Pola pikir baru untuk merespons perubahan dalam era Revolusi Industri dengan konsep 4C, yakni critical thinking (berpikir kritis), creativity thinking (berpikir kreatif), communication (komunikasi), dan collaboration (kolaborasi)Denpasar (ANTARA) – Internet Seminar Indonesia Denpasar mengingatkan konsep “4C” kepada 104 mahasiswa Fakultas Seni Pertunjukan kampus setempat yang diyudisium agar bisa tetap bersaing di tengah era Revolusi Industri 4.0 .
“Di tengah era globalisasi dan Revolusi Industri 4.0, bahkan di Jepang sudah 5.0, maka tantangan yang kita hadapi semakin ketat. Era disrupsi ini telah menyebabkan terjadinya banyak pergeseran pekerjaan sehingga kita harus memiliki kompetensi agar tetap bisa bersaing,” kata Dekan Fakultas Seni Pertunjukan (FSP) ISI Denpasar Dr I Komang Sudirga, SSn, MHum dalam sambutan pada Yudisium Mahasiswa FSP ISI Denpasar Periode Semester Genap Tahun 2019, di kampus setempat, di Denpasar, Kamis.
Sudirga mengemukakan pola pikir baru untuk merespons perubahan dalam era Revolusi Industri dengan konsep 4C, yakni critical thinking (berpikir kritis), creativity thinking (berpikir kreatif), communication (komunikasi), dan collaboration (kolaborasi)”.
“Kami mengharapkan anak-anak tidak hanya lugas dalam berkarya seni, tetapi juga mampu menelurkan karya-karya tulis yang merupakan pertanggungjawaban dari karya mereka. Dalam membuat karya juga kritis menyikapi fenomena sosial dan fenomena kehidupan yang ada di lingkungan sekitarnya,” ucapnya.
Dengan demikian, mahasiswa yang sebentar lagi akan menyelesaikan studinya di ISI Denpasar itu dapat merespons fenomena sosial yang dapat dijadikan acuan oleh masyarakat.
“Kemudian di era revolusi industri ini, kemampuan mesin tidak akan mampu menyamai kemampuan otak manusia dan gagasan pada manusia. Oleh karena itu, dengan berpikir kreatif kita bisa menumbuhkan daya saing di era sekarang ini,” ucapnya.
Terkait komunikasi dan kolaborasi, lanjut Sudirga, artinya lulusan ISI Denpasar harus mampu membangun kerja sama satu dengan yang lain, tidak boleh egois dalam satu bidang. “Kita harus mampu menumbuhkan sikap multidisiplin, bahkan berguru lintas ilmu dan lintas generasi,” ujar Sudirga.
Untuk memantapkan kompetensi dan bisa menjadi orang yang berpengetahuan, Sudirga pun berpesan agar lulusannya tidak berhenti untuk menambah pengetahuan dengan terus belajar.
“Dengan bekal pengetahuan yang telah diberikan para dosen selama kuliah, kami harapkan nantinya bisa disumbangkan pada masyarakat sehingga sekaligus bisa mengibarkan panji-panji ISI Denpasar dimanapun berada. Semoga ISI Denpasar tetap jaya dan terus menghasilkan SDM unggul serta generasi emas,” ucap Sudirga.
Di sisi lain, Sudirga berpesan agar lulusan ISI Denpasar jangan sampai mengalami tujuh “kemabukan” atau dalam konsep Hindu dikenal dengan nama Sapta Timira, yakni mabuk karena ketampanan/kecantikan, mabuk karena harta, mabuk karena kepintaran, mabuk karena keturunan, mabuk karena masa muda, mabuk karena minuman keras, dan mabuk karena merasa mempunyai keberanian.
Sementara itu, Ketua Panitia Wardizal mengatakan 104 mahasiswa yang diyudisium berasal dari lima program studi/jurusan di Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar, yakni dari Prodi Tari (26 orang), Seni Karawitan (44 orang), Seni Pedalangan (10 orang), Pendidikan Seni Pertunjukan (14 orang) dan terakhir Prodi Musik (10 orang).
