Kiriman: Ni Putu Diah Astriningsih, Ni Wayan Vinastri, Ni Luh Putu Pusparini, I Komang Adi Pranata, Ni Komang Ayu Wulandari (Mahasiswa PS Sendratasik).
Denpasar-Tarian Bali yang terkenal dengan kesakralannya, ternyata banyak menyimpan cerita untuk para penarinya. Setiap orang akan bisa menari dengan cara berlatih di sanggar tari atau secara otodidak. Namun tidak semua penari Bali saja yang boleh menarikan tari Bali, kini mahasiswa asing sudah berani pentas menarikan sebuah tarian bali dan latihannya pun bukan di sanggar tari melainkan di salah satu institut seni di daerah Denpasar.
Demikian disampaikan I Wayan Sutirta, S.Sn., M.Sn pembina mahasiswa asing sekaligus dosen di ISI Denpasar. I Wayan Sutirta menambahkan, bahwa pada upacara piodalan Tumpek Wayang, Sabtu 22 Desember 2012, mahasiswa asing di ISI Denpasar yang masih duduk di semester I sudah berani tampil menari dihadapan penonton. Ini sebagai bukti semangat mereka untuk belajar seni dan budaya Bali cukup tinggi.
Awalnya direncanakan terdapat 6 mahasiswa asing yang akan pentas, namun karena 2 mahasiswa asing yakni Linda dan Alexsandra mahasiswa asing dari Ceko dan Rusia berhalangan ngayah, akhirnya diganti oleh 2 mahasiswa lokal yakni Adi Pranata mahasiswa Jurusan Pendidikan Sendratasik semester I dan Gede Krisna mahasiswa Jurusan Seni Tari semester III. Mahasiswa asing yang tampil yaitu Sisha mahasiswa dari Equador, Mai mahasiswa dari Jepang, Carolina mahasiswa dari Argentina dan Ari mahasiswa dari Amerika Serikat.
Wayan mengaku lumayan sulit untuk mengajar mahasiswa asing ini, karena latar belakang budaya yang berbeda, sehingga menyulitkan mereka mengerti tarian Bali. “Cara penyampaian materi pun berbeda dengan mahasiswa lokal, kalau mahasiswa lokal cara berkomunikasinya dengan menggunakan bahasa Indonesia, sedangkan mahasiswa asing menggunakan bahasa Inggris”, ujar Wayan sambil tersenyum.
Dalam melatih tari, Wayan juga dibantu oleh I Gede Oka Suryanegara S.Sn.M.Sn yang juga dosen Jurusan Tari ISI Denpasar. Mereka mengajar mahasiswa asing dari bulan Oktober lalu setiap hari selasa dan jumat sesuai jadwal yang sudah ditentukan. “Kami matian-matian menjajal kemampuan mereka, sebab mereka sebagai warga kampus mempunyai kewajiban untuk ikut ngayah meskipun lain keyakinan dan kebudayaan tapi mereka sangat antusias untuk menanggapinya. Alhasil mereka menari dengan sangat bagus, walaupun ada sedikit kesalahan,” ujar Wayan sambil tertawa bangga. Dengan standar kemampuan yang dimiliki pada saat itu sudah dinyatakan lolos dalam tehknik tari putra. Dengan proses latihan yang demikian minimal mereka mengetahui wujud tarian tersebut yakni tari Wirayuda (salah satu tarian di bali) uangkap Wayan yang ditemui usai pementasan ngayah pada Minggu 30 Desember 2012.