Sumber Berita : Denpost, Jumat 1 Juli 2016
Foto : Tim Humas ISI Denpasar
KESENIAN genjek menjadi orasi ilmiah yang disampaikan oleh Prof. .Dr. I Gede Arya Sugiartha, S.S.Kar., M. Hum. , dalam sidang terbuka Senat Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Kamis (30/6) kemarin. “Genjek Sebuah Seni Vokal Bali: Pembentukan dan Perkembangannya” disampaikan oleh Rektor ISI Denpasar itu dalam orasi ilmiah “Pengenalan Jabatan Profesor/Guru Besar Tetap dalam bidang ilmu Kajian Seni Budaya pada Fakultas Seni Pertunjukan ISI Den- pasar” dihadiri Gubernur Bali, Made Mangku Pastika, undangan lainnya.
Pengenalan profesor guru besar tetap kepada Prof. Dr. I Gede Arya Sugiartha, S.S.Kar., M.Hum., dilakukan oleh Gubernur Mangku Pastika dengan mengenakan kalung sebagai symbol pengukuhan guru besar. Dengan pengukuhan profesor tersebut ISI Denpasar memiliki delapan profesor/guru besar. Dari jumlah tersebut, lima masih aktif dan tiga orang telah pensiun.
Gede Arya dalam pidato ilmiahnya antara lain menyebutkan genjek adalah sebuah genre seni karawitan Bali yang menggunakan vokal sebagai bunyi utama. Sepuluh hingga dua puluh orang pemain duduk duduk membentuk sebuah atau setengah lingkaran, menyanyi disertai gerakan-gerakan tubuh dan menghasilkan sebuah paduan bunyi. Satu orang bertindak sebagai pembawa melodi sekaligus komando, satu orang sebagai pemegang ritme, sementara yang lain- nya membuat jalinan ritmis suara-suara sa, pak sriang, cek, de, tut, ces, jos dan sir. Suara-suara tersebut kebanyakan meniru bunyi instrumen gamelan Bali. “Jalinan dan perpaduan yang harmonis berbagai jenis dan warna itulah membentuk sebuah musik yang diberi nama genjek, ” katanya.
Kakek satu cucu itu menyatakan genjek adalah kesenian rakyat. Tema genjek sebagian besar mengenai kegembiraan, bersifat romantis, rayuan, nasihat dan sindiran. Genjek lahir, tumbuh, berkembang dan dipelihara oleh golongan masyarakat pedesaan yang sebagian besar mata pencahariannya sebagai petani, nelayan dan kaum buruh. Dalam perkembangannya, kini genjek sudah menyebar ke kota di seluruh Bali. Pelakunya bukan lagi hanya buruh atau petani, juga pegawai negeri, pengusaha, paramedis dan dokter. Bahkan Gede Arya mencatat di Kota Negara ada sebuah organisasi genjek yang pelakunya adalah para dokter dan paramedis di Rumah Sakit Daerah Negara.
Dalam orasi ilmiah tersebut juga ditampilkan seni genjek. Gede Arya menyebutkan yang tampil tersebut adalah para doktor dan calon doktor seniman. Penampilan mereka sangat menghibur dan mendidik. Gubernur juga memberikan sambutan yang pada intinya mendorong ISI Denpasar untuk meningkatkan kualitas. Dalam meraih gelar profesor tersebut, pria kelahiran Pujungan, 1 Desember 1966 itu mengaku mendapat dukungan dari berbagai pihak. Karena itu dia menyampaikan terima kasih, terutama kedua orangtuanya, ayah Ketut Saba (almarhum) dan ibu Ni Wayan Sebeb, istri tercintanya Ni Nengah Mustiari, putra-putri terkasihnya I Putu Arya Janottama, S.Sn. dan Ni Made Mirah Andriyani, S.Pd., serta cucu Ni Putu Intan Warastrasari.