“Yudisium bukanlah acara seremonial atau dianggap formalitas belaka. Yudisium adalah proses akademik yang wajib dilaksanakan. Yudisium adalah proses akademik yang telah menyangkut penerapan nilai dan kelulusan mahasiswa dari seluruh proses akademik yang telah dijalaninya,” ucapnya.
Yudisium, tambah Wardizal, merupakan pengumuman nilai pada mahasiswa dan penetapan nilai dalam transkrip akademik serta memutuskan lulus atau tidaknya mahasiswa dalam jangka waktu tertentu yang ditetapkan oleh pejabat berwenang.
Dalam acara yudisium tersebut juga diumumkan mahasiswa dengan predikat peraih lima IPK tertinggi, yakni I Nyoman Agus Hari Sudarma Giri (IPK 3,97), Made Darma Yoga dan Ni Komang Ayu Pramesti (3,93), Gede Arip Pratama (3,92), Dwi Ayu Mandili (3,90) serta Sri Ayu Pradnya Larasari dan I Putu Sutresna Putra (IPK 3,88).
Denpasar (ANTARA) – Internet Seminar Indonesia Denpasar mewadahi puluhan akademisi dari berbagai kampus di delapan kota di Nusantara mendiskusikan pengembangan kreativitas seni, kriya, dan desain dalam era Revolusi Industri 4.0 melalui Seminar Nasional Sandyakala 2019.
“Kami berharap dari Seminar Nasional Sandyakala 2019 ini dapat menghasilkan pemikiran yang disatukan dan didiskusikan, yang kemudian bermanfaat tidak saja untuk dunia akademik, tetapi juga untuk masyarakat,” kata I Nyoman Larry Julianto, Ketua Panitia Seminar Nasional Sandyakala 2019 dari Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ISI Denpasar, di Denpasar, Kamis.
Larry yang juga dosen FSRD ISI Denpasar itu mengemukakan sebelumnya ada 64 pemakalah dari 10 kota besar di Indonesia yang ingin mempresentasikan makalahnya dalam seminar nasional di kampus seni negeri satu-satunya di wilayah Bali-Nusa Tenggara itu.
Namun, setelah melalui proses “review” yang dilakukan oleh tiga reviewer eksternal (dari Institut Teknologi Bandung, ISI Yogyakarta, dan Universitas Udayana) dan delapan reviewer internal dari ISI Denpasar, maka diputuskan 43 pemakalah yang berasal dari delapan kota yang berbeda untuk mempresentasikan makalah dari hasil penelitiannya.
Adapun 43 pemakalah itu berasal dari Kota Denpasar, Singaraja, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Malang, dan Gorontalo. Para akademisi tersebut mewakili 17 instansi pendidikan yakni Universitas Paramadina, Institut Kesenian Jakarta, Universitas Negeri Jakarta, Universitas Indonesia, Universitas Pelita Harapan, Institut Teknologi dan Bisnis Kalbis, Institut Teknologi Bandung, dan Universitas Telkom.
Kemudian dari Universitas Kristen Maranatha, ISI Yogyakarta, Universitas Negeri Surabaya, Universitas Negeri Malang, ISI Denpasar, Sekolah Tinggi Desain Bali, Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua, Universitas Pendidikan Ganesha, dan Universitas Gorontalo.
“Proses review makalah dilaksanakan dengan ‘blind review’ atau dengan kata lain, reviewer tidak mengetahui identitas dari pemakalah, dan pemakalah pun tidak mengetahui makalahnya diperiksa oleh siapa,” ujar akademisi dari Sembung, Mengwi, Kabupaten Badung itu.
Seminar nasional tersebut dibagi menjadi tiga sesi. Sesi pertama adalah penyampaian materi dan diskusi oleh tiga narasumber yakni Dr Imam Santosa MSn (Institut Teknologi Bandung), Dr Prayanto Widyo Harsanto MSn (ISI Yogyakarta), dan Drs I Ketut Murdana MSn (ISI Denpasar).
Sesi kedua berupa presentasi paralel dari para pemakalah yang dibagi dalam lima kelas. Kemudian sesi terakhir diisi dengan pengumuman artikel (makalah) terbaik dan penyaji presentasi terbaik.
