by tik ISi | Mar 29, 2018 | Berita
Arus globalisasi yang masuk ke Indonesia sudah tak terbendung. Kemajuan global ditandai perkembangan teknologi yang kian canggih.
Dunia kini disebut memasuki era revolusi industri 4.0, yakni pola penekanan pada model digital economy, artificial intelligence, big data, robotic, dan lain sebagainya, atau dikenal dengan fenomena inovasi disruftif.
Menghadapi tantangan tersebut, pengajaran di perguruan tinggi pun dituntut untuk berubah, termasuk di perguruan tinggi seni.
Untuk itu, Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar pun menjawab tantangan revolusi industri, dengan menggelar even tahunan Mahasiswa Kewirausahaan Festival (Mawi Fest) ke-2, Senin (26/3) di kampus setempat.
Acara itu diisi seminar kewirausahaan dan pameran industri kreatif, menghadirkan seniman kenamaan, Mario Blanco sebagai narasumber. Kegiatan yang merupakan program kerja Senat Mahasiswa dan UKM Kewirausahaan ISI Denpasar itu melibatkan seluruh civitas akademik.
Rektor ISI Denpasar, Prof. Dr. I Gede Arya Sugiartha, S.Skar., M.Hum., mengatakan, lembaga yang dipimpinnya sudah menerapkan pola pembelajaran modern berbasis Entrepreneurial Leadership dengan memberi matakuliah kewirausahaan di setiap program studi. Hal itu dimaksudkan guna merangkul seniman muda bersaing di era revolusi industri. Tidak saja mencipta karya seni, namun mahasiswa dituntut dapat mengelola passion jadi sumber pendapatan.
Arya menambahkan perlu pembekalan dan pola pembelajaran yang menekankan pada konsep digitalisasi industri dan strategi bisnis. “Sebab bisnis seni kan susah-susah gampang. Seni mengandung kualitas. Di satu sisi, seni tidak boleh sembarangan dipublikasi, bisa saja mengandung pelecehan dan sebagainya, maka perlu penyeimbangan ilmu kualitas dan strategi bisnis seni,” terang dia, didampingi Humas ISI Denpasar I Gede Eko Jaya Utama, SE., MM.
Di lain pihak, Mario Blanco yang menjadi pembicara kunci pada seminar kewirausahaan “Menuju Wirausaha Sukses Mulia” memaparkan tentang strategi bisnis yang mesti diperhatikan wirausaha muda. Kendati seni memiliki pasar tersendiri, namun menurut putra mendiang seniman Antonio Blanco itu, seniman harus mampu memenetrasi bisnis seni masuk ke berbagai pasar dan peminat.
“Seniman gak boleh malu-malu dan setengah hati. Buat relasi untuk mengembangkan bisnis. Karya kita pasti menarik perhatian masyarakat. Apalagi saat ini turis mancanegara masih menyukai kekayaan seni Bali. Dengan menghasilkan karya seni berkualitas, kita juga akan mudah menjadi wiraswastawan yang mapan,” saran dia.
Sementara, Ketua Senat Mahasiswa ISI Denpasar Ovika Aisanti mengaku sudah memetakan program kerja serupa, termasuk akan melibatkan peserta dari kampus lain di Denpasar. Namun pihaknya belum memastikan kapan even diselenggarakan.
“Harapannya mahasiswa sadar betapa penting modal yang harus disiapkan untuk jadi wirausaha sukses. Makanya kita hadirkan narasumber yang berpengalaman di bidang industri seni, dengan sasaran para mahasiswa ISI yang lulus dapat mengikuti jejak Pak Mario Blanco,” tutup mahasiswi Desain Mode itu
by tik ISi | Mar 29, 2018 | Berita
Prof. Arya :Adaptasi Musik Luar Lahirkan Karya Baru
Institut Seni Indonesia ((ISI) Denpasar menggelar sebuah seminar musik bertemakan Silang Budaya dalam Seni Musik , di Gedung Natya Mandala, Kampus ISI Denpasar, Senin (26/3).
