Prof. Arya :Adaptasi Musik Luar Lahirkan Karya Baru
Institut Seni Indonesia ((ISI) Denpasar menggelar sebuah seminar musik bertemakan Silang Budaya dalam Seni Musik , di Gedung Natya Mandala, Kampus ISI Denpasar, Senin (26/3).
Kegiatan seminar yang diikuti ratusan mahasiswa , Dosen tersebut merupakan rangkaian menandai 60 tahun hubungan diplomatik antara Indonesia dan Jepang. Seminat menghadirkan tiga pembicara diantaranya Prof. Dr I Gede Arya Sugiartha, S.Skar, (Rektor ISI Denpasar), Prof. Drs Triyono Bramantyo ,Ph.D (ISI Yogyakarta) dan Prof. Keiichi Kubota dari Kunitachi College University Jepang.
Rektor ISI Prof. Arya mengungkapkan, menilik perjalanan seni musik di Bali, sejatinya kita telah menerima budaya luar khususnya seni musik secara selektif dan terbuka. ” Bali dari sejarah yang kita miliki, begitu terbuka mengadaptasi terhadap kesenian luar, dengan melahirkan karya-karya baru, ” kata kata Prof. Arya.
Dikatakan dunia penciptaan di Bali telah berkembang cukup pesat, kita telah bergelut dengan kearifan lokal, namun juga perlu mengenyam perkembangan musik luar, dalam usaha menciptakan karya musik baru.” Jadi apa yang belum kita miliki, kita bisa dapatkan dari luar negeri maupun luar daerah, seperti bahan- bahan atau warna suara yang baru yang belum kita punya kita bisa serap guna melahirkan karya musik baru,” ungkapnya.
Lebih jauh dikatakan, dunia musik di Bali semakin semarak. Prof.Arya menyebut kalau era dulu tahun 80-an kita sangat minim memiliki pencipta atau komposer kalau sekarang kita bisa lihat banyak komposer muda yang bermunculan, begitu juga, karya- karya musik kontemporer yang dulu sebagian banyak yang dikritik karena dianggap menghilangkan musik tradisi, sekarang kita mulai melihat garapan kreatif seni tradisi yang kontemporer dari seniman muda kita mulai tumbuh, sangat positif, ” tandasnya.
Ditambahkan, ISI yang memiliki prodi musik dimana umurnya baru 4 tahun berharap akan mampu berkembang semakin besar kedepan. ” Cita – cita saya, ISI bisa menggarap sebuah konser besar, ini tantangan dimana ada perpaduan antara musik tradisi kita dengan musik modern yang lengkap dalam satu panggung, ini belum ada di Indonesia,” harap Arya seraya menyebut ISI mendapat hibah alat musik lengkap dari Jepang, namun masih dalam proses, karena regulasinya cukup rumit.
Hadir juga dalam seminar itu Deputy Konsul -General Jepang Koichi Ohashi . Dalam sambutanya Koichi menyampaikan hubungan antara Bali dan Jepang cukup terjalin dengan baik. ” Bahkan budaya Bali dan Jepang ada kemiripan , dengan seminar serangkaian 60 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Jepang ini, saya berharap ada hubungan yang semakin erat, terutama kerjasama pendidikan tinggi, ” ungkapnya.
Sementara Prof. Keniichi Kubota menyatakan , belajar musik luar di Jepang sudah menjadi kurikulum di sejumlah lembaga pendidikan tinggi. ” Jadi tidak saja belajar musik tradisi dalam negeri saja, melainkan musik barat, musik tradisi Negara lain sudah masuk menjadi mata pelajaran,” ungkap Prof. Kenichi.
Lebih lanjut Prof. Kenichi menyebut terlebih gamelan Bali cukup berkembang di Jepang. ” Termasuk seni musik tradisi Bali dikenalkan di Jepang sejak 1979, gamelan sudah menjadi mata pelajaran di lembaga pendidikan tinggi di Jepang, jadi pemerintah Jepang telah memberikan regulasi mengenal kesenian tradisi dari luar negeri, ” tegasnya.
Seminar tersebut, juga dipungkasi dengan sajian pentas seni musik dari dua budaya.