Oleh: I Wayan Nuriarta
I Wayan Gunasta atau yang lebih dikenal sebagai Gun Gun adalah komikus asal Ubud – Bali. Lahir pada 27 November 1964. Ia memiliki kegemaran olah seni rupa sejak kecil, terbukti ketika kelas IV SD sudah megikuti pameran patung di Balai Budaya Jakarta bersama ayahnya Wayan Pendet. Lahir di keluarga seniman, Gun Gun pernah belajar di STSI Bali atau sekarang bernama Institut
Seni Indonesia Denpasar.
Gun Gun pernah mendapatkan beasiswa untuk memperdalam keilmuan dalam bidang kartun dan animasi pada Ever Green Film Company di Tokyo Jepang. Gun Gun bisa disebut sebagai kartunis Bali pertama yang belajar animasi ke Jepang. Dengan belajar animasi, Gun Gun menambah pengetahuan terkait dengan sudut pengambilan gambar dalam tiap komik atau kartun yang ia buat.
Karya-karya kartun Gun Gun kerap hadir di media massa cetak seperti Bali Post. Berbagai ironi tentang isu di tengah masyarakat dalam kehidupan modern, perilaku para politisi, suasana menjelang Pemilu menjadi bahan tambang yang tak lekang baginya. Persoalan Bali tradisional yang memasuki arus modernis juga sangat sering ia hadirkan dalam kartun. Kartun masyarakat Bali yang berada di tengah-tengah arus modernisasi yang sarat dengan budaya dan kearifan lokal menjadi paradoks dan lucu sebagai bagian yang banyak disoroti oleh Gun Gun.
Sebagai kartunis yang lahir di Bali, Gun Gun sangat memahami perkembangan dan berbagai persoalan yang terkait seni tradisional Bali dan modernis. Atas persoalan tersebut, Gun Gun banyak mengkritik lewat tokoh I Brewok. Namun, sebagai orang Bali, Gun Gun juga menyebarkan ajaran agama lewat komik yang ia buat. Komiknya sering disebut sebagai komik Dharmawacana.
I Brewok
Untuk menyampaikan kritik atau opini terhadap berbagai isu politik, ekonomi dan sosial budayanya, Gun Gun melahirkan tokoh kartunnya tersendiri. Tokoh kartun tersebut ia beri nama “I Brewok”. Tokoh ini divisualisasikan dengan sosok laki-laki yang memiliki
brewok dan jenggot yang tidak terurus. Menurut Gun Gun, I Brewok terlalu banyak mengurus urusan orang lain sampai lupa mengurus dirinya sendiri. Tokoh ini menjadi tokoh yang merepresentasikan sebagai orang Bali masa kini. I Brewok lahir dan mantap dinamai I Brewok pada tahun 1984. Gun Gun mencintai seni rupa terutama kartun, karikatur, komik dan graphic design. Sejak tahun 1980-an karya-karya kartun Gun Gun menghiasi halaman Bali Post, Karya Bhakti, Kompas, Sinar Harapan, Suara Karya dan Tabloid Olah Raga Bola.
Lewat tokoh kartun I Brewok inilah Gun Gun menuturkan segala yang menyangkut peristiwa politik, ekonomi, dan sosial budaya. Kehadiran tokoh I Brewok se-zaman dengan masa pemerintahan masa Orde Baru yang dipimpin Presiden Soeharto dengan partai politiknya “Golongan Karya”. Kartun-kartun Gun Gun banyak menggambarkan perilaku politik tokoh pejabat, kekonyolan, keresahan-keresahan, eufeminisme di kalangan para pejabat serta berbagai kebijakan di masa itu.
Di masa reformasipun, rekaman peristiwa sekitar euphoria reformasi dan pemilu yang berlangsung pada tahun 2009 juga menjadi sorotan I Brewok dengan opini-opininya. Kalau diperhatikan secara sepintas, Brewok nampak seperti tokoh yang sok kuasa, sok hebat, cuek, dan sok tahu. Pembawaan I Brewok itu sering disentil oleh anak dan istrinya.
Komik Dharmawacana
Tahun 2014, Gun Gun membuat komik wayang epik Mahabharata dalam 18 jilid komik. Kedelapanbelas komik tersebut secara rinci dibuat Gun Gun dari Adi Parwa sampai Swargarohana Parwa. Kisah Mahabhartaa ini bercerita mulai dari Raja Sentanu yang menikah dengan Dewi Gangga yang melahirkan Bhisma, sampai Panca Pandawa bersama Drupadi yang menuju suarga loka. Dalam komik Mahabharata, Gun Gun sebagai sang kartunisnya menghadirkan konteks ke-Bali-an dalam cerita.