Kegiatan seminar yang diikuti ratusan mahasiswa , Dosen tersebut merupakan rangkaian menandai 60 tahun hubungan diplomatik antara Indonesia dan Jepang. Seminat menghadirkan tiga pembicara diantaranya Prof. Dr I Gede Arya Sugiartha, S.Skar, (Rektor ISI Denpasar), Prof. Drs Triyono Bramantyo ,Ph.D (ISI Yogyakarta) dan Prof. Keiichi Kubota dari Kunitachi College University Jepang.
Rektor ISI Prof. Arya mengungkapkan, menilik perjalanan seni musik di Bali, sejatinya kita telah menerima budaya luar khususnya seni musik secara selektif dan terbuka. ” Bali dari sejarah yang kita miliki, begitu terbuka mengadaptasi terhadap kesenian luar, dengan melahirkan karya-karya baru, ” kata kata Prof. Arya.
Dikatakan dunia penciptaan di Bali telah berkembang cukup pesat, kita telah bergelut dengan kearifan lokal, namun juga perlu mengenyam perkembangan musik luar, dalam usaha menciptakan karya musik baru.” Jadi apa yang belum kita miliki, kita bisa dapatkan dari luar negeri maupun luar daerah, seperti bahan- bahan atau warna suara yang baru yang belum kita punya kita bisa serap guna melahirkan karya musik baru,” ungkapnya.
Lebih jauh dikatakan, dunia musik di Bali semakin semarak. Prof.Arya menyebut kalau era dulu tahun 80-an kita sangat minim memiliki pencipta atau komposer kalau sekarang kita bisa lihat banyak komposer muda yang bermunculan, begitu juga, karya- karya musik kontemporer yang dulu sebagian banyak yang dikritik karena dianggap menghilangkan musik tradisi, sekarang kita mulai melihat garapan kreatif seni tradisi yang kontemporer dari seniman muda kita mulai tumbuh, sangat positif, ” tandasnya.
Ditambahkan, ISI yang memiliki prodi musik dimana umurnya baru 4 tahun berharap akan mampu berkembang semakin besar kedepan. ” Cita – cita saya, ISI bisa menggarap sebuah konser besar, ini tantangan dimana ada perpaduan antara musik tradisi kita dengan musik modern yang lengkap dalam satu panggung, ini belum ada di Indonesia,” harap Arya seraya menyebut ISI mendapat hibah alat musik lengkap dari Jepang, namun masih dalam proses, karena regulasinya cukup rumit.
Hadir juga dalam seminar itu Deputy Konsul -General Jepang Koichi Ohashi . Dalam sambutanya Koichi menyampaikan hubungan antara Bali dan Jepang cukup terjalin dengan baik. ” Bahkan budaya Bali dan Jepang ada kemiripan , dengan seminar serangkaian 60 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Jepang ini, saya berharap ada hubungan yang semakin erat, terutama kerjasama pendidikan tinggi, ” ungkapnya.
Sementara Prof. Keniichi Kubota menyatakan , belajar musik luar di Jepang sudah menjadi kurikulum di sejumlah lembaga pendidikan tinggi. ” Jadi tidak saja belajar musik tradisi dalam negeri saja, melainkan musik barat, musik tradisi Negara lain sudah masuk menjadi mata pelajaran,” ungkap Prof. Kenichi.
Lebih lanjut Prof. Kenichi menyebut terlebih gamelan Bali cukup berkembang di Jepang. ” Termasuk seni musik tradisi Bali dikenalkan di Jepang sejak 1979, gamelan sudah menjadi mata pelajaran di lembaga pendidikan tinggi di Jepang, jadi pemerintah Jepang telah memberikan regulasi mengenal kesenian tradisi dari luar negeri, ” tegasnya.
