Kiriman: Nyoman Lia Susanthi, S.S., M.A. (Dosen PS. Tv dan Film ISI Denpasar).
Denpasar- Sebagai salah satu program unggulan, Pascasarjana ISI Denpasar kembali menggelar seminar bertaraf nasional pada Kamis 28 November 2013, bertempat di Gedung Citta Kelangen lantai II ISI Denpasar. Dalam laporannya, Direktur Pascasarjana ISI Denpasar, Prof. Dr. I Wayan Rai S., M.A mengungkapkan bahwa seminar ini merupakan seminar yang kedua selama bulan November 2013 ini. Sebelumnya tanggal 8 November Pascasarjana ISI Denpasar menggelar seminar dengan tema “Isu-isu Strategis Penciptaan dan Pengkajian Seni Berbasis Budaya Lokal”, tema tersebut berkembang dan didiskusikan pada seminar kedua dengan tema “Isu-isu Strategis Penciptaan dan Pengkajian Seni Berbasis Budaya Nusantara”. “Tidak bisa dipungkiri kegiatan seminar adalah sebagai salah satu sarana untuk menimba ilmu, terlebih untuk mewujudkan ISI Denpasar sebagai center of excellent, maka perlu mengetahui isu-isu strategis yang bisa dijadikan indikator untuk mewujudkan visi tersebut” ungkap Prof. Rai.
Seminar dibuka oleh Pembantu Rektor I ISI Denpasar, Prof Dr. Drs. I Nyoman Artayasa, M.Kes mewakili Rektor ISI Denpasar. Dalam sambutannya Prof. Artayasa menyambut baik digelarnya seminar sebagai media untuk pengembangan keilmuan dan diskusi guna membuka cakrawala mahasiswa. Seminar dirancang sebagai pertemuan akademik dan pertukaran ilmu pengetahuan secara berkelanjutan dalam rangka membahas berbagai isu-isu seni yang sedang berkembang pada saat ini. Dengan mengikuti seminar maka mahasiswa mendapatkan informasi yang lebih akurat dan adapat dipercaya dalam rangka penciptaan dan pengkajian seni, untuk menginventarisasi berbagai informasi yang terkait dengan penciptaan dan pengkajian seni serta menghimpun isu-isu strategis tentang penciptaan dan pengkajian seni untuk menambah wawasan yang lebih luas dalam bidang seni.
Seminar diikuti oleh puluhan mahasiswa Pascasarjana ISI Denpasar dan beberapa mahasiswa Pascasarjana Universitas Udayana. Dalam seminar sehari menghadirkan dua pembicara yaitu Prof. Sardono W. Kusumo yang beberapa waktu lalu terlibat sebagai leader dalam menggarap seni pertunjukaan saat pembukaan World Culture Forum (WCF) memberikan bagaimana seni pertunjukkan hadir dengan melibatkan berbagai disiplin ilmu. Contohnya saat pembukaan WCF tidak hanya penari, penabuh, composer dan koreografer terlibat tapi juga melibatkan seni instalasi dari jurusan seni rupa dan video mapping dari jurusan media rekam. Dengan kolaborasi yang baik dari multidisiplin, maka karya yang kreatif dan inovatif dapat lahir dari sebuah ide sederhana.
Sementara pembicara yang kedua yaitu Irvan A. Noe’man, M.ID dengan makalah berjudul “Memahami Trend Sebagai Inspirasi Kreatif+Desain”. Dalam presentasinya disampaikan bagaimana seorang desainer harus berfikir untuk melahirkan produk yang laku 2 tahun lebih awal sebelum dipasarkan. Jadi kita sebagai desainer sudah mengetahui apa yang menjadi trend 2 trahun kedepan. Trend dalam pasar memiliki pola dan struktur, sehingga dengan memahami pola dulu dan sekarang ditambah kreativitas, akan dapat menghasilkan desain yang kompetitif.