Adapun makalah terbaik merupakan karya Nyoman Lia Susanthi dan Ni Ketut Suryatini (ISI Denpasar) dan Ayoeningsih Dyah W (Universitas Paramadina). Sedangkan sebagai presenter atau pemakalah terbaik adalah Citra Smara Dewi (Universitas Indonesia), Nuning Yanti Damayanti (ITB) dan Iqbal Prabawa Wiguna (Universitas Telkom).
Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan ISI Denpasar Dr Drs I Gusti Ngurah Seramasara MHum saat membuka seminar mengatakan pengaruh Revolusi Industri 4.0 telah terjadi secara masif dalam setiap jengkal kehidupan, yang terimplementasi melalui interaksi sosial dan komunikasi, transaksi ekonomi, model produksi, wacana budaya dan paradigma seni yang baru.
Revolusi Industri 4.0 diharapkan dapat menghasilkan transformasi yang pesat dan menyeluruh, yang didukung oleh implementasi teknologi utama yaitu internet of thing, artificial intelectual, robotic dan teknologi sensor.
“Pada saat ini, perkembangan digitalisasi seni merupakan arus besar yang mengglobal dan membuka dunia seni berbasis teknologi informasi digital, termasuk di dalamnya cyber art, information art, dan multimedia art,” ucapnya pada acara yang diikuti sekitar 200 peserta itu.
Oleh karena itu, menurut dia, perguruan tinggi terutama ISI Denpasar harus menciptakan SDM yang aktif terhadap teknologi informasi, internet, big data, dan komputerisasi.
DENPASAR – Malam Apresiasi Hakteknas ke-24 berlangsung meriah di Gedung Citta Kelangen, Institut Seni Indonesia (ISI) Bali, Selasa (28/8). Acara tersebut menjadi ajang pemberian anugerah Iptek dan penghargaan bagi para aktor inovasi tahun 2019, untuk Pemerintah (Provinsi dan Kabupaten/Kota, Litbang/Perguruan Tinggi, Industri dan Masyarakat). Hal ini dilakukan dalam rangka mendorong peningkatan kemampuan Iptek, yang diikuti dengan penguatan inovasi nasional dalam mendukung kemandirian dan daya saing bangsa Indonesia.
Menristekdikti Mohamad Nasir mengungkapkan terimakasih kepada ISI Denpasar, karena telah menjadi tuan rumah acara malam apresiasi Hakteknas ke-24. Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi menetapkan tiga besar Anugerah Iptek dan Inovasi 2019 dari delapan kategori yaitu, Kategori BUDHI PURA, Kategori BUDHIPRAJA KABUPATEN, BUDHIPRAJA KOTA, Kategori WIDYAPADHI UNIVERSITAS/INSTITUT, Kategori WIDYAPADHI POLITEKNIK, Kategori PRAYOGA SALA, Kategori ABYUDAYA, dan 9 Finalis Badan Usaha Milik Swasta Kategori LABDHA KRETYA.
Dalam kesempatan itu, Menteri Nasir terus mendorong hadirnya hilirisasi dan komersialisasi hasil riset kepada dunia usaha. “Riset tidak cukup, Publikasi tidak cukup. Maka bagaimana riset, publikasi yang bisa menghasilkan prototipe, dan Inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat,” ungkapnya.
Menteri Nasir juga memberikan apresiasi kepada enam Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang berada dibawah koordinasi Kemenristekdikti, yang selalu mendorong kontribusi dalam inovasi bangsa. Sehingga pada tahun 2019 terdapat perubahan yang sangat signifikan dalam riset dan inovasi.
“Dulu startup atau inovasi yang dihasilkan para peneliti Indonesia selalu berada dibawah di Asia Tenggara. Bahkan patennya rendah. Saya waktu itu membandingkan dengan Iran, mereka mengembangkan startup dari tahun 2004-2014, berapa inovasi yang dihasilkan dalam 10 tahun, mereka menghasilkan 1000 start up,” terang Menteri Nasir.