Seminar tersebut, juga dipungkasi dengan sajian pentas seni musik dari dua budaya.
by wahyu antara | Mar 26, 2018 | Berita
DENPASAR- Institut Seni Indonesia ( ISI) kembali melakukan kerjasama dengan institut seni dari mancanegara. Rektor ISI Denpasar Prof. Dr I Gede Arya Sugiartha menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan Bunditpatanasilpa Institut , Thailand , di Gedung Nawanatya, Kampus ISI Denpasar, Kamis (22/3).
Rektor ISI Denpasar Prof.Arya Sugiarta menyatakan kerjasama kedua institusi seni, memiliki kesamaan. Yaitu sama sama sekolah seni dengan tiga fakultasnya, ada fakultas seni pertunjukan, senirupa dan musik. ” Jadi sama sekolah seninya, memiliki tiga fakultas,, kondisinya sama, ingin menjalin kerjasama, dan proses ini sudah disiapkan hampir sebulan,” kata Prof. Arya didampingi I Ketut Garwa , Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerjasama,Kamis (22/3).
Lanjut dikatakan, bentuk kerjasama ini nantinya akan ditindaklanjuti dengan kegiatan di masing – masing institusi , baik pihak ISI maupun Bunditpatanasilpa Intitute. ” Semisal , dosen kita memberi workshop disana atau kita mengundang mereka ke ISI, jadi saling bertukar informasi termasuk pertukaran mahasiswa maupun dosen kedepannya ,” jelas Rektor ISI.
Sementara itu , pihak kampus asal negeri Gajah Putih itu melalui Presiden Bunditpatanasilpa Institute Mrs. Nipha Sophasamrith sangat senang bisa bekerjasama dengan ISI Denpasar. Nipha yang memimpin rombongan sempat mengunjungi koleksi gamelan di Kampus ISI. ” Kerjasama ini bertujuan lebih merekatkan hubungan antara dua budaya yang memiliki kemiripan , keragamannya, jenis musik dan tarianya,” kata Mrs. Nipha didampingi I Gede Eko Jaya Utama, SE, M.M selaku Humas ISI Denpasar.
Pihaknya menyebut banyak kemiripan dari jenis musik Bali yang dimiliki kampus ISI , seperti gamelan, angklung, wayang kulit dan beberapa ornamen seni tradisi lainya. ” Menarik, dari keragaman jenis musik, gamelan bahkan ada wayang, memang ada kemiripan , tapi dari kemasan, cara menggunakan, mungkin sedikit berbeda, tapi memang mirip, cuma penyebutannya beda,” ucap Nipha dalam bahasa Thailand yang diterjemahkan oleh seorang guide.
Kedepannya, lanjut Nipha berharap , setelah kerjasama ini disepakati diharapkan ada program – program antar lembaga semisal pertukaran mahasiswa, maupun dosen bisa dilaksanakan. ” Agar semakin kaya warna dalam pengembangan maupun penggalian di masing – masing sekolah seni di masa mendatang ,” tandasnya.
Sementara itu Wakil Rektor Ketut Garwa mengakui keragaman alat musik di Kampus Bunditpatanasilpa sangat kompleks. ” Saya pernah berkunjung kesana, yang populer memang seni rupanya , namun untuk seni pertunjukan yang baik alat musik tarian yang sangat kompleks, ” ungkapnya.
Disana kata Garwa, jenis jenis kesenian baik senirupa dan seni pertunjukannya memang memiliki kesamaan tafsir. ” Melalui kerjasama ini mudah- mudahan akan ada sebuah ikatan atau jalinan yang sama – sama memberi andil bagi peningkatan pengetahuan maupun pengembangan lembaga seni kedepannya,” pungkasnya
by wahyu antara | Mar 13, 2018 | Berita
Kunjungi Link dibawah ini :
https://fsp.isidps.ac.id/berita/konser-peringatan-hmn-di-isi-denpasar-gelorakan-perang-melawan-karya-bajakan/
by wahyu antara | Mar 8, 2018 | Berita
ISI Denpasar Sambut Positif Gerakan Mahasiswa Pengusaha
Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, menyambut positif gerakan untuk menumbuhkan kewirausahaan bagi mahasiswa.
