi kini Balaganjur menggeliat dan menggebrak menjadi seni pertunjukan yang layak disimak. Karena itu, sejak tiga tahun terakhir ini Pesta Kesenian Bali (PKB) memberikan ruang khusus pada seni pentas ini. Bahkan PKB ke-32 tahun 2010 ini menampilkan sembilan grup Balaganjur persembahan kabupaten/kota se-Bali. Sajian seni yang disebut Parade Balaganjur Pragmentari tersebut dapat disimak penonton di panggung terbuka Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar. Senin (21/6) malam lalu adalah kesempatan Denpasar, Gianyar, dan Badung unjuk lebolehan.
Perkembangan Balaganjur menggiring penonton tak hanya terpukau oleh gaya bermain musik Balaganjur itu saja. Konfigurasi tari yang ditampilkan justru menambah pesonanya. Ada aksi Balaganjur lengkap dengan tari-tarian yang bernuansa heroik. Dan banyak pula terlihat yang memadukan musik Balaganjur dengan koreografi tari yang dibingkai dengan tuturan mitologi, legenda, epos Ramayana dan Mahabhrata. Bleganjur kini memang tak sekedar sajian musik instrumental. Ia kini bisa disajikan dan disaksikan sebagai seni pertunjukan utuh. Siapa pun berangkali tak menduga, Balaganjur kini mencuat dan demikian ngetrend, khususnya di kalangan anak muda. Padahal sebelumnya, kaum muda Bali sempat malu menyentuhnya.
Tapi kini simaklah Parade Balaganjur Pragmentari di arena PKB itu, kaum muda Bali dengan penuh kebanggaan dan suka cita menyuguhkannya dan penonton yang memadati panggung terbuka ISI tersebut menikmati dengan antusias. Kota Denpasar tampil dengan tajuk “Nirasraya”, Kabupaten Gianyar mengetengahkan lakon “Gajah Waktra” dan Kabupaten Badung hadir dengan Balaganjur pragmentari “Bandha Moksa”. Ketiga grup tampil mempesona dengan memadukan keterampilan memainkan instrumen dan tata garap tari. Berkesempatan unjuk diri antara 10-15 menit, betapa gelora kreativitas seni kaum muda itu membumbung.