by admin | Jul 1, 2016 | Berita
Laporan rektor ISI Denpasar pada sidang terbuka senat ISI Denpasar yang dibacakan oleh Prof. Dr. I Nyoman Artayasa, M.Kes
==============================
silahkan download disini
==============================
by admin | Jul 1, 2016 | Berita
Orasi Ilmiah Oleh Prof. Dr. I Gede Arya Sugiartha, S.Skar., M.Hum dalam pengenalan jabatan guru besar tetap ISI Denpasar.
======================================
download disini
======================================
by admin | Jul 1, 2016 | Berita
Sambutan Gubernur Bali Pada Pengukuhan PROF. DR. I GEDE ARYA SUGIARTHA, S.SKAR., M.HUM Sebagai Guru Besar Internet Seminar Indonesia Denpasar.
================================
silahkan download disini
================================
by admin | Jul 1, 2016 | Berita
Sumber Berita : Denpost, Jumat 1 Juli 2016
Foto : Tim Humas ISI Denpasar
KESENIAN genjek menjadi orasi ilmiah yang disampaikan oleh Prof. .Dr. I Gede Arya Sugiartha, S.S.Kar., M. Hum. , dalam sidang terbuka Senat Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Kamis (30/6) kemarin. “Genjek Sebuah Seni Vokal Bali: Pembentukan dan Perkembangannya” disampaikan oleh Rektor ISI Denpasar itu dalam orasi ilmiah “Pengenalan Jabatan Profesor/Guru Besar Tetap dalam bidang ilmu Kajian Seni Budaya pada Fakultas Seni Pertunjukan ISI Den- pasar” dihadiri Gubernur Bali, Made Mangku Pastika, undangan lainnya.
Pengenalan profesor guru besar tetap kepada Prof. Dr. I Gede Arya Sugiartha, S.S.Kar., M.Hum., dilakukan oleh Gubernur Mangku Pastika dengan mengenakan kalung sebagai symbol pengukuhan guru besar. Dengan pengukuhan profesor tersebut ISI Denpasar memiliki delapan profesor/guru besar. Dari jumlah tersebut, lima masih aktif dan tiga orang telah pensiun.
Gede Arya dalam pidato ilmiahnya antara lain menyebutkan genjek adalah sebuah genre seni karawitan Bali yang menggunakan vokal sebagai bunyi utama. Sepuluh hingga dua puluh orang pemain duduk duduk membentuk sebuah atau setengah lingkaran, menyanyi disertai gerakan-gerakan tubuh dan menghasilkan sebuah paduan bunyi. Satu orang bertindak sebagai pembawa melodi sekaligus komando, satu orang sebagai pemegang ritme, sementara yang lain- nya membuat jalinan ritmis suara-suara sa, pak sriang, cek, de, tut, ces, jos dan sir. Suara-suara tersebut kebanyakan meniru bunyi instrumen gamelan Bali. “Jalinan dan perpaduan yang harmonis berbagai jenis dan warna itulah membentuk sebuah musik yang diberi nama genjek, ” katanya.
Kakek satu cucu itu menyatakan genjek adalah kesenian rakyat. Tema genjek sebagian besar mengenai kegembiraan, bersifat romantis, rayuan, nasihat dan sindiran. Genjek lahir, tumbuh, berkembang dan dipelihara oleh golongan masyarakat pedesaan yang sebagian besar mata pencahariannya sebagai petani, nelayan dan kaum buruh. Dalam perkembangannya, kini genjek sudah menyebar ke kota di seluruh Bali. Pelakunya bukan lagi hanya buruh atau petani, juga pegawai negeri, pengusaha, paramedis dan dokter. Bahkan Gede Arya mencatat di Kota Negara ada sebuah organisasi genjek yang pelakunya adalah para dokter dan paramedis di Rumah Sakit Daerah Negara.
