Yth. Gubernur Provinsi Bali,
Yth. Para Konsul Jenderal Negara Sahabat
Yth. Para Bupati dan Walikota Se-Bali.
Yth. Anggota Dewan Penyantun,
Yth. Sekretaris dan Para Anggota Senat,
Yth. Para Pimpinan Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta Se-Bali.
Yth. Pimpinan PT Seni Se- Indonesia.
Yth. Kordinator Kopertis Wilayah VIII (Bali, NTB, NTT)
Yth. Para Budayawan dan Seniman,
Yth. Para Pejabat di Lingkungan ISI Denpasar,
Yth. Seluruh Sivitas Akadeinika dan Alumni ISI Denpasar,
Yth. Para Wisudawan-Wisudawati beserta keluarga,
Yth. Para Tamu Undangan dan hadirin yang berbahagia,
Om Swastyastu
Assalamualaikum Warahmatulahi Wabarakatuh,
Salam Sejahtera,
Pertama-tama marilah kita panjatkan rasa syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia yang diberikan sehingga pada hari ini kita dapat bertemu dalam keadaan sehat dan bahagia. Semoga pada hari – hari berikutnya kita senantiasa dalam lindungan dan kasih Hyang Widhi, diberi kekuatan lahir dan batin, pikiran jernih, dan kelapangan hati. Pada kesempatan yang baik ini izinkan saya mengucapkan selamat datang di Kampus Budaya Mandala ISI Denpasar, diiringi ucapan terima kasih atas kesediaannya memenuhi undangan kami.
Hari ini, Selasa, tanggal 28 Juli 2015, Institut Seni Indonesia (IS1) Denpasar genap berusia 12 tahun. Namun jika direntang jauh ke belakang sesungguhnya lembaga ini telah berdiri 48 tahun yang lalu dengan nama Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI) Jurusan Bali, kemudian memperoleh peningkatan status menjadi Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Denpasar pada tahun 1988, dan akhirnya menjadi ISI Denpasar pada tahun 2003. Berkenaan dengan perjalanan sejarah yang sangat panjang ini saya ingin merekonstruksi berbagai peristiwa dan capaian yang pernah dialami di masa silam untuk dijadikan refleksi dalam rangka memproyeksikan masa depan yang diinginkan. Oleh sebab itulah pidato kali ini saya berjudul “12 Tahun ISI Denpasar: Memaknai Kenangan, Menggapai Harapan”. Judul ini terinspirasi dari salah satu kalimat bijak dalam pidato Bapak Gubernur Provinsi Bali, pada pembukaan Sarasehan Pesta Kesenian Bali XXXVII, tanggal 4 Juli 2015, di Gedung Natya Mandala ISI Denpasar, yang menyatakan sebagai berikut.
“untuk menjadi maju kita tidak harus terus menerus menoleh ke belakang, sebab yang kita hadapi dalam hidup ini adalah bukan masa lampau, melainkan masa depan. Masa lampau penting untuk dimaknai sebagai pedoman atau penunjuk jalan, namun yang sangat perlu dipersiapkan adalah bagaimana menghadapi masa depan agar kita selalu menjadi lebih baik”
Ungkapan ini saya pandang sangat tepat digunakan sebagai paradigma berfikir bagi seluruh sivitas akademika ISI Denpasar, karena berbagai tantangan telah menghadang di depan mata dan kitapun harus slap menghadapinya. Menjadi perguruan tinggi seni yang unggul dan berkualitas dunia, menghasilkan sarjana seni yang handal dan berkarakter, menghadapi masyarakat ASEAN 2015, dan kompleksitas perkembangan dunia seni adalah sederetan tuntutan dan harapan yang harus dapat kita capai sesegera dan semaksimal mungkin, agar ISI Denpasar dapat tampil dengan gagah di tengah kemajuan peradaban. Untuk menjadi perguruan tinggi yang unggul kita harus bekerja keras, melakukan refleksi kritis atas apa yang telah dikerjakan para pendahulu di masa lampau, apa yang kita capai hari ini, kemudian mempersiapkan dan menghadapi masa depan dengan matang.
