Kiriman: Nyoman Lia Susanthi, S.S., M.A
Dalam ajang bergengsi yang digelar tahunan oleh pemerintah Provinsi Bali dalam bidang seni yaitu Bali Mandara Mahalango, ISI Denpasar akan menampilkan sebuah tontonan yang menggabungkan seni pertunjukkan dan seni rupa menjadi garapan seni rupa pertunjukkan. Garapan yang digagas oleh konseptor Sujana Suklu dan Cok Ratna Cora ( dosen ISI Denpasar) berdurasi 55 menit. Keunikan garapan ini terletak pada kombinasi antara tontonan pertunjukkan dan instalasi seni rupa yang digabungkan secara apik, sehingga instalasi seni rupa juga bagian dari pertunjukan yang dieksplorasi oleh seni pertunjuukan.
Garapan ini mengisahkan Gerhana bulan merah, kisah penanda lahirnya energi mahadasyat ke dunia. Energi utuh yang belum mengenal dualisme, siang-malam, laki-laki-perempuan, baik-buruk, tinggi-rendah, besar-kecil, kuat-lemah – energi sempurna milik Sang Tunggal yang memilih bumi sebagai tempat memilin dan memilah molekul-molekul energi. Bila saatnya tiba, Energi utuh akan kembali menuju pusaran energi mahadasyat milik Sang Tunggal.
Energi utuh telah membelah dirinya menjadi molekul-molekul peristiwa dalam berbagai dualisme, mitos-science, siang-malam , baik-buruk, kuat-lemah, yang tertuang dalam kisah-kisah fenomenal dunia : Kala Rau (Bali), Naga Memakan Bulan (China), Gerhana Bulan Penyebar Virus (Jepang), Refleksi Perbuatan (Suku Indian Navajo), Tipu Daya Columbus dengan Suku Indian (Inggris) dan Rotasi edar bulan memasuki penumbra menuju umbra (science).
Berbagai peristiwa dualisme Sang energi yang membelah dirinya dalam berbagai peristiwa dalam kisah kehidupan telah menemukan titik padu atau Equibilirium (keseimbangan), dan kini tiba waktunya untuk memilin serta memilah berbagai energi yang bergerak mendekat, menjauh, melekatkan diri bagai molekul-molekul yang menari menjadi satu garis dalam rotasi sempurna, Sang Gerhana Bulan Merah.
Garapan ini akan tampil pada tanggal 23 Agustus 2015 di Panggung Terbuka, Ardha Candra, Art Center Denpasar pukul 19.00 wita.