Dalam orasi ilmiah tersebut juga ditampilkan seni genjek. Gede Arya menyebutkan yang tampil tersebut adalah para doktor dan calon doktor seniman. Penampilan mereka sangat menghibur dan mendidik. Gubernur juga memberikan sambutan yang pada intinya mendorong ISI Denpasar untuk meningkatkan kualitas. Dalam meraih gelar profesor tersebut, pria kelahiran Pujungan, 1 Desember 1966 itu mengaku mendapat dukungan dari berbagai pihak. Karena itu dia menyampaikan terima kasih, terutama kedua orangtuanya, ayah Ketut Saba (almarhum) dan ibu Ni Wayan Sebeb, istri tercintanya Ni Nengah Mustiari, putra-putri terkasihnya I Putu Arya Janottama, S.Sn. dan Ni Made Mirah Andriyani, S.Pd., serta cucu Ni Putu Intan Warastrasari.
by admin | Jun 29, 2016 | Berita
Rektor ISI Denpasar, Prof. Dr. I Gede Arya Sugiartha, S.Skar., M.Hum pada hari Kamis 30 Juni 2016 akan dikenalkan sebagai Professor/ Guru Besar tetap pada Fakultas Seni Pertunjukkan, Internet Seminar Indonesia Denpasar dalam bidang ilmu Kajian Seni Budaya melalui Sidang Terbuka Senat ISI Denpasar bertempat di Gedung Natya Mandala ISI Denpasar.
Dalam pengenalan jabatan professor/ guru besar tersebut, Prof. Dr. I Gede Arya Sugiartha, S.SKar., M.Hum akan membacakan orasi ilmiah dengan judul Genjek Sebuah Seni Vokal Bali: Pembentukan dan Perkembangannya. Menurut Prof. Arya topik tentang Genjek hangat dibicarakan pada dekade 1990, namun dewasa ini aktualisasi seni Genjek seolah meredup. Hal inilah yang memicu beliau untuk menjadikan Genjek bangkit kembali. Melalui pidato ilmiah tersebut beliau akan mengajak hadirin untuk bernostalgia dan mencermati kembali beberapa hal menarik dari sajian seni Genjek. Genjek merupakan sebuah genre seni karawitan Bali yang menggunakan vokal sebagai sumber bunyi utama. Selain vokal genjek juga terkandung seni sastra lewat lirik-lirik yang dinyanyikannya. Pengungkapan tema selain lirik juga diperkuat dengan olahan melodi, ritme dan ekspresi. Untuk selengkapnya Prof. Arya akan menyampaikannya dalam orasi ilmiah yang nantinya juga akan menyajikan kesenian Genjek pada tanggal 30 Juni nanti.
Dalam perjalanan menuju puncak karir sebagai guru besar, Prof. Dr. I Gede Arya Sugiartha, S.SKar., M.Hum harus melewati kisah suka duka di mulai dari masa kanak-kanak. Beliau yang lahir pada tanggal 1 Desember 1966 sangat aktif dalam bidang kesenian di Desa Pujungan, Tabanan. Diusia 10 tahun beliau sudah mampu menggarap Sendratari Ramayana dengan berbalut busana kertas, serta sukses membuat drama gong yang pentas keliling desa. I Gede Arya Sugiartha yang lahir dari pasangan I Ketut Sabda (alm) dan Ni Wayan Sebab, tidak pernah berhenti dalam berusaha meraih prestasi. Walaupun kekecewaan pernah dialami beliau yaitu gagal lulus di ASTI Denpasar, beliau tidak pantang menyerah. Berkat bantuan Prof. Dr. I Made Bandem akhirnya beliau bisa kuliah di ASTI Denpasar. Perjalanan karir beliau secara bertahap terus meningkat hingga menduduki posisi Rektor berkat dukungan dari Prof. Dr. I Wayan Rai S., M.A. Untuk itu ditemui disela-sela gladi acara sidang terbuka senat kemarin, Prof. Dr. I Gede Arya Sugiartha, S.SKar., M.Hum menghaturkan terimakasih kepada keluarga kedua orang tua I Ketut Sabda (alm) Ni Wayan Sebab, istri Ni Nengah Mustiari, kedua anak I Putu Arya Janottama, S.Sn., M.Sn, Ni Made Mirah Andriyani, S.Pd, Menantu I Made Rai Suka Arya Winawa, S.E dan Ni Made Liza Anggaradewi, S.Sn., M.Sn, serta cucu Ni Putu Intan Warastrasari. Ucapan terimakasih juga ditujukan untuk teman, rekan kerja, dan seluruh pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan baik moral dan spiritual hingga beliau bisa mencapai gelar professor/ guru besar.