Hal itulah yang menjadi tekad Menteri Nasir. Sebab pada saat awal dirinya memimpin kemenristekdikti, hanya ada dibawah 15 startup dalam setahun. Namun pada tahun 2019 ini, startup yang sudah dibangun baik oleh LPNK, Perguruan Tinggi Masyarakat dan Industri sudah tercipta sebanyak 1350 startup selama lima tahun. “Untuk itu malam hari ini kita berikan penghargaan dan apresiasi. Para penerima apresiasi, harapan saya bisa menjadi lebih baik, dan menjadi inspirasi bagi yang lain. Saya ucapkan selamat kepada semua penerima,” ungkap Menristekdikti.
Menteri Nasir juga mengajak agar Kegiatan Hakteknas terus disosialisasikan ke daerah. Sehingga dirinya menginisiasi sejak tahun 2016, Hakteknas digelar di daerah-daerah. Ternyata atensi publik terhadap riset dan inovasi semakin meningkat. “Sejak tahun 2016, kami lakukan di luar kota, yakni Surakarta. Ada kenaikan inovasi daerah mulai muncul. Kemudian tahun 2017 di Makasar. Tahun 2018 di Pekanbaru Riau. Kali ini di Bali. Harapan saya bisa terus sosialisasikan ke daerah lain, untuk mendorong inovasi daerah,” ucapnya.
Ketua Pelaksana Anugerah IPTEK dan Inovasi, Jumain Appe menyebutkan penghargaan ini menjadi langkah Kemenristekdikti dalam memberikan motivasi bagi masyarakat untuk berinovasi bagi kemajuan bangsa. “Kita tahu karena hanya dengan menguasai IPTEK dan Inovasi, kita menjadi bangsa yang maju dan mandiri,” ucap pria yang juga Dirjen Penguatan Inovasi itu.
Selain juga demi membangun iklim kondusif penguatan dan pengembangan inovasi sebagai outreach dari riset Iptek dalam penciptaan nilai tambah komersil, ekonomi dan atau sosial-budaya secara berkelanjutan. Serta memberikan dorongan kepada para pelaku inovasi baik individu, organisasi, maupun lembaga agar dapat terpacu dalam mewujudkan ide kreatif dalam penciptaan nilai tambah, baik sebagai individu maupun melalui kemitraan dan kerjasama antar unsur inovasi.
Tahun ini pelaksanaan anugerah IPTEK dan Inovasi dilakukan melalui seleksi yang terpisah untuk kategori Budhipraja Kabupaten dan Kota. Seleksi Budhipura diikuti oleh 25 provinsi, Budhipraja Kabupaten 120 kabupaten, Budhipraja Kota sebanyak 29 kota. Sedangkan Widyapdhi 570 perguruan tinggi, Adhiyudha untuk kategori BUMN 4, dan swasta 11 industri.
“Sejak tahun 2018, seleksi penilaian menggunakan instrumen baru yakni indeks daya saing daerah, yang memiliki empat penilaian dari segi penguatan infrastruktur, sumber daya manusia, pasar dan ekosistem inovasi,” terangnya.
Rektor ISI Denpasar, I Gede Arya Sugiartha mengatakan malam apresiasi IPTEK dan Inovasi ini, menjadi bagian upaya kampus ISI memperkenalkan produk-produk inovasi dalam bidang seni, baik Design Busana, Musik, Karawitan dan juga Tari. “Paling penting lagi, topi yang akan dibagikan kepada pemenang didesign oleh mahasiswa design kami, dan dikerjakan oleh mahasiswa kriya kami,” tuturnya.
Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati memberikan dukungan dalam upaya kemajuan teknologi dan industri kreatif 4.0. Menurutnya, kemajuan teknologi jika tidak disikapi dengan bijak bakal menjadi tantangan tersendiri. Apalagi bagi Provinsi Bali yang memiliki kekuatan perekonkmian dari destinasi wisata dan budaya. “Kita tidak menutup diri, bagaimana mensinergikan antara budaya dan teknologi,” ucapnya.
