Kiriman: Mariza Ditya Putri (Mahasiswi Prodi Desain Fashion, FSRD ISI Denpasar).
Denpasar- Kreativitas kawula muda memang tidak terbatas ruang dan waktu. Semangat para pahlawan Indonesia yang dikenang dalam Hari Pahlawan menggugah jiwa Unit Kreativitas Mahasiswa ( UKM ) Kesenian di Institut Seni Indonesia ( ISI ) Denpasar untuk melaksanakan acara pentas seni di panggung Nretya Mandala, Sabtu ( 10/11 ) lalu. Acara ini melibatkan mahasiswa dari berbagai program studi di ISI Denpasar dengan menampilkan berbagai kesenian tradisional hingga modern. Desain Fashion sebagai salah satu program studi terbaru ISI Denpasar di tahun 2012, turut andil dalam memeriahkan acara ini dengan menampilkan 12 busana hasil karya dosen dan mahasiswanya, yang diperagakan secara apik oleh 12 peragawati yang merupakan mahasiswa prodi fashion.
Meski peragawati “dadakan” yang sebagian besar dari mereka belum pernah mengemban tugas semacam ini, kegigihan dan semangat mereka patut diacungi jempol. Dengan berlatih selama 3 hari, mereka sanggup berlenggak-lenggok dengan anggun sesuai karakter busana yang diperagakan. Mahasiswa yang tidak ambil bagian menjadi peragawati tidak luput dari tanggung jawab. Tjok. Istri Ratna Cora S.Sn., M.Si selaku Ketua Program Studi Desain Fashion ISI Denpasar membagi anak didiknya dalam beberapa kelompok, terdiri dari seksi dokumentasi, fashion journalist, dresser up, dan quier. Hal ini bertujuan agar setiap mahasiswa melatih diri untuk bekerjasama dan mengetahui beberapa learning outcomes dari prodi ini.
Dalam fashion show Sabtu lalu 12 busana yang ditampilkan terdiri dari masing-masing 4 busana dari tiap desainer; yaitu Drs. Tjokorda Gde Abinanda Sukawati, Rico Ananta dan Dewa Made Githapradana. Penampilan pertama oleh karya designer Githapradana, yang merupakan mahasiswa prodi Desain Fashion ISI Denpasar mengedepankan fashion kontemporer dengan tema high street fashion berpotongan modern edgy dalam karyanya. Penampilan kedua oleh Rico Ananta sebagai salah satu dosen prodi ini yang menampilkan penggabungan modern dan tradisional. Penampilan ketiga yaitu busana bernuansa etnik besutan Tjok Abi (sapaan akrab dosen Illustrasi Fashion ISI Denpasar ) dengan tema Gending Bengi Segara Kidul, yang mengimplementasikan karisma dan keanggunan Ratu Pantai Selatan dengan ciri khas warna hijau yang “dikawinkan” dengan pesona kain Poleng Bali.
Diakhir wawancara, Tjok Abi juga berpesan agar dikesempatan berikutnya lebih banyak lagi mahasiswa prodi Desain Fashion yang tertantang untuk menjadi desainer yang terus berjuang memajukan budaya tanpa menutup ciri khas masing-masing desainer. Beliau pun membagi cara jitu untuk menjadi desainer yang sukses, “ Yang penting 3R, Rajin, Rajin dan Rajin”, imbuhnya. Perjuangan pahlawan menghalau penjajah dengan bambu runcing pada masa lalu memang tidak dapat disamakan dalam perjuangan masa kini. Namun semangat juang para pahlawan tak pernah mati dan the next fashion designer dari ISI Denpasar akan mengobarkan semangat itu dalam setiap karya dan prestasinya. Meski baru seumur jagung, semangat juang harus setinggi gunung!