Sejarah telah mencatat bahwa cikal bakal ISI Denpasar bermula dan sebuah lembaga bernama Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI) Jurusan Bali, yang didirikan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Bali, melalui Majelis Pertimbangan dan Pembinaan Kebudayaan (LISTIBYA) pada tanggal 28 Januari 1967, bertepatan dengan hari suci Tumpek Wayang. Sebuah nama yang sangat cantik, ASTI selalu menjadi buah bibir tidak hanya karena kehadirannya menjadi latamahosadi (obat mujarab) untuk membangkitkan kembali gairah masyarakat Bali yang baru saja terkena dampak G3OS PKI, melainkan juga karena tugas mulianya menjadi “juru selamat” seni pertuniukan tradisional Bali dan kepunahan. Sejak berdiri tahun 1967, ASTI Jurusan Bali dibina dan dibiayai oleh Pemerintah Daerah Provinsi Bali, hingga pada tahun 1969 mendapat status negeri, sebagai salah satu jurusan dari ASTI Yogyakarta. Selama dua puluh satu tahun (1967-1988) ASTI jurusan Bali telah melahirkan Sarjana Muda Seni dan tiga jurusan (Tari, Karawitan, Pedalangan), menyelamatkan puluhan seni pertunjukan Bali dan kesenjangan dengan program rekonstruksi dan revitalisasi seni langka, melestarikan berbagai jenis seni klasik (Gambuh, Parwa, Arja, Topeng, Rejang, Telek), dan melakukan pembinaan serta pergelaran seni ke desa-desa.
Pada tahun 1988, dengan mencermati pengakuan dunia keilmuan terhadap bidang seni sebagai aktivitas akadeinik, juga berkat kerja keras para pimpinan ASTI ketika itu, serta dukungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah, ASTI jurusan Bali memperoleh peningkatan status menjadi Sekolah Tinggi Seni indonesia (STSI) Denpasar. Peningkatan status ASTI menjadi STSI adalah sebuah babak baru, karena mulai saat itulah kompetensi akademik dipacu untuk mengimbangi vokasi, diikuti semaraknya kegiatan penelitian dan penciptaan seni. Dengan status sekolah tinggi, STSI Denpasar memiliki hak penuh untuk melahirkan Seniman Setingkat Sarjana dan Sarjana Seni dengan berbagai sebutan gelar, seperti SST, SSKar, SSP dan SSn. Lulusan STSI Denpasar memiliki kemampuan seimbang dalam bidang akademik dan vokasi, antara kemampuan teori dan praktek, dan antara pengkajian dan penciptaan. Secara perlahan namun pasti pergerakan STSI Denpasar mengalami peningkatan baik kuantitas maupun kualitas dan tahun ke tahun. Proses pendidikan berjalan dan tertata dengan baik, lahirnya karya-karya seni kolosal dan monumental, seperti Oratorium Drap Persada Nusantara, Oratorium Pelangi Nusantara, Kecak Kolosal Gugurnya Subali, Konser Karawitan Merajut Tali Keragaman Seni Rupa Pertunjukan, dan penelitian Pemetaan Kesenian Bali, merupakan bukti nyata bahwa STSI Denpasar telah berkiprah dan menunjukkan dirinya sebagai lembaga pendidikan seni kebanggaan Indonesia Memasuki dekade tahun 2000-an dunia keilmuan seni berkembang sangat pesat. Ilmu seni tidak hanya menjadi sebuah monodisiplin, melainkan telah berinteraksi lintas bidang (trans dan interdisiplin), hal ini menjadikan daerah jelajah seni menjadi sangat luas dan hampir tak terbatas. Seni pada akhirnya tidak hanya menjadi persoalan olah rasa, melainkan telah menjadi bagian dan kegiatan intelektual yang dipengaruhi oleh akal atau logika. Hal ini sangat disadari oleh pimpinan, para tokoh, dan sivitas akademika STSI Denpasar, sehingga dipandang perlu mengembangkan lembaga ini menjadi lebih besar agar dapat mewadahi keragaman bidang ilmu seni dan mengakomodasi berbagai bentuk daya kreatif para peserta didik. Dengan dukungan penuh oleh pemerintah pusat melalui Kementerian Pendidikan Nasional, dukungan Universitas Udayana dengan mengijinkan Proram Studi Seni Rupa dan Desain (PSSRD) bergabung dengan STSI, dukungan kebijakan Pemerintah Provinsi Bali agar lembaga pendidikan seni di Bali berintegrasi menjadi satu lembaga yang besar, STSI Denpasar akhirnya ditingkatkan statusnya dan diresmikan menjadi ISI Denpasar
pada tanggal 28 Juli 2003. Selama dua belas tahun (2003-2015) ISI Denpasar telah berkiprah, berjuang, melaksanakan tugas pokok dan fungsinya untuk mendidik generasi muda menjadi sarjana seni. Perjalanan isi Denpasar juga tidak lepas dan berbagai hambatan dan dinamika, namun semuanya dapat diatasi dengan balk.