Nilai-nilai budaya lokal Bali dalam komik Mahabharata bisa dibaca mulai dari percakapan para tokoh dalam cerita. Kata-kata yang disampaikan para tokoh menggunakan Bahasa yang kerap kita kenal sebagai ungkapan orang Bali, seperti kata “rahayu” yang berarti dalam keadaan sehat dan selamat, “Om Swastyastu” yang merupakan salam yang bermakna semoga dalam keadaan baik, dan juga kata “puput” yang berarti selesai.
Dalam komik Mahabharata juga dengan sangat jelas menggunakan ikon-ikon budaya Bali seperi dihadirkannya ilustrasi patung raksasa dan juga meru. Patung raksasa yang biasanya ada di depan pura hadir sebagai representasi Bali. Meru yang merupakan salah satu bangunan suci Umat Hindu yang sangat agung, megah dan monumental, yang sarat dengan kandungan makna simbolis dan kekuatan religius hadir dalam komik karya Gun Gun. Meru sering di jumpai di pura-pura besar di Bali dengan ciri khasnya yaitu atap yang bertumpang tinggi.
Masuknya identitas budaya Bali pada karya Gun Gun sejalan dengan Visi Kampus ISI Denpasar tempat Gun Gun mengenyam pendidikan formal seni saat kuliah. Visi tersebut adalah “Menjadi Pusat Unggulan (Centre of Excellence) Seni Budaya Berbasis Kearifan Lokal Berwawasan Universal”. Seni berbasis budaya lokal sebagai kekuatan dalam narasi visual dihadirkan oleh Gun Gun. Sebagai sebuah karya rupa komik, Gun Gun menghadrikan tek-teks dalam komik menjadi sangat kontekstual. Identitas ke-Bali-an pada komik menjadi ciri identitas karya Gun Gun sebagai Komikus yang lahir di Bali dan memahami budaya Bali yang terus menjadi salah satu sumber inspirasi atau yang mempengaruhi Gun Gun dalam berkarya.
Mahabharata yang berisi ajaran-ajaran Dharma, Gun Gun juga menggubah Bhagawad Gita menjadi komik. Bhagawad Gita atau disebut sebagai Weda Kelima yang berarti nyanyian suci merupakan sebuah kitab yang memiliki kedudukan penting dalam tradisi Hindu. Ajaran universal dalam kitab Bhagawad Gita diperuntukkan untuk seluruh umat manusia sepanjang masa. Kitab Bhagawad Gita sebagai salah satu kitab suci dan susastra Agama Hindu. Apabila dicermati, sloka-sloka Bhagawad Gita berisi pedoman bagi masyarakat, khususnya bagi masyarakat Hindu. Banyak terjemahan-terjemahan dan tulisan mengenai Bhagawad Gita dalam buku-buku agama maupun buku-buku yang lainnya, yang mungkin dirasakan “berat” bagi pembacanya. Dengan komik, Gun Gun sedang memposisikan Bhagawad Gita sebagai sesuatu yang bukan “bacaan berat” tetapi bacaan yang harus dibaca dengan lebih “santai” dalam rupa komik.
“Ajaran-ajaran dalam Bhagawad Gita harus diperkenalkan ke dalam berbagai lapisan masyarakat, karena ajarannya penting” ungkap Gun Gun saat ditanya kenapa Bhagawad Gita bisa hadir dalam rupa komik. Ajaran agama Hindu terus diperkenalkan Gun Gun lewat Bahasa visual komiknya. Selain Bhagawad Gita, Gun Gun juga telah membuat komik tentang ajaran Sarasamuscaya.
Dengan media visual komik, Gun Gun menyebarkan ajaran-ajaran agama Hindu. Dalam dialog-dialog tokoh komiknya, Gun Gun seperti menghadirkan sebuah Dharmawacara secara visual. Pengamat komik seperti Seno Gumira Ajidarma pun membaca karya-karya Gun Gun sebagai sebuah komik Dharmawacana, karena pembaca seperti mendengarkan tokoh komik sedang menyampaikan ajaran-ajaran agama.
Saat penulis menemui Gun Gun di Galerinya di Denpasar, Gun Gun bercerita bahwa ajaran agama bisa disebarkan melalui berbagai media dengan berbagai cara. Ajaran agama bisa disebarkan melalui pidato, bisa disebarkan melalui lagu, dan bisa disebarkan melalui banyak hal. “Saya memilih cara menyebarkan ajaran agama dengan Komik” tegasnya.