Kiriman : I Wayan Arissusila ( Mahasiswa Program Pascasarjana ISI Denpasar)
1. Pendahuluan
Seni kriya merupakan cabang seni rupa yang sangat memerlukan kekriyaan (craftsmanship) yang tinggi misalnya ukir kayu, seni kramik, anyam-anyaman dan lain sebagainya. Dahulu semua seni adalah seni kriya, tetapi dalam perkembangan jaman cabang-cabang seni yang lebih ekspresif, murni estetik dan kurang mementingkan kekriyaan tinggi, memisahkan diri. Namun dalam perkembangan selanjutnya, seni kriya yang benar-benar seni kriya dan merupakan seni terapan pun, karena desakan kemajuan industri dan teknologi banyak yang berpindah fungsi dari seni terapan ke seni murni (Soedarso, 1990: 5).
Teknologi merupakan pengembangan dan aplikasi dari alat, mesin, material dan proses yang menolong manusia untuk menyelesaikan masalah. Dalam kehidupan sehari-hari teknologi mempunyai peranan penting. Misalnya berbicara dengan orang lain yang jaraknya terlalu jauh, sudah memakai teknologi yaitu handphone. Dulu orang-orang bepergian masih berjalan kaki, namun sekarang sudah memakai teknologi seperti sepeda motor, mobil, pesawat terbang dan lain sebagainya. Begitupula dalam seni kriya, teknologi mempunyai pengaruh dan perubahan yang sangat besar terhadap ciptaan yang diinginkan. Dengan adanya teknologi, seni kriya yang diciptakan selain mempercepat pekerjaan, juga mempengaruhi bentuk, desain, kehalusan dan lain sebagainya.
Seniman kriya I Wayan Jagri, yang berasal dari Desa Singapadu, awalnya sekitar tahun 1989, menciptakan seni kriya (ukiran) mempergunakan peralatan yang sangat sederhana misalnya seprangkat pahat ukir, palu dari kayu dan lain sebagainya. Namun sekarang I Wayan Jagri, menciptakan seni kriya sudah memakai alat teknologi, misalnya bor listrik, mesin ketam tangan, mesin amplas piringan, mesin pembelah kayu, mesin scroll saw, konpesor dan lain sebagainya. Dengan peralatan canggih dan dibantu dengan pahat, I Wayan Jagri, mampu menciptakan seni kriya (ukiran). Dengan menggunakan bahan kayu misalnya kayu jati, cepaka dan kayu nangka, yang bergerak dalam bidang rumah style Bali, terdiri dari bale Bali, pintu berukir, sanggah, pepandilan dan lain sebagainya. Dengan menggabungan beberapa motif diantaranya motif Bali dan motif Jepara, sehingga menghasilkan seni kriya (ukiran) yang memiliki motif berbeda dari motif-motif ukiran yang ada di Bali pada umumnya. Semuanya itu diproses dan dilalui sesuai dengan kemampuannya dalam mengukir, baik dari segi pengambilan ide, pembakalan, pembuatan detail, menghaluskan dan finishing (Wawancara, 26 September 2012).
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang ingin diajukan dalam tulisan ini yaitu: 1. Teknologi apa saja yang digunakan I Wayan Jagri dalam menciptakan seni kriya (ukiran)? 2. Model dan jenis seni kriya (ukiran) apa saja yang diciptakan I Wayan Jagri? Tujuan yang ingin dicapai dalam karya tulis ini yaitu: 1. Mengetahui bahwa Desa Singapadu merupakan tempat yang sangat strategis, jalur pariwisata, serta pekerjaan penduduknya selain petani, bercocok tanam, berdagang adapula mengambil pekerjaan mematung dan mengukir, 2. Mengetahui implementasi teknologi dalam proses seni keriya kayu I Wayan Jagri. Selain tujuan adapula manfaat yang ingin diperoleh dalam karya tulis ini adalah: 1. Dapat pengalaman dan pengetahuan dalam pembuatan karya tulis, 2. Dengan memahami permasalahan karya tulis ini kiranya penulis dapat menyumbangkan sedikit gagasan dan solusi tentang teknologi serta model ukiran yang bisa diterapkan di masa yang akan datang.
Selengkapnya dapat di unduh disini