Denpasar (ANTARA) – Sivitas akademika ISI Denpasar mengadakan lokakarya/workshop dengan menghadirkan seniman ukir dari Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, untuk memantapkan keahlian mahasiswa dalam seni mengukir tulang menggunakan teknik atau alat foredom.
“Biasanya foredom ini digunakan untuk mengukir atau membuat benda-benda yang kecil dan unik. Dengan kegiatan ini, kami harapkan dapat meningkatkan kreativitas dan keterampilan mahasiswa agar tidak saja ahli menggunakan pahat,” kata Sekretaris Panita Workshop yang juga akademisi ISI Denpasar I Ketut Sida Arsa, di Denpasar, Sabtu.
Pada kegiatan pelatihan yang diikuti para mahasiswa semua tingkatan dari Prodi Kriya ISI Denpasar itu, foredom digunakan untuk mengukir tulang sapi. “Tulang sapi yang diukir ini telah melalui proses perebusan sehingga aman dan higienis dipakai sebagai produk kerajinan,” ucapnya.
Oleh karena foredom itu ukuran mesinnya kecil, lanjut Sida Arsa, sehingga pemanfaatannya bukan untuk produk kerajinan skala besar, tetapi khusus untuk produk cinderamata dan aksesoris.
Mesin ukir foredom tidak saja dapat dimanfaatkan untuk mengukir tulang, tetapi bisa dimanfaatkan hampir di semua material seperti dalam media kayu hingga tempurung kelapa. Yang belum pernah digunakan untuk mengukir keramik karena tingkat kekerasannya tinggi dan juga getas.
“Kami memang melibatkan mahasiswa di semua angkatan, tetapi untuk workshop ini kami pilih. Untuk berikutnya, kami harapkan mereka dapat menularkan keahliannya dalam penguasaan alat pada rekan-rekan mahasiswa lainnya,” ujar Sida Arsa.
Dengan mahasiswa lebih banyak menguasai alat untuk mengukir di berbagai media, diharapkan bisa diterapkan pula pada mata kuliah yang ada. Apalagi kegiatan pelatihan dibimbing langsung seniman ukir tulang Dewa Ketut Kenak dan Dewa Komang Drika dari Tampaksiring, Gianyar.
Dalam kegiatan “workshop” yang berlangsung selama dua hari, 25-26 Oktober 2019 itu terlihat mahasiswa sangat antusias mengukir di atas media tulang sapi menggunakan foredom.