Kiriman: Nyoman Lia Susanthi, S.S., M.A. (Dosen PS. Pedalangan).
Denpasar- Tanggal 29 April lalu ratusan penari dari ISI Denpasar merayakan Hari Tari Sedunia. Baik dosen dan mahasiswa ISI Denpasar berbaur ikut unjuk pagelaran baik tradisi maupun kontemporer bertempat di lingkungan kampus ISI Denpasar. Bahkan orang nomor satu di ISI Denpasar-pun ikut membaur bersama penonton menyaksikan satu demi satu pementasan hingga tengah malam. Rektor ISI Denpasar I Gede Arya Sugiartha, S.SKar., M.Hum. merasa bangga melihat semangat para mahasiswa untuk dapat menampilkan kebolehan mereka dalam berkarya seni. Dr. Arya juga menegaskan bahwa ajang ini penting bagi generasi muda untuk membangkitkan potensi budaya dan tari tradisi, sehingga akan melahirkan komitmen, kesetiaan, kreativitas, pengelolaan yang tangguh, loyalitas dan tidak gampang menyerah. “Semangat ini harus dipertahankan” ujar Dr. Arya.
Perayaan hari tari sedunia diawali dari penyajian garapan hasil kelas koreografi V mahasiswa jurusan tari semester VI serta garapan mahasiswa tari dengan tema lingkungan. Garapan tari ini dimulai pukul 14.00-18.00 wita, yang bergerak dari Taman Budaya Denpasar Bali menuju kampus ISI Denpasar. Sebanyak 12 garapan dari hasil kelas koriografi V ditampilkan di taman Budaya Denpasar. Diawali dengan garapan berjudul “Pendakian Spiritual” oleh P. Anggradana Suka. Garapan mengisahkan tentang Siwa dan Budha yang selalu berdampingan dalam mencapai kesempurnaan, dibawakan di depan pintu masuk Panggung Ardha Candra Denpasar. Dilanjutkan dengan garapan berjudul “Megambel” dan “Rong” oleh Ni Wayan Ardini yang mengisahkan tentang rasa berontak untuk bertahan. Selanjutnya I Wayan Agus Darmayana membawakan garapan berjudul “Menyebrangi Gajah Mina”, I Gusti Ngurah Gede Dharma Widnyana menampilkan karya berjudul “Dangap-Dangap Bercinta”. Areal kolam Art Center pun tak luput menjadi lokasi penyajian oleh I Wayan Yudi Laksana dengan judul karya “Belenggu “serta Ni Wayan Sumantari berjudul “Pabresih”. Selanjutnya I Wayan Dedi Budi Hartana menampilkan tari berjudul “Mengkeb”, disusul kemudian oleh Komang Eva Susanti dengan garapan yang menggambarkan kebosanan menunggu sesuatu dan ketidaksabaran untuk mendapatkan hasil yang dikemas dalah tari berjudul “Oh.. Ternyata”. Kritikan terhadap fenomena sosial yang terjadi juga menjadi bahan dari pementasan kali ini, yaitu garapan dari Ni Made Sri Lantini Rahayu dengan membawakan karya berjudul “E’mak Subur”, dilanjutkan oleh I Nyoman Sugita Rupiana yang menampilkan garapan tunggal berjudul “Alam Astral” serta garapan terakhir di Art Center adalah garapan Notarica berjudul “Nikmati Saja”.
Pada malam harinya sekitar pukul 19.30 wita dilanjutkan menampilkan 11 karya yang mengambil tempat di lingkungan ISI Denpasar. Diawali dengan garapan berjudul “Pastubara” oleh Ida Ayu Gede Sasrani Widyastuti, yang menampiklan bagaimana usaha seorang pengerek bendera tetap semangat mengibarkan bendera rwa bhineda. Dilanjutkan dengan penyajian garapan oleh Ariyitna Zianet Charmeis yang mengambil tempat di gerbang masuk ISI Denpasar, dengan judul garapan “Satpam, Buka!” Masuk ke rektorat mahasiswa bernama I Gusti Gede Oka Wiratmaja memanfaatkan patung wanita yang ada halaman rektorat menjadi karya berjudul “Pelita Cinta”. Para mahasiswa Jurusan Sendratasik juga tak kalah ketinggalan dalam merayakan hari tari sedunia dengan menampilkan karya musik. Mereka memadukan alat musik gitar, keyboard, biola, sexsofhone dan alat musik lainnya dipadukan menjadi garapan berjudul “Bermain Nada”. Masih dibawakan oleh mahasiswa sendratasik yaitu I Komang Adi Pranata membawakan tari berjudul “Sadhaka” yang mengambil tempat di depan gedung baru ISI Denpasar, gedung Citta Kelangen. Garapan selanjutnya pindah ke depan dekanat FSRD ISI Denpasar yang menyajikan garapan berjudul “Palusku” oleh Ni Wayan Ari Cintia Dewi. Media kolam di depan dekanat FSRD juga menjadi tempat garapan tari berjudul “Patung Air” karya I Gede Tilem Pastika. Selanjutnya Ni Putu Tuntun Dhufany membawakan garapan berjudul “Mudra Siwa” disusul kemudian oleh Windu dengan garapan tari berjudul “Sebatas Mimpi”. Dua pementasan terakhir yang memanfaatkan ruang yang ada di ISI Denpasar adalah Ni Luh Putu Widiasih dengan judul garapan “Nikah Eh” serta I Kadek Ari Agung dengan judul “Kesamber” yang memanfaatkan ruang patung moyet di daerah Green Room ISI Denpasar.
Sebagai puncak acara peringatan Hari Tari Sedunia, digelar pementasan bertempat di panggung terbuka ISI Denpasar yang mulai pukul 21.00 hingga tengah malam. Materi yang ditampilkan adalah Tari Legong Masal, Tari Baris Tuinggal Masal, Tari Topeng Keras, Tari Topeng Dalem dua versi, dan social dance yang diiringi penabuh dari mahasiswa dan dosen Jurusan Karawitan ISI Denpasar.
Dekan Fakultas Seni Pertunjukan, I Ketut Garwa, S.Sn., M.Sn., yang secara teknis merancang acara ini juga tidak dapat menyembunyikan rasa bangga kepada semangat mahasiswa. “Walaupun acara ini digelar spontanitas, mereka tetap menampilkan karya terbaik dan menarik” ungkap I Ketut Garwa. I Ketut Garwa menambahkan bahwa acara digelar malam hari agar tidak mengurangi aktivitas roda akademik di pagi hari, karena pagi hari perkuliahan tetap berjalan serta memberi ruang fokus bagi mahasiswa akhir yang akan mengadakan Ujian Tugas Akhir pada pertengaham Mei mendatang. Selain itu, FSP juga sudah disibukkan dengan latihan untuk persiapan pementasan Pesta Kesenian Bali (PKB) 2013, dimana ISI Denpasar kembali mendapat kepercayaan untuk menampilkan oratorium dihadapan RI 1.