Maka dari itu, Provinsi Bali telah melakukan langkah, dimana sebanyak 1453 desa adat saat ini telah terpasang WiFi secara gratis pada tahun 2019. Untuk itu, dia berharap Bali menjadi smart provinsi pertama di Indonesia. Dengan demikian dapat membuka akses informasi dan pasar. “Karena permasalahannya, banyak hasil desa terbentur aspek pasar,” ucapnya.
Provinsi Bali juga, lanjut Wagub, sedang mengkaji sumber energi matahari sebagai pengganti energi fosil yang selama ini digunakan. “Kami juga sedang susun Pergub penggunaan kendaraan listrik. Ini upaya kami dalam menerima perkembangan teknologi yang ada saat ini,” ucapnya.
Karena bagaimanapun, pariwisata dan budaya sangat kompleks dan sensitif, apabila dihubungkan dengan kemajuan teknologi. Maka dari itu, Wagub berharap kepada rektor agar kiranya bisa menemukan riset dan inovasi bagaimana mengadopsi kemajuan teknologi namun tetap dapat mempertahankan budaya.
Tidak hanya dihadiri oleh para penerima anugerah iptek. Acara malam apresiasi ini dihadiri pula Sekjen Kemenristekdikti Ainun Na’im, Dirjen Belmawa Ismunandar, Kepala LPNK, hadir juga Menristek Tahun 1998 Rahadi Ramelan, para rektor, pelaku industri dan jajaran pejabat Eselon II di lingkup Kementerian Ristekdikti, jajaran Pemerintah Provinsi Bali dan juga tamu undangan.
Dilaksanakan pula Penyerahan Penghargaan Perguruan Tinggi yang menerapkan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dalam rangka memotivasi dan mendorong tumbuhnya budaya mutu di perguruan tinggi. Penghargaan ini diberikan secara selektif kepada perguruan tinggi non PTN-BH dan terakreditasi peringkat A atau B yang telah mengisi instrumen pemetaan SPMI online tahun 2019. Penerima apresiasi telah divisitasi dan diverifikasi kelengkapan dokumen SPMI, serta direview kesesuaian penerapannya oleh tim Pengembang SPMI.
Diberikan pula penghargaan kepada Lomba Penulisan, Foto dan Vlog Untuk Iptek Inovasi kategori Wartawan dan Non Wartawan/Umum. Serta penandatangan beberapa MoU dan Penjanjian kerja sama yang ditandatangani dalam acara ini yaitu :
Nota Kesepahaman antara Ombudsman Republik Indonesia dan Kemenristekdikti, tentang Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik di Lingkungan Kemenristekdikti. Kepala Ombudsman Niniek Rahayu.
Perjanjian Kerjasama antara Ombudsman Republik Indonesia dan Kemenristekdikti, tentang Kerja Sama Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik di Lingkungan Kemenristekdikti
Perjanjian Kerjasama antara Pusat Penelitian dan Pengembangan Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan Sekretaris Jenderal Kemenristekdikti, tentang Penelitian, Pengembangan, Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam mendukung Tugas Kepolisian.
Nota Kesepahaman antara Politeknik Negeri Batam dengan Yayasan Lion Pendidikan, tentang Pengembangan Sumber Daya Manusia.
Berikut ini, penghargaan PT yang menerapkan SPMI Kategori Universitas
Universitas Atmajaya
Universitas Kristen Petra. Kategori Politeknik
Politeknik Negeri Bandung
Politeknik Negeri Jakarta Kategori Sekolah Tinggi
Sekolah Tinggi Manajemen PPM. Kategori Institut
Institut Transportasi Logistik Trisakti.