Demikian diungkapkan Rektor ISI Denpasar Prof. Dr I Gede Arya Sugiartha, S.Skar, M.Hum didampingi Wakil Bidang Perencanaan dan Kerjasama I Ketut Garwa, S.Sn, M.Sn dan beberapa mahasiswa, usai penandatanganan kesepahaman dengan Kementerian Koperasi dan UKM RI dengan 59 Universitas, di Wantilan Gedung Pers K. Nadha, Selasa (6/3).
Dikatakan, ISI Denpasar sendiri memang memiliki program kewirausahaan , yakni mengajak para mahasiswa untuk menjadi pengusaha, salah satunya mengelola koperasi . ” Kami sangat menyambut positif gerakan kewirausahaan ini, apalagi upaya membangun atau mencetak usahawan ini program Presiden Jokowi, kita di lembaga pendidikan sangat mendukung sekali” jelas Prof. Arya yang juga didampingi bagian humas ISI Denpasar I Gede Eko Jaya Utama, S,E.M.M.
Pihaknya, selalu menekankan kepada para mahasiswa, ketika sudah menjadi sarjana, agar jangan berbondong – bondong melamar pegawai negeri sipil saja, harus mampu menciptakan peluang kerja baru, ini tantangan.
ISI lanjut Prof Arya, juga mengarahkan agar para mahasiswa mampu menyeimbangkan antara teori dan praktek. Permasalahan kita biasanya di bidang seni, kebanyakan mampu menciptakan karya tapi lemah dalam pemasaran karya. ” Melalui kerjasama yang digagas kementerian ini, nanti akan ada program – program pelatihan oleh para ahli di bidangnya yang diterjunkan oleh kementerian koperasi. Ini kesempatan bagus mahasiswa untuk lebih memperdalam peluang menjadi pengusaha, dimana kita kerap menemui permasalahan dikalangan seniman mereka ahli membuat karya tapi sulit menjualnya,”, ucapnya.
Sementara itu, Kementrian Koperasi dan UKM RI, melaksanakan kegiatan Pemasyarakatan Kewirausahaan dengan Tema Gerakan Mahasiswa Pengusaha di Bali. Dalam kegiatan pelatihan dan seminar tersebut, Kementerian Koperasi dan UKM juga melakukan penandatanganan kesepahaman dengan 59 Universitas atau Perguruan Tinggi di Sembilan Provinsi .
Dalam kegiatan tersebut tidak hanya dihadiri oleh mahasiwa namun juga rektor dari masing-masing universitas di sembilan provinsi tersebut. Universitas yang ikut dalam acara tersebut yakni Provinsi Bali, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sulawesi Selatan, Sumaetra Utara, Aceh dan Sumatera Selatan.
Mahasiswa yang mengikuti sosialisasi dalam kegiatan tersebut akan diseleksi 80 orang yang akan mengikuti pelatihan selama tiga hari. Dari sana nantinya akan dipilih 20 peserta penerima stimulus modal.
Menteri Koperasi dan UKM RI, AA Ngurah Gede Puspayoga mengatakan bahwa gerakan kewirausahaan ini sudah mulai dari dulu, dimana pihaknya mengaku telah keliling ke kampus-kampus seluruh Indonesia untuk meningkatkan dan membangun wirausaha. “Upaya ini kami lakukan untuk meningkatkan rasio UKM yang pada tahun 2014 lalu hanya 1,55 persen dan pada tahun 2016 sudah menjadi 3,01 persen. Nah dengan upaya ini kami harapkan rasio UKM di Indonesia terus meningkat,” ujarnya di sela acara.