Merefleksi keberhasilan masa lampau sebagaimana yang telah dilakukan oleh para pendiri, pimpinan, dan seluruh sivitas ASTI/STSI/ISI Denpasar, tugas ISI Denpasar ke depan tentu akan lebih berat. Salah satu wacana yang menjadi perhatian bersama adalah adanya kekhawatiran akan merosotnya karakter bangsa belakangan ini. Pemerintahan baru saat ini telah mencanangkan perlunya upaya revolusi mental untuk mengobati “penyakit kronis” yang cukup lama diderita bangsa Indonesia. Banyak pakar meyakini bahwa seni akan mampu menjadi penggerak utama dalam membangun karakter bangsa melalul schema “pondasi maya”, yaitu landasan yang tidak kasat mata tentang ideologi, filosofi, nilal-nilal luhur Bhinneka Tunggal Ika, namun terpatri dengan kokoh pada setiap warga negara Indonesia. Berdasarkan schema “pondasi maya” sebagaimana disebutkan di atas, ISI Denpasar memproyeksikan program pendidikan secara holistik untuk melahirkan sarjana seni yang meiniliki tiga kompetensi utama, yaitu sikap, pengetahuan, dan ketrampilan. Kompetensi sikap menjadi yang terdepan, karena tanpa sikap yang baik, seorang pintar dan trampil belum tentu dapat berguna. Sikap berkaitan dengan sensibilitas atau kepekaan rasa untuk mengelola sifat-sifat positif dan negatif manusia. Pengetahuan adalah kemampuan atau kecerdasan yang dimiliki seseorang agar mereka bisa memecahkan berbagai persoalan dalam hidup. Sementara itu ketrampilan adalah kemampuan atau keahlian praktis yang dimiliki seseorang terhadap satu atau beberapa bidang profesi tertentu. Dengan ketrampilan yang dimiliki seseorang dipastikan dapat menjawab dan memenuhi kebutuhan hidupnya, termasuk membantu orang lain.
Hadirin yang berbahagia,
Guna menggapai harapan sebagaimana disebutkan di atas, ISI Denpasar menetapkan visi “Menjadi Pusat Unggulan Seni Budaya, Berbasis Kearifan Lokal Berwawasan Universal”. Pusat Unggulan (centre of excellence) Seni Budaya, artinya ISI Denpasar menjadi pusat penciptaan, pengkajian, penyajian, dan pembinaan seni budaya yang unggul (terbaik, terdepan, terutama). Indikatornya dapat diamati dan 5 hal, yaitu melahirkan sarjana seni yang handal melahirkan penelitian yang berkualitas dan bernilai guna, melahirkan karya seni yang kreatif dan adaptif, melakukan pengabdian yang bermanfaat bagi masyarakat, menjadi Pusat Layanan data dan informasi seni budaya (Pusyandis). Berbasis Kearifan Lokal, artinya ISI Denpasar menggunakan kearifan lokal (pengetahuan tradisional dan ekspresi budaya tradisional) sebagai basis pembelajaran dan pengembangan ilmu. Kearifan lokal sarat akan nilai dan makna yang dapat menuntun peserta didik menjadi sarjana seni yang berkarakter Indonesia. Berwawasan Universal, artinya pembelajaran dan pengembangan bidang ilmu di ISI Denpasar menganut berbagai paradigma yang dapat diterima secara universal oleh masyarakat di berbagai belahan dunia. Dalam kaitan ini ISI Denpasar menolak etnosentrisme melainkan menganut cara pandang relativitas, pluralitas, dan identitas terhadap kehadiran berbagai bentuk karya seni. Visi ini sesuai dengan tugas pokok ISI Denpasar sebagai pengemban dan pengembang seni budaya. Pengemban mengandung unsur penggalian (rekonstruksi revitalisasi) dan pelestarian sedangkan pengembang artinya selalu kreatif dalam menciptakan bentuk bentuk seni baru sesuai dengan perkembangan zaman.