by admin | Jun 17, 2016 | Berita
Kiriman : Humas ISI Denpasar ([email protected])
Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar merupakan satu-satunya Perguruan Tinggi Negeri Seni di Bali yang salah satu tugasnya adalah bergerak dalam bidang pelestarian dan pengembangan seni. Berbagai jenis seni pertunjukan tradisi hidup dan berkembang di Bali dan merupakan salah satu keunggulan yang menyebabkan Bali dikenal di seluruh dunia. Dalam perkembangannya, banyak seni-seni pertunjukan tradisi yang mulai ditinggalkan oleh masyarakat terutama generasi muda akibat pengaruh budaya luar yang disebabkan oleh perkembangan teknologi informasi masa kini yang begitu pesat. Hal tersebut berdampak pada seni pertunjukan tradisional dan memposisikannya di ambang kepunahan. Hal yang serupa dialami pada Seni Joged Bungbung yang berada di Desa Pujungan, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan. Keberadaannya kian lama kian menghilang sehingga perlahan Seni Joged Bungbung ini mengalami kepunahan.
Belakangan ini semakin banyak permintaan masyarakat untuk melakukan rekonstruksi terhadap kesenian-kesenian tradisi yang hampir punah. Dan hal tersebut merupakan kewajiban ISI Denpasar untuk merekonstruksi seni pertunjukan tradisi seperti ini agar tidak terlanjur punah. Melalui kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat diharapkan para dosen ISI Denpasar dapat membantu masyarakat melakukan rekonstruksi seni pertunjukan tradisi yang dimiliki sekaligus melakukan penelitian yang selanjutnya dapat dikembangkan dalam proses belajar mengajar di kampus ISI Denpasar.
Untuk mewujudkan tugas pokok dan fungsi tersebut, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) melakukan rekonstruksi seni pertunjukan tradisi, pada hari Selasa (14/6) berlokasi di Desa Pujungan, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan.
Acara dimulai dengan laporan dari Ketua Panitia Pelaksana (Ida Ayu Trisnawati, SST., M.Si). Dalam laporannya ia menyampaikan bahwa acara ini merupakan implementasi dari program Tri Dharma Perguruan Tinggi yang dalam hal ini adalah Pengabdian Kepada Masyarakat dan kegiatan ini sudah dimulai sejak beberapa bulan lalu diawali dengan proses observasi dan identifikasi keberadaan Joged Bungbung di Desa Pujungan. Lebih lanjut disampaikan bahwa melalui proses tersebut diharapkan keberadaan seni Joged Bungbung di Desa Pujungan tetap ajeg dan terus berkembang.
Seusai pembacaan laporan dari Ketua Panitia Pelaksana, acara dilanjutkan dengan sambutan dari Kepala Desa Pujungan dan disusul dengan sambutan dari Rektor ISI Denpasar yang diwakili oleh Ketua LP2M sekaligus membuka acara kegiatan rekonstruksi. Dalam acara ini juga dilakukan demonstrasi Tari Joged Bungbung oleh Ni Ketut Puspawati dan Ni Nengah Grining selaku narasumber penari dan diiringi oleh I Nengah Suparda dan I Wayan Jiwat selaku narasumber penabuh. Adapun sejumlah dosen ISI Denpasar yang ditugaskan untuk merekonstruksi Joged Bungbung di Desa Pujungan diantaranya adalah Ni Nyoman Manik Suryani, SST., M.Si, Ni Wayan Suartini, S.Sn, M.Sn, I Gusti Ketut Sudhana, S.Skar., M.Si, I Gede Mawan, S.Sn., M.Si.
Kegiatan rekonstruksi seni pertunjukan tradisi ini akan dilaksanakan selama 2 (dua) bulan dan diharapkan dapat menghidupkan kembali seni pertunjukan tradisi yang pernah hidup di masyarakat sekaligus mendorong dan memberdayakan masyarakat untuk mencintai seni budayanya. Disamping itu, rekonstruksi seni pertunjukan tradisi ini juga dapat meningkatkan kemampuan masyarakat berkesenian sehingga dapat dipergunakan sebagai atraksi wisata serta membantu masyarakat mendapatkan kesejahteraan batin sehingga dapat beraktivitas secara optimal.