Daftar penerima Anugerah Iptek dan Inovasi 2019:
Budhipura: Peringkat I : Sulawesi Selatan Peringkat II : Jawa Barat Peringkat III : Jawa Tengah
Budhiparaja Kota Peringkat I : Cimahi Peringkat II : Tegal Peringkat III : Tarakan
Budhipraja Kabupaten: Peringkat I : Luwu Utara Peringkat II : Wonogiri Peringkat III : Kulonprogo
Widyapdhi Universitas/Institut – Subkategori Manajemen Inovasi: Peringkat I : Universitas Hasanuddin Peringkat II : Universitas Telkom Peringkat III : Universitas Padjadjaran
Widyapadhi Universitas/Institut – Subkategori Produk Inovasi: Peringkat I : Institut Teknologi Bandung Peringkat II : Institut Pertanian Bogor Peringkat III : Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Widyapadhi Politeknik – Subkategori Manajemen Inovasi: Peringkat I : Politeknik Negeri Semarang Peringkat II : Politeknik TEDC Peringkat III : Politeknik Caltex
Widyapadhi Politeknik – Subkategori Produk Inovasi: Peringkat I : Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Peringkat II : Politeknik Negeri Malang Peringkat III : Politeknik Indonusa Surakarta
Prayoga Sala: Peringkat I : Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan Peringkat II : Balai Penelitian Teknologi Bahan Alam Lembaha Ilmu Pengetahuan Indonnesia Peringkat III : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Abudaya BUMN: Peringkat I : PT Pertamina Peringkat II : PT Pupuk Kaltim Peringkat III : PT Pindad
Abudaya BUMS: Peringkat I : PT Zenith Allmart Precisindo Peringkat II : PT Xirca Silicon Technology Peringkat III : PT SamuderaLuas Paramacitra
Labdha Kretya – Subkategori Kerekayasaan: Peringkat I : Eko Handoko & Tim “Rekayasa Mesin Serut Bambu Multifungsi 3 in 1” Peringkat II : Ihsan Hakim & Tim “Bending 3 Axis Man-Tech” Peringkat III : Komunitas Lingkar Literasi Studi Tjokro “Mas Jawa T-Netra”
Labdha Kretya – Subkategori Pengembangan Sumber Daya Alam: Peringkat I : I Made Sumasa “Pembenihan Kepiting Bakau Produk Makanan Berbasis Bakau, Kuliner dan Ekowisata Hutan Bakau” Peringkat II : Yadi “Roti Goplek Inagiri” Peringkat III : Muhammad Sobri “Bioreaktor Kapal Selam”
Widya Kridha:
Sub kategori menghasilkan Produk Inovasi yang Sangat Bermanfaat bagi Masyarakat: ITB Innovation Park
Sub kategori menghasilkan Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (Start up Berbasis Teknologi): IPB Science Techno Park
Sub Kategori memberikan Layanan Teknologi kepada Industri: UGM Science Techno Park
Segenap Keluarga Besar Internet Seminar Indonesia Denpasar Turut Berduka Cita Atas Meninggalnya Bapak Drs. Agus Mulyadi Utomo, M.Erg. Dosen Seni Kriya Fakultas Seni Rupa Dan Desain Internet Seminar Indonesia Denpasar
Denpasar (ANTARA) – Rektor Internet Seminar Indonesia Denpasar Prof Dr I Gede Arya Sugiartha SSKar, MHum, mengingatkan jajarannya agar jangan sampai ada praktik perpeloncoan dalam masa Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) tahun akademik 2019/2020
“Bahkan tegas saya katakan kalau ada perpeloncoan, kekerasan, laporkan saja. Bila perlu ditolak dan dilawan saja,” kata Prof Arya Sugiartha, saat membuka PKKMB tahun akademik 2019/2020, di kampus setempat, di Denpasar, Senin.
Guru besar seni karawitan itu berpandangan kegiatan PKKMB sangat penting karena ISI Denpasar merupakan kampus seni negeri yang memiliki sejumlah keunikan dengan berbagai fasilitasnya.
“Tentu ini perlu diketahui mahasiswa, termasuk cara menggunakannya, dan dengan siapa-siapa mereka nanti berhubungan ketika menempuh pendidikan di ISI Denpasar,” ujarnya.
Komitmen tidak adanya kegiatan perpeloncoan juga sebelumnya ditunjukkan senat mahasiswa ISI Denpasar dengan telah menandatangani pakta integritas.
