Oleh: Kadek Suartaya Dosen PS Seni Karawitan
Pesta Kesenian Bali (PKB) membuka ruang yang lebar bagi kaum wanita Bali tampil hampir di semua lini. Mereka hadir penuh percaya diri menggoyang panggul menabuh gamelan. Alat pemukul gamelan yang sebelumnya hanya dimonopoli oleh kaum pria itu, belakangan ini kian lincah diayun oleh para wanita Bali. Bukan hanya itu, dalam PKB ke-32 ini penonton datang penasaran untuk menyaksikan penampilan Kecak atau Cak wanita. Seni pentas bernuansa magis yang lazim disajikan dengan bertelanjang dada oleh kaum pria ini tanpa rikuh dibawakan oleh sekelompok wanita dari Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Kamis (1/7) malam lalu.
Disajikan dengan cukup meyakinkan oleh 50 orang penari wanita. Tentu saja tidak dibawakan dengan bertelanjang dada. Para penari dibalut dengan baju hitam lengkap dengan kain berperada. Rambut ditata rapi dengan sekuntum bunga merah mengernyit cerah. Lewat kisah yang bertutur tentang peranan wanita dalam keluarga dan masyarakat yang disajikan secara naratif, Cak wanita ISI Denpasar ini tampil komunikatif. Mereka tampak dengan penuh semangat berceloteh cak cak cak jalin menjalin seperti layaknya penari pria. Kendati begitu tampaknya nuansa feminim sengaja dipertahankan lewat tata gerak dan olah vocalnya. Penonton yang memadati panggung Ksiarnawa, Taman Budaya, berdecak.
Kiprah wanita Bali dalam kancah kesenian kini memang dapat disimak dalam setiap bidang seni. Dalam bidang seni tari, wanita Bali selain tampil sebagai penari juga muncul menjadi pencipta tari, dibidang seni karawitan wanita Bali selain tampil sebagai penabuh juga ada yang menjadi komposer, dan demikian juga dalam seni teater tradisional, kaum wanita Bali menunjukkan peran yang cukup besar. Belakangan di tengah masyarakat Bali tumbuh semarak para penabuh wanita yang menjelajahi tak hanya Gong Kebyar namun juga ensambel gamelan Bali lainnya.