Oleh: Hendra Santosa, Dosen PS Seni Karawitan ISI Denpasar
Sejarah world music sendiri menurut literatur – diawali tahun 1889 tatkala Achille Claude Debussy, atau yang lebih dikenal sebagai Claude Debussy sebagai komposer terkemuka dunia, memboyong rombongan gamelan Jawa. Mereka didatangkan langsung dari Yogyakarta, lewat laut (!) untuk meramaikan perayaan 100 tahun Revolusi Perancis. Kemudian pada 1900, giliran rombongan Gamelan Bali yang didatangkan langsung ke Paris, juga oleh Debussy. Pada masa itu, mulailah dikenal sebagai apa yang disebut sebagai non-western music. Dan hasil penampilan Gamelan Jawa dan Bali tersebut, memang menghebohkan dan sangat mengejutkan
Hal yang sama juga dilakukan Guruh Soekarno, yang di ujung tahun 1975 menggamit Gipsy Band yang bermarkas di Jl. Pegangsaan, untuk berlatih memadukan gamelan Bali dengan musik rock. Sebelumnya Guruh memang telah belajar musik dan gamelan Bali pada Kompiang Raka, instruktur kesenian Bali Saraswati yang markas latihannya ada di Taman Ismail Marzuki, “Waktu itu Guruh masih sekolah di SMA Cikini, dia belajar kesenian Bali secara intens. Saya kira, jika orang mau serius melakukan eksplorasi seni di jenis kesenian yang berbeda, maka ia memang harus mengetahui secara mendalam kesenian yang berbeda itu. Guruh menguasai musik Barat sama baiknya dengan penguasaannya pada budaya Bali. Jadi tatkala ia membawa repertoar baru Chopin Larung, Geger Gelgel, Barong Gundah dan lain-lain itu, orang nggak lagi meragukan kapasitasnya sebagai seniman. Istilahnya, bisa dipertanggung-jawabkan hasilnya, “ pendapat Kompiang Raka. Guruh Soekarno menyetujui pendapat itu, “Minimal, saya telah punya dasar tentang kesenian Bali secara dalam dulu. Waktu kuliah di Belanda, saya juga membentuk komunitas kesenian Bali dan bermain bersama teman-teman di kampus maupun luar kampus, “ kata Guruh Soekarno.