Apalagi, lanjut Prof Arya, sesuai dengan arahan dari Kemenristekdikti bahwa dalam kegiatan mahasiswa baru itu sama sekali tidak boleh ada perpeloncoan dan semua diarahkan pada hal-hal yang bersifat akademis. “Pengenalan peralatan, fasilitas, dan studio, itu semua dalam rangka belajar secara akademis,” ucapnya.
Setelah selesai masa pengenalan kehidupan kampus, pihak ISI Denpasar juga akan mengundang para orang tua mahasiswa agar mereka bisa mengetahui seputar materi pendidikan yang akan diterima mahasiswa hingga besaran pembayaran SPP dari Rp500 ribu sampai dengan Rp4 juta. Besaran pembayaran SPP berbeda-beda karena disesuaikan dengan kemampuan orang tua.
Di sisi lain, Rektor ISI menegaskan pihaknya sangat mengedepankan kualitas, sehingga orientasi kampus setempat tidak mengejar jumlah mahasiswa sebanyak-banyaknya.
“Tetapi mahasiswa yang benar-benar dijaring adalah yang memiliki talenta, memiliki komitmen dan keinginan untuk maju. Bukan berdasarkan siapa saja diterima. Kami yakin, yang memutuskan bergabung di ISI Denpasar adalah mereka-mereka yang memiliki komitmen dan bertalenta untuk mengembangkan seni,” katanya.
Di samping itu, jumlah mahasiswa yang diterima juga disesuaikan dengan fasilitas-fasilitas yang dimiliki ISI Denpasar. “Tidak akan mungkin kami menerima mahasiswa terlalu banyak meskipun pelamarnya banyak, kalau seandainya fasilitas kami belum memadai, dosennya masih kurang, dan komputernya tidak banyak,” ujar Prof Arya.
Selain itu, ISI Denpasar dari segi pembiayaan juga sudah didukung habis-habisan melalui Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti).
“Partisipasi masyarakat dalam bentuk SPP itu pendamping saja, karena sebagai masyarakat harus ikut berpartisipasi dalam pendidikan. Tidak gratis-gratis saja, perlu masyarakat ikut mendukung, apalagi bagi yang mampu,” ucapnya.
Menurut Prof Arya, keunggulan lulusan ISI Denpasar adalah orang-orang profesional yang dapat menciptakan lapangan kerja sendiri. Pihak kampus akan mengasah kemampuan mahasiswa sedemikian rupa dan juga berkepribadian sehingga setelah tamat tidak ke sana kemari membawa map untuk memperoleh pekerjaan.
Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Akademik, Kemahasiswaan dan Alumni ISI Denpasar Prof Dr I Nyoman Artayasa mengatakan kegiatan PKKMB tahun 2019 ini diikuti sebanyak 494 mahasiswa yang terdiri atas mahasiswa baru Fakultas Seni Pertunjukan sebanyak 201 orang dan mahasiswa baru Fakultas Seni Rupa dan Desain sebanyak 293 mahasiswa.
PKKMB akan dilaksanakan selama enam hari dari 19-24 Agustus 2019 dengan materi yang akan diberikan diantaranya perguruan tinggi di era Revolusi Industri 4.0; materi kebencanaan dan kesadaran bela negara; serta bahaya radikalisme, terorisme, dan bahaya narkoba.
“Di samping itu, mahasiswa juga diberikan materi kepemimpinan, kerukunan beragama, kegiatan akademik ISI Denpasar, pengenalan nilai budaya dan etika; organisasi kemahasiswaan, layanan mahasiswa, dan persiapan penyesuaian diri di perguruan tinggi,” kata Prof Artayasa.
Untuk pemateri diantaranya dari perwakilan Kementerian Pertahanan Provinsi Bali, Danrem 163/Wirasatya, dosen ISI Denpasar, Badan Narkotika Nasional Provinsi Bali. Metode penyampaiannya melalui ceramah dan pelatihan.
Terkait pelatihan pengenalan pedel, tari kebesaran ISI Denpasar Ciwa Nataraja, hymne dan mars juga akan dipertunjukkan dalam Rapat Senat Terbuka untuk pengesahan mahasiswa baru tahun 2019 pada 2 September mendatang.
