Kiriman: Nyoman Lia Susanthi (Dosen Pedalangan ISI Denpasar).
Jepang- Tokyo University of the Arts, sebagai salah satu perguruan tinggi ternama di Jepang pada tanggal 10 Oktober 2012 menggelar acara akbar bertajuk Geidai Arts Summit 2012 dengan tema “From Asia to the World.” Dalam acara tersebut Tokyo University mengundang 23 Perguruan Tinggi Seni terkemuka di Asia. Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar merupakan salah satu perguruan tinggi seni yang diundang dalam acara bergengsi tersebut. Kegiatan Geidai Arts Summit berisikan acara simposium, kunjungan akademik ke Tokyo University, menyaksikan pertunjukan serta acara promosi dimana setiap perguruan tinggi berkesempatan untuk mempromosikan lembaganya ke kancah internasional lewat media promosi yang dibawa, diantaranya brosur.
Pada acara simposium Rektor ISI Denpasar, Prof. Dr. I Wayan Rai S.,M.A., bersama PR II, Dr. I Gede Arya Sugiartha, S.SKar., M.Hum. dan I Gusti Ayu Srinatih, S.ST., M.Si., mendapat kesempatan terhormat sebagai pembicara di forum internasional.
Dalam presentasi Prof. Dr. I Wayan Rai S., M.A., membahas pengembangan kreatif dalam seni di Asia, dengan referensi khusus kepada acara pembukaan Festival Kesenian Internasional (FKI) yang diselenggarakan oleh Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar dan diadakan pada tanggal 21 November 2007 di Pantai Sanur, Bali. Dalam acara tersebut melibatkan seluruh perguruan tinggi seni se-Indonesia hingga mancanegara. Terdapat kolaborasi intra-budaya dalam pementasan tersebut, yaitu kolaborasi berfokus pada unsur-unsur tradisional di satu negara, yang pada akhirnya menghasilkan bentuk-bentuk baru dari karya seni. Kedua, kolaborasi antar-budaya mengacu pada kolaborasi yang berfokus pada unsur-unsur tradisional dari dua atau lebih negara. Dalam melahirkan karya seni tersebut ditekankan penerapan konsep Tri Hita Karana. Hubungan manusia dengan Tuhan ditunjukkan saat memulai pementasan diawali dengan upacara matur piuning, memohon ijin kepada Dewa Baruna. Selanjutnya hubungan manusia dengan manusia tercermin dari kerjasama dan kolaborasi ide, gagasan antara sesama seniman, masyarakat dan semua kalangan pendukung acara. Selanjutnya hubungan dengan alam, tercermin dari tempat pementasan yang berlokasi di pantai, yang memberikan pesan untuk menjaga alam lingkungan terutama laut.
Dari kunjungan akademis ISI Denpasar ke Tokyo University, Prof. Rai menegaskan bahwa ISI Denpasar mendapat peluang sekaligus tantangan. Peluang ISI Denpasar untuk go internasional lebih terbuka lebar karena ISI Denpasar kini lebih dikenal di kancah internasional. Berbagai perguruan tinggi dari berbagai negara di Asia yang sebagai peserta Geidai Art Summit menginginkan membangun kerjasama dengan ISI Denpasar dalam berbagai bidang. Dengan diperhitungkannya ISI Denpasar di kancah dunia, maka tantangan bagi ISI Denpasar juga ada di depan mata. Dimana untuk meningkatkan diri di dunia global, tantangan kedepan adalah berani mengubah mind set menuju kemajuan. “Saya percaya bahwa ini Geidai Arts Summit akan menjadi kesempatan yang menguntungkan untuk berkontribusi pada penciptaan seni baru dan budaya di Asia, mempromosikan pertukaran internasional melalui media seni, dan mengembangkan berbagai program pertukaran internasional” ujar Prof. Rai.
Sementara presentasi I Gusti Ayu Srinatih, S.ST., M.Si mengangkat tema “Topeng (Mask) as a Source For Cross-National Collaboration to Generate a New Form of Creative Art in Asia” dan Dr. I Gede Arya Sugiartha, S.SKar., M.Hum mengangkat tentang “Creativity of New Balinese Music Composition”. Dr. Arya Sugiartha menambahkan bahwa selama di Jepang respon terhadap ISI Denpasar sangat bagus. Para peserta yang berasal dari berbagai negara berencana membangun kerjasama dengan ISI Denpasar. Keunggulan yang dimiliki ISI Denpasar sudah terbaca di lingkungan peserta seminar. “Saya percaya bahwa ini akan menjadi kesempatan untuk bekerjasama dalam memperdalam komunikasi multilateral dan membagun kerjasama dalam bentuk penelitian bersama, pertukaran budaya, pelajar, dosen, mahasiswa dan staf di tingkat internasional” ungkap Dr. Arya.