Visi ISI Denpasar telah terjabarkan dalam misi Tri Dharma, Renstra lima tahunan dan program kegiatan setiap tahun. Selama satu tahun terakhir (juli 2014 s/d juli 2015) ISI Denpasar telah melaksanakan program-program rutin di bidang pendidikan penelitian, penciptaan, pengabdian kepada masyarakat, dan kerjasama. Pada kesempatan yang baik ini ijinkan saya menyampaikan beberapa pencapaian kinerja institut sebagai berikut.
Pertama, bidang akademik dan kemahasiswaan, pada tahun akademik 2014/2015 ini ISI Denpasar menenima 564 mahasiswa baru (D4, S1, dan S2), dan 36 orang mahasiswa asing dan 19 negara. Pada program ASEAN International Mobility for Students (AIMS) 2015, ISI Denpasar mengirim empat orang mahasiswa untuk menempuh pendidikan selama satu semester di Tammasat University, Thailand dan di University of Malaya, Malaysia. Dalam bidang kesejahteraan mahasiswa pada tahun 2015 ISI Denpasar memberikan 150 beasiswa Bidikmisi, 60 beasiswa PPA, 60 beasiswa BBP-PPA, 37 beasiswa Supersemar, dan 3 beasiswa PPA Unggulan. Pada tahun 2014/2015 ISI Denpasar juga memenangkan 17 hibah Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), 46 Program Mahasiswa Wirausaha (PMW), dan empat medali pada PEKSIMINAS XII.
Kedua, dalam bidang Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, pada tahun 2015 ISI Denpasar memenangkan 20 hibah penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat dan Direktorat jenderal Pendidikan Tinggi, yang terdiri atas 1 MP3EI, 10 Hibah Bersaing, 4 Penelitian Fundamental, 2 Hibah Penelitian Doktor, dan 3 Hibah Pengabdian Kepada Masyarakat. Selain itu ISI Denpasar juga menganggarkan 11 penelitian dosen muda yang dibiayai dan PNBP, Penelitian Pemetaan Kesenian Bali di Kabupaten Tabanan, Penelitian Rekonstruksi Tari Gambuh di desa Manggis Karangasem, dan Rekonstruksi Seni Prasi di Desa Tenganan, Karangasem. Pada tahun ini juga ISI Denpasar melaksanakan Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di 13 desa di Kabupaten Buleleng. Dalam bidang penciptaan, tahun 2015 telah lahir 4 karya seni kolosal monumental, yaitu Oratorium Bianglala Mahardika, Oratorium Bali Mandara, Gamelan Ketug Bumi, Oratorium Ayodya Kertanegara, Seni Rupa Pertunjukan, dan Pakeliran Layar Lebar Wibisana Murbeng Bumi.
Ketiga, dalam bidang kerjasama, ISI Denpasar tetap konsisten dengan Program “ngayah”ke desa-desa untuk membantu masyarakat dalam pembinaan dan pergelaran seni, berpartisipasi dalam kegiatan Pesona Budaya Bali di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta, Pesta Kesenian Bali XXXVII, Bali Mandara Mahalango II, HUT Pemda Bali 2015. Satu “berkah” kerjasama yang diperoleh ISI Denpasar pada tahun 2015 ini adalah Bapak Gubernur Bali telah mengijinkan penggunaan Taman Budaya sebagai akses masuk, tempat perkuliahan praktek, dan pergelaran serta pameran karya seni kepada ISI Denpasar. Dalam kesempatan yang sangat baik ini juga, atas nama keluarga besar ISI Denpasar saya menyampaikan terima kasih dan salam hormat yang setinggi-tingginya kepada Bapak Gubernur Provinsi Bali beserta jajarannya.
Dalam bidang Kerjasama luar negeri, kegiatan workshop kolaborasi telah dilakukan oleh mahasiswa ISI Denpasar dengan mahasiswa dan Suratani Rajabath University dan Nakorn Tamarat University di Thailand Selatan pada akhir 2014 yang lalu, workshop kolaborasi dengan mahasiswa Ochanomizu University, Jepang pada bulan Juni 2015. Pada bulan September 2014, 2 orang dosen ISI Denpasar berpartisipasi dalam Workshop Budhi’S Art di Bangkok, Thailand, dan pada akhir bulan Mei 2015 sebanyak 33 dosen dan mahasiswa ISI Denpasar mengikuti Festival The Spiritual Dimension of Rice Culture, di Bangkok, Thailand Pada bulan September 2015 yang akan datang 3 orang dosen ISI diundang sebagai pembicara pada Seminar Internasional yang diadakan oleh Centre for Archeology Princess Mahacakri Sirindhon, Thailand.