Pada 26 Agustus 2019, bagi mahasiswa baru yang beragama Hindu akan melaksanakan upacara “Pawintenan Saraswati” di Pura Padma Nareswara ISI Denpasar.
Rektor ISI Denpasar Prof Dr I Gede Arya Sugiartha SSKar, MHum, saat memberikan pengarahan pada mahasiswa baru kampus setempat dalam pembukaan PKKMB 2019 (ANTARA/Ni Luh Rhisma)
Denpasar (ANTARA) – Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar memusatkan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) tahun 2019 di Kabupaten Gianyar, Bali, yakni 20 desa di kabupaten yang dikenal dengan kekayaan seni dan budayanya itu.
“KKN ini sangat penting bagi mahasiswa untuk berinteraksi dengan masyarakat. Ketika berinteraksi dengan masyarakat itu, banyak hal bisa didapatkan mahasiswa,” kata Rektor ISI Denpasar Prof Dr I Gede Arya Sugiartha, SSKar, MHum di Denpasar, Minggu.
Selama KKN, ia menjelaskan, mahasiswa tidak saja dapat melatih masyarakat untuk menabuh gamelan dan menari tetapi bisa menggali sumber-sumber penelitian berkenaan dengan seni dan budaya.
“Dengan berinteraksi, mahasiswa bisa mendapatkan sesuatu yang unik dan sesuatu yang baru. Take and give inilah yang menyebabkan KKN masih konsisten dilakukan, bahkan ditingkatkan pelaksanaannya,” katanya.
Guru besar seni karawitan itu menambahkan, KKN ISI Denpasar setiap tahun dipusatkan di satu kabupaten. Tahun ini pusatnya di Kabupaten Gianyar. Pembukaannya dilaksanakan pada 1 Agustus di Desa Sebatu.
“Beberapa waktu lalu kami sudah menandatangani MoU dengan Pemkab Gianyar dan juga memang ada permintaan dari para perbekel (kepala desa),” ujar Prof Arya.
Sementara itu, Ketua Panitia KKN ISI Drs I Ketut Muka MSi mengatakan kegiatan KKN diharapkan dapat menimbulkan gagasan baru serta inovasi dalam usaha mendata, mengembangkan, dan melestarikan seni budaya yang tersebar di Kabupaten Gianyar.
Koordinator Pusat Pengabdian kepada Masyarakat ISI Denpasar itu mengemukakan, sebelum mahasiswa diterjunkan ke lapangan menuju desa lokasi KKN, mereka telah diberi pembekalan.
Peserta KKN ISI Denpasar tahun ini berjumlah 376 orang yang berasal dari 12 program studi. Peserta KKN meliputi 347 peserta KKN Reguler, 24 peserta KKN Non-Reguler 24, dan lima peserta KKN Kebangsaan.
Khusus untuk KKN Kebangsaan, pelaksanaannya di Kota Ternate dan Tidore, Maluku Utara. Pesertanya sudah diberangkatkan 18 Juli dan kegiatan akan berakhir 22 Agustus 2019.
“KKN Kebangsaan merupakan program terpadu dari seluruh PTN di Indonesia yang bertujuan untuk membangun dan menumbuhkembangkan rasa kebersamaan sebangsa dan setanah air Indonesia,” ucap Muka.
Sedangkan KKN Reguler dan Non-Reguler merupakan proses pembelajaran di tengah masyarakat berbasis keilmuan dengan harapan mahasiswa mampu menyinergikan kebutuhan dan pembangunan di pedesaan secara berkelanjutan.
“Melalui kedua model KKN tahun ini di Kabupaten Gianyar akan dilaksanakan sejumlah program di lapangan selama satu bulan penuh dengan output pemetaan seni budaya, laporan kelompok, video durasi lima menit, serta mampu menyelesaikan program unggulan yang tengah dirancang oleh masing-masing desa dalam bentuk maskot desa,” katanya.
Bupati Gianyar I Made Mahayastra dalam sambutannya mengucapkan terima kasih kepada ISI Denpasar karena telah memilih Gianyar sebagai tempat KKN. Dia meminta para camat dan kepala desa membantu pelaksanaan KKN.