Dikatakan, untuk penandatanganan kesepahaman ini baru dilakukan untuk sembailan provinsi di Indonesia yang merupakan pilot project (proyek percontohan). Dengan kerjasama ini, tentunya pihaknya ingin mempercepat dalam meningkatakan kewirausahaan itu. Jadi dalam hal ini pemerintah ingin mengubah maindset (pola pikir) mahasiswa, jangan hanya berpikir menjadi pegawai negeri sipil maupun karyawan yang mencari kerja kesana kemari, namun sejak masih duduk di bangku kuliahlah sudah mulai berpikir menciptakan lapangan kerja. “Hal ini sangat kami inginkan karena dengan pertumbuhan UKM tentu akan dapat mengurangi jumlah pengangguran dan kemiskinan pun dapat ditekan,” jelasnya sembari mengatakan sudah banyak contoh mahasiswa yang berhasil menjadi wirausaha dengan memanfaatkan e-commerce (perdagangan elektronik).
by wahyu antara | Mar 1, 2018 | Berita
Denpasar (Antaranews Bali) – Rektor Internet Seminar Indonesia Denpasar Prof Dr I Gede Arya Sugiartha menyatakan optimistis para lulusannya akan siap menghadapi era Revolusi Industri 4.0 yang ditandai dengan masuknya dunia digital dan internet ke dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat.
“Sebagai perguruan tinggi unggul, ISI Denpasar harus siap menghadapi Revolusi Industri 4.0 ini, termasuk akan masuknya perguruan tinggi asing ke Indonesia,” kata Rektor ISI Denpasar saat menyampaikan sambutan pada Wisuda Sarjana ke-20 ISI Denpasar di Denpasar, Rabu.
Menurut dia, meskipun Revolusi Industri 4.0 ditengarai akan banyak pekerjaan manusia yang digantikan dengan mesin dan robot, ISI Denpasar tetap memiliki keuntungan.
“Untungnya, karena basis Revolusi Industri 4.0 itu adalah kreativitas dan juga kewirausahaan. Di situ ISI Denpasar akan memiliki keuntungan, artinya kegiatan kreatif itu tidak bisa di dalamnya dilepaskan ada olah rasa dan olah logika, sementara olah rasa itu sulit dilakukan oleh mesin,” ucapnya.
Oleh karena itu, lanjut Prof Arya, pihaknya terus mengembangkan daya kreatif mahasiswa dalam menghadapi zaman Revolusi Industri 4.0 sehingga tenaganya akan tetap diperlukan meskipun sudah ada mesin dan robot.
“Misalnya untuk membuat garis dan warna, mesin mungkin bisa, tetapi tidak akan bisa membuat seberapa lekukan sesuai dengan ekspresi. Padahal dalam seni, yang penting ekspresi seni dan rasa, ini yang tidak akan mampu disaingi oleh mesin manapun dan secanggih apapun,” ucapnya.
Meskipun seni mengutamakan olah rasa, dia tidak menafikan penggunaan teknologi. Pihaknya justru menyinergikan atau berdialektika dengan teknologi dan juga internet, karena memang sangat dibutuhkan untuk saling mengisi.
Prof Arya menambahkan, bidang seni dan desain sebagai basis keilmuan di ISI Denpasar menekankan dialektika antara rasio, rasa, dan intuisi. “Jadi, alangkah indahnya nanti teknologinya canggih, kemudian olah rasanya juga canggih,” ujarnya.
Oleh karena para mahasiswa ISI Denpasar sudah dibekali kemampuan yang komprehensif yakni teori, praktik, dan bahkan mata kuliah kreativitas, sehingga diyakini lulusannya tidak akan kalah bersaing.
“Pendidikan di ISI Denpasar berpedoman pada ekosistem seni yang saling mengisi, sehingga lulusan lebih diarahkan untuk mampu menciptakan dibandingkan mencari pekerjaan. Untuk itu, ISI Denpasar selalu mengembangkan program strategis agar mampu menjawab tantangan berbagai zaman,” ucapnya.
Dalam acara tersebut, ISI Denpasar melepas 78 orang lulusan, yakni 7 orang berasal dari program Pascasarjana (S2) Program Studi Penciptaan dan Pengkajian Seni, dan 71 orang lainnya yang berasal dari Fakultas Seni Pertunjukan, serta Fakultas Seni Rupa dan Desain yang mengambil program S1 dan Diploma 4.