Bapak Gubernur, Hadirin yang saya muliakan,
Serangkaian dengan kegiatan Dies Natalis XII tahun 2015 ini, kami juga mengadakan Wisuda Sarjana Seni ke-14 sebagai salah satu pertanggungjawaban akademik lembaga ini kepada masyarakat. Sejumlah 177 orang Sarjana Seni S1 dan 22 orang Sarjana Seni S2 akan kami wisuda dihadapan hadirin yang terhormat pada hari ini. Dengan demikian jumlah alumni ISI Denpasar sejak tahun 2003 hingga 2015 adalah Sarjana S1 sejumlah 1927 orang dan Sarjana S2 sejumlah 91 orang. Tampil sebagai lulusan terbaik program S1 kali ini adalah I Putu Adi Septa Suweca Putra dan Program Studi Seni Karawitan dengan IPK 3,93, lulusan terbaik program S2 ada empat orang dengan IPK 3,92, yaitu I Ketut Muada, Ni Made Arini Hanindar Putri, Ni Made Sri Wahyuni Trisna, dan Ni Putu Yuda Jayanthi. Atas nama pimpinan lembaga saya mengucapkan selamat kepada para lulusan terbaik semoga anda dapat memaknai kesuksesan yang anda capai hari ini. Pada kesempatan yang baik ini izinkan saya menyampaikan beberapa patah kata khusus kepada para wisudawan dan wisudawati ISI Denpasar 2015.
Saudara-Saudara para wisudawan dan wisudawati yang terpelajar, atas nama sivitas akademika ISI Denpasar kami mengucapkan selamat atas keberhasilan anda sekalian, semoga anda menjadi berkah bagi keluarga, masyarakat dan almamater. Kami juga mengucapkan selamat kepada orang tua/wali karena kini Ibu dan Bapak telah memiliki seorang Sarjana Seni, semoga dapat memberikan kebahagiaan bagi keluarga. Terima kasih yang besar-besarnya kami sampaikan karena telah memilih ISI Denpasar sebagai tempat menuntut ilmu dan berinteraksi dengan kami selama kurang lebih empat tahun. Dalam kurun waktu tersebut jika ada kesalahan fan keikhlafan dan kami, mohon dibukakan pintu maaf yang selebar lebarnya. Seusai upacara wisuda ini, anda akan kembali ke masyarakat mengabdikan ilmu pengetahuan yang telah anda peroleh selama ini. Jika nanti anda telah bergelimang sukses berkarier, mungkin lebih sukses dari pada guru-guru anda, janganlah lupa bahwa anda masih tetap keluarga kita, yang pernah menimba ilmu di ISI Denpasar.
Saudara Saudaraku para wisudawan dan wisudawati, ketahuilah bahwa keberhasilan anda hari ini tidak bisa dilepaskan dan peranan para orang tua/wali, suami ataupun istri, bahkan mungkin pacar anda yang selalu berjuang dan berdoa demi keberhasilan anda. Untuk itu, tundukkanlah kepala anda sejenak untuk mengucapkan tenima kasih sebagai balasan terhadap jasa-jasa yang mereka telah berikan kepada anda. Kami yakin bahwa tanpa dukungan dan bantuan itu anda tidak akan mungkin berhasil meraih gelar sarjana dan diwisuda pada hari ini.
Akhirnya kami ucapkan selamat jalan dan selamat berjuang semoga anda mencapai sukses di dalam menempuh karier anda masing-masing.
Bapak Gubernur dan hadirin yang saya muliakan,
Demikian, pidato dan laporan ini saya akhiri. Sebagai akhir kata izinkan kembali memanjatkan doa dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat yang diberikan. Terima kasih saya ucapkan kepada seluruh panitia dan berbagai pihak yang telah menyiapkan acara wisuda ini. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada hadirin semuanya atas perhatian dan kesabarannya mengikuti acara ini. Tidak lupa saya mohon maaf yang sebesar besarnya jika dalam penyelenggaraan acara ini ada hal-hal yang kurang berkenan.
Sekian dan Terima Kasih
Om Shanti, Shanti, Shanti Om
Rektor,
Dr. I Gede Arya Sugiartha,SSKar., M.Hum
Nip. 196612011991031003