Sumber : Humas ISI Denpasar
SINGARAJA
Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar komitmen memberikan kontribusinya kepada pura-pura dan desa adat di seluruh kabupaten di Bali melalui kegiatan ngayah atau mempersembahkan tarian, sekaha tabuh dan lain-lain tanpa memungut biaya. Tahun 2017, terhitung dari Maret-Agustus, Civitas Akademika ISI Denpasar telah ngayah di 11 pura, dan diakhiri di Pura Dalem Penyucian, Desa Bungkulan, Singaraja, belum lama ini. Demikian dikatakan Warek IV ISI Denpasar I Ketut Garwa, S.Sn M.Sn, di Denpasar, Senin (4/9).
Ngayah, menurut Garwa juga untuk memperkuat hubungan kerja sama dengan semua pihak. Karena keberhasilan suatu institusi dapat diketahui dari manfaat yang dirasakan oleh masyarakat “Ngayah (bekerja secara ikhlas tanpa pamrih/imbalan) ini sudah terlaksana sejak 12 tahun secara rutin,” kata dia. Acara “ngayah” paling utama adalah di Pura Besakih dan Pura Batur sebagai taksu dan mempererat persaudaraan sesama masyarakat.
Lebih lanjut, Garwa menerangkan, pihaknya memiliki program pentas seni ke desa-desa sesuai permintaan masyarakat dengan menyesuaikan tingkat keperluannya. Selain itu, ada kegiatan pentas seni secara rutin di pura kayangan jagat yakni di Pura Besakih dan Pura Batur. “Kegiatan tersebut melibatkan semua pihak mulai dari mahasiswa, dosen dan pihak terkait,” imbuhnya.
Dikonfirmasi terpisah, Pengempon Pura Dalem Penyucian, Desa Bungkulan Ida Rsi Agung Wayabiya menyampaikan apresiasi atas kontribusi ISI Denpasar, karena telah melaksanakan swadharma untuk kepentingan umat Hindu di Bali. “Mahasiswa dan dosen sangat tulus ngayah di pura yang kami sung-sung. Mereka menampilkan Tari Rejang, Baris Gede, Topeng, seerta Penabuh Gong Gede. Ini sangat luar biasa,” ungkapnya.
Ida Rsi Agung juga memaparkan, hubungannya dengan perguruan tinggi yang beralamat di Jl. Nusa Indah, Denpasar itu sudah terjalin sangat baik, jauh sebelum berstatus Institut. Ida Rsi berharap, ISI Denpasar meningkatkan lagi kegiatan rekonstruksi berbagai kesenian sakral yang hampir punah di desa-desa pakaraman di Bali. “Hubungan kami dengan dosen-dosen ISI sangat baik dari dulu, sebelum jadi institut. Saya yakin keberadaan ISI Denpasar, mampu membangkitkan dan merawat kebudayaan kita di Bali,” ucapnya.
Dalam kesempatan yang sama, Ka Biro Akademik, Kemahasiswaan, Perencanaan dan Kerjasama ISI Denpasar Drs. I Gusti Bagus Priatmaka, MM., menyampaikan, kegiatan ngayah sangat efektif untuk melatih karakter dan tata krama mahasiswa yang berhubungan langsung kepada masyarakat. Selain itu, hal itu juga untuk melatih mahasiswa agar terbiasa melakukan aktivitas.
Untuk itu, pihaknya memberikan apresiasi kepada seluruh civitas akademika secara pribadi maupun sanggar yang telah menjadi pelopor ngayah kepada masyarakat. Bentuk Ngayah diantaranya, pertunjukan gamelan, tari dan membantu pembuatan penjor dalam acara piodalan pura tersebut.
Menurutnya, ISI Denpasar terus meningkatkan kerja sama dengan berbagai pihak untuk mendukung proses pembelajaran kesenian secara internal, regional, nasional, hingga internasional. Hal itu untuk mewujudkan visi ISI Denpasar menjadi pusat unggulan (Centre of Excellence) seni budaya berbasis kearifan lokal